Traveler Korea Selatan Ramai-Ramai Batalkan Liburan demi Boikot Jepang

26 Juli 2019 12:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wisatawan Korea Selatan traveling di Jepang Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wisatawan Korea Selatan traveling di Jepang Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Traveler asal Korea Selatan beramai-ramai membatalkan trip mereka untuk berlibur ke Jepang. Tindakan ini dilakukan sebagai bagian dari kampanye Boikot Jepang yang terjadi, karena adanya pembatasan ekspor yang dilakukan oleh Negeri Matahari Terbit tersebut pada Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Dilansir laman haps, sekitar 400 orang membatalkan pemesanan feri mereka di Pelabuhan Busan pada Juni lalu. Sementara itu, penerbangan dengan rute Gimhae menuju sembilan lokasi di Jepang juga ikut mengalami penurunan.
Tak sampai di situ saja, mulai 1 September, maskapai penerbangan Air Busan akan mengurangi jumlah penerbangan dari Daegu menuju Osaka dan sebaliknya, dari dua kali satu hari menjadi sekali dalam sehari. Korea Express Air akan membatalkan penerbangan pulang pergi mereka dari Gimpo ke Izumu Prefektur Shimane mulai 20-25 Juli 2019.
Ilustrasi traveling bareng ibu di Jepang Foto: Shutter Stock
Alasannya adalah karena maskapai penerbangan mengalami kesulitan menarik pelanggan akibat memburuknya hubungan diplomatik antara Jepang dan Korea Selatan. Pembatalan rencana traveling tersebut mampu membuat penurunan jumlah penumpang hingga 1.100 orang.
ADVERTISEMENT
Dalam laman Korean Times, seorang ibu dari dua anak bermarga Kang bahkan membatalkan rencana liburannya ke Sapporo, Jepang. Merela akhirnya memilih pergi ke resor di Da Nang, Vietnam.
Menurut data dari berbagai sumber yang dikumpulkan kumparan, pada tanggal 1-9 Juli 2019, pembatalan rencana perjalanan menggunakan agen perjalanan rata-rata mencapai 63 persen. Data tersebut dikumpulkan dari enam agen perjalanan utama di Korea Selatan, dengan data pembatalan tertinggi sebesar 80 persen.
Di dalam sebuah agensi perjalanan yang tak disebutkan namanya, terdapat 5.706 orang dari 7.537 pemesan yang membatalkan pesanan traveling mereka ke Jepang.
"Jepang telah menjadi tujuan sepanjang tahun, tetapi situasi saat ini lebih serius daripada ketika bencana alam, membuat orang Korea tidak ingin pergi ke sana," kata seorang pejabat industri pariwisata, seperti diberitakan Korean Times.
Ilustrasi wisatawan Korea Selatan sedang mengecek foto Foto: Shutter Stock
Menurut pakar industri pariwisata, pembatalan travel ke Jepang oleh wisatawan dari Korea Selatan akan membuat daerah-daerah kecil atau kota, seperti Osaka, Fukuoka, dan Kitayushu menjadi sepi wisatawan, yang tentunya akan mengurangi pendapatan penduduk lokalnya pula.
ADVERTISEMENT
Sebab, pelancong Korea menghabiskan sekitar 6,4 triliun Won atau sekitar Rp 75,9 triliun setiap tahunnya. Mereka juga terbiasa untuk melakukan perjalanan ke daerah-daerah pedesaan, sehingga mampu menyumbang sekitar 30 persen pada pendapatan daerahnya.
Menariknya lagi, sebuah salon di Ulsan, Korea Selatan, bahkan memberikan layanan gunting rambut secara gratis bagi traveler asal Korea yang membatalkan perjalanan ke Jepang. Hal ini mereka lakukan sebagai cara untuk 'mengobati' rasa sedih traveler, karena harus membayar biaya yang besar untuk membatalkan rencana perjalanan mereka.
Memanasnya hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Jepang bermula ketika hadirnya kebijakan untuk membatasi kuantitas ekspor barang dari Negeri Ginseng.
PM Jepang Shinzo Abe dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (kanan). Foto: AFP
Dilansir Reuters, ketegangan diplomatik ini meningkat sejak pengadilan Korea Selatan pada 2018 lalu memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang untuk memberikan kompensasi kepada warga Korea yang dipaksa bekerja selama penjajahan Jepang pada Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
Warga Korea Selatan kemudian mengambil langkah 'pembalasan' dengan mengurangi konsumsi produk Jepang. Baik dari segi kecantikan, minuman seperti bir, hingga membatalkan pemesanan tiket maupun paket perjalanan ke Jepang, tanpa peduli besarnya biaya pembatalan yang harus dibayarkan.