Bikin Haru, Testimoni Dokter di Aceh yang Terkonfirmasi Positif COVID-19

Konten Media Partner
2 Agustus 2020 13:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ruang perawatan pasien COVID-19 di RSUDZA Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Ruang perawatan pasien COVID-19 di RSUDZA Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Sejumlah dokter dan tenaga kesehatan lainnya diduga terjangkit COVID-19 dari pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Manyang Kute, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Saat ini, mereka masih dalam perawatan, maupun menjalani karantina.
ADVERTISEMENT
Salah seorang dokter divonis COVID-19 adalah dr IS (35) tahun, menuliskan testimoninya yang kemudian beredar di sejumlah media sosial, sejak Jumat (31/7/2020) atau tepat di Hari Raya Idul Adha 1441 H. acehkini dizinkan oleh dr IS untuk menayangkan testimoni tersebut, Minggu (2/8/2020).
Berikut isinya: Assalamualaikum, saya IS (35) yang dikabarkan terkonfirmasi positif COVID-19.
Entah darimana saya harus memulai cerita ini, karena kejadiannya begitu dadakan dan tak terduga. Bagi yang membaca tulisan ini mungkin beranggapan hal biasa, dimana seseorang yg terkonfirmasi positif COVID-19 akan melakukan hal yang sama, akan terbayang tentang sesak nafas sampai gagal nafas, kematian, siksaan alam kubur, atau tentang amalan-amalan yang telah dilakukan.
Tetapi bagi saya TIDAK, tulisan ini adalah bentuk dari kelengahan saya menjadi seorang dokter spesialis yang ingin terus memberikan hal-hal yg bermanfaat bagi banyak orang.
ADVERTISEMENT
Berawal dari mulai munculnya angka positif COVID-19 di rumah sakit kami (tempat bekerja), RSUD Munyang Kute, kemudian kami (13 dokter spesialis) mengajukan kepada Direktur Rumah Sakit, dr Sri Tabahhati, Sp.An untuk dilakukan skrining.
Karena apa? Karena dalam pikiran saya sejak munculnya Corona sampai saat itu, saya dan DPJP yang lain belum dilakukan skrining, dan menurut saya saat ini adalah waktu yg tepat. Setelah diskusi, Alhamdulillah ibu direktur menyetujui untuk dilakukan skrining.
Saat waktu yang disepakati tiba, mungkin saat itu saya bukan menjadi prioritas karena saya tidak ada kontak dengan pasien positif COVID-19, namun entah mengapa hati saya tetap ingin dilakukan pemeriksaan swab oleh dr Fatma Dewi, Sp.THT-KL, dan swab pun berlangsung dengan mulus.
ADVERTISEMENT
Setelah swab, karena saya merasa diri sehat, tidak ada gejala-gejalan atau tanda-tanda yang mengarah ke COVID-19, saya masih beraktivitas seperti sediakala, ke RS pagi hari, ngopi, ke praktik sorenya, dan bertemu dengan anak-anak dan orangtua saya. Hari-hari kulalui biasa saja. Daaaan...
Kemarin, Kamis 30 Juli 2020, pukul 07.30 WIB, saya mendapat WA yang menyatakan saya positif (COVID-19).
Foto dr IS saat dijemput oleh petugas karantina. Dok. pribadi
Jika anda berada di posisi saya, apa yang akan anda lakukan? Akan banyak komentar atau pendapat. Tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan kali ini, melainkan bahwasanya:
1. Saya tidak ada kontak dengan pasien confirm positif 2. Profesi spesialis saya tidak begitu rentan jika dibanding spesialistik lainnya (THT, Interna, obsgyn, bedah, dll) 3. Saya tidak bepergian ke luar provinsi 4. Saya tidak menunjukkan gejala 5. Saya menganggap diri saya sehat 6. Saya bukan prioritas untuk dilakukan skrining 7. Saat memberikan pelayanan dengan selalu menggunakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
Tetapi, saya terkonfirmasi positif COVID-19. Bayangkan jika saya tidak dilakukan skrining? Saya terus menerus berinteraksi dengan anda, dengan keluarga saya setiap hari.
Berapa banyak orang di luar sana yang merasakan apa yang saya rasakan di atas, yang menganggap dirinya tidak kena Corona, atau menganggap Corona tidak pernah ada, berkeliaran di tengah-tengah kita.
Dengan ini Saya ingin sekali mengajak kita semua untuk sadar bahwa situasi saat ini tidak kondusif. Usaha tanpa doa hal yang mustahil, begitu juga doa tanpa usaha adalah hal yang juga mustahil. Harus seimbang. Jaga diri kita, jaga keluarga kita, ikuti protokol kesehatan.
Di lain masalah, saya ingin sekali perlahan-lahan (mengajak semua orang) mencoba membuka pikiran jernih kita, meluruskan pola pikir kita untuk menutup semua stigma buruk bagi kami yang terkonfirmasi positif.
ADVERTISEMENT
Bukan keinginan kami terpapar virus ini, bukan kesalahan mereka juga yang memaparkan virus ini kepada kami. Jika usaha sudah kita lakukan, tetapi kita tetap terpapar, kita harus sabar menghadapinya.
Saya menulis ini dalam keadaan sehat, dalam keadaan hati dan perasaan yang tenang. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan bisa mewakili saya untuk mengedukasi masyarakat di manapun berada, pentingnya menjaga diri dan sekitar.
Terimakasih, mohon doa untuk kesembuhan saya. (Pinere 1)
Note: Dibaca, dan bayangkan jika diri sendiri berada dalam posisi tersebut.
Redaksi: Pinere 1 adalah ruang perawatan dan isolasi yang terletak di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh. []
Ruang Pinere RSUDZA Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini