Kekerasan Remaja Lebih Sedikit di Negara yang Tak Ada Hukuman Fisik

3 Desember 2018 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Memberi hukuman fisik ternyata enggak efektif untuk menghentikan atau setidaknya mengurangi praktik kekerasan remaja. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan Frank Elgar cs. ketika meneliti penerapan hukuman fisik untuk remaja di 88 negara.
ADVERTISEMENT
Negara itu dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, negara yang melarang hukuman fisik di sekolah dan rumah (30 negara di Eropa, Amerika Latin, Asia, dan Afrika). Kedua, negara yang melarang hukuman fisik di sekolah tetapi tidak di rumah (38 negara, di antaranya China, AS, Inggris, dan Kanada). Ketiga, negara yang tak melarang hukuman fisik di manapun (20 negara, di antaranya Myanmar dan Kepulauan Solomon).
Penelitian yang dipublikasikan BMJ Open ini menunjukkan kekerasan remaja lebih sedikit terjadi di negara yang sama sekali tak menerapkan hukuman fisik di semua lingkungan. Presentasenya yaitu perkelahian antarremaja lebih sedikit terjadi 31 persen bagi cowok dan 42 persen bagi cewek.
“Larangan hukuman fisik berasosiasi dengan sedikitnya kekerasan remaja. Hasil ini mendukung dugaan bahwa masyarakat yang melarang hukuman fisik akan berimbas pada sedikitnya kekerasan bagi remaja untuk berkembang dibanding masyarakat yang tidak demikian,” tulis Elgar cs dalam penelitian itu.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini berangkat dari riset terdahulu yang menunjukkan adanya hubungan hukuman pukulan kepada anak terhadap masalah kesehatan mental remaja di kemudian hari. Hubungan ini ternyata berlaku juga untuk hukuman fisik dan tingkat kekerasan remaja.
Namun dalam penelitian ini, para peneliti mengingatkan bahwa hanya ada asosiasi antara keduanya. Mereka tidak menganggap ketiadaan hukuman fisik punya hubungan sebab-akibat dengan siswa sedikit melakukan kekerasan.
“Pada penelitian ini kami hanya mengambil pandangan luas tentang isu di tingkat internasional dan mencatat korelasinya. Untuk menunjukkan efek (sebab-akibat) dari pelarangan (hukuman fisik) terhadap tingkat kekerasan remaja, kami harus mengumpulkan lebih banyak data 4-8 tahun ke belakang,” pungkas Elgar dilansir situs resmi Universitas McGill.