news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Nyata di Balik Penentuan Titik Nol Ledakan Bom Atom Nagasaki

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2020 6:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di atas titik itu kini berdiri sebuh monumen.
pascaledakan bom di Nagasaki | Wikimedia Commons
Pada 9 Agustus 1945 dini hari, enam pesawat pengebom B-29 lepas landas dari Kepulauan Mariana, yang terletak lebih dari 2.100 kilometer di utara Tokyo. Salah satu pesawat, Bockscar, membawa bom plutonium, Fat Man. Mereka menuju kota kastil kuno, Kokura.
ADVERTISEMENT
Ketika pesawat tiba di Kokura, mereka menemukan kota itu tertutup awan dan asap, karena kota tetangganya, Yahata, dibom malam sebelumnya dan menghancurkan lebih dari seperlima pusat kota. Kebakaran yang diakibatkannya melanda Yahata dan Kokura dengan awan asap tebal. Karena komandan misi Mayor Charles Sweeney mendapat perintah untuk menjatuhkan bom secara visual dan bukan dengan radar, ia pun berbelok ke selatan dan pergi ke target sekundernya, Nagasaki.
Nagasaki juga tertutup awan tebal. Dengan bahan bakar yang menipis, Sweeney berdebat dengan komunikasi jarak jauh: apakah akan pergi ke Okinawa dan menjatuhkan bom ke laut atau melakukan pengeboman menggunakan radar saja.
Pada pukul sebelas lewat satu menit, lubang kecil di antara kepulan awan muncul, dan memungkinkan pengebom Bockscar, Kapten Kermit Beahan, untuk melihat target secara visual. Dalam beberapa detik, Bockscar dibebaskan dari beban yang mengerikan. 47 detik kemudian, senjata seberat 4.672 kilogram itu meledak dalam sekejap.
Wikimedia Commons
Titik nol ledakannya ada atas lapangan tenis, di tengah-tengah antara Pabrik Baja dan Senjata Mitsubishi. Area dengan radius 1 mil benar-benar rata; dan 6.200 pekerja dari 7.500 yang berada di dalam pabrik tewas pun tewas akibat ledakan.
ADVERTISEMENT
Sekitar 500 meter di utara hiposentrum, berdiri Katedral Urakami, yang saat itu merupakan gereja Kristen terbesar di Timur. Meskipun hari Kamis, umat setempat telah berkumpul di gereja untuk misa dalam persiapan untuk Pesta Maria Diangkat ke Surga (yang akan dilaksanakan pada 15 Agustus 1945). Dilaporkan bahwa pastor paroki, Saburo Nishida, akan memasuki gereja untuk menerima sakramen. Hendak memimpin penebusan dosa dan rekonsiliasi, ketika gelombang ledakan melanda. Katedral runtuh. Semua orang yang ada di dalamnya tewas seketika.
Penghancuran katedral ini amat tidak diterima oleh komunitas religius Nagasaki, karena mereka memandangnya sebagai hilangnya spiritualitas. Namun demikian, pada malam Natal tahun itu, mereka yang selamat menggali lonceng gereja dari reruntuhan dan membunyikannya. Mereka bersumpah untuk membangun kembali gereja tersebut.
Katedral Urakami | Wikimedia Commons
Setahun berselang, sebuah gereja sementara didirikan pada tanggal 1 Desember 1946, tetapi membutuhkan waktu 13 tahun lagi sebelum Katedral baru selesai dibangun. Tidak seperti Hiroshima, di mana kubah yang rusak dibiarkan apa adanya, sangat sedikit bekas Katedral Urakami yang berdiri hari ini di situs tersebut.
ADVERTISEMENT
Di dekatnya terdapat Taman Perdamaian Nagasaki, di mana bagian dari dinding beton katedral dapat dilihat. Hiposentrum ditandai dengan monolit yang didirikan pada tahun 1968.
Referensi: