Harimau Mangsa 7 Hewan Ternak di Aceh Utara

Konten Media Partner
12 November 2019 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menelusuri keberadaan harimau di kawasan hutan Desa Lubuk Pusaka, Aceh Utara. Foto: Dok. BKSDA Aceh
zoom-in-whitePerbesar
Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menelusuri keberadaan harimau di kawasan hutan Desa Lubuk Pusaka, Aceh Utara. Foto: Dok. BKSDA Aceh
ADVERTISEMENT
Harimau Sumatera memangsa tiga ekor sapi dan empat kambing milik warga yang diternakkan di kawasan hutan Desa Lubuk Pusaka, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, Aceh.
ADVERTISEMENT
Pantauan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, keberadaan harimau dan lokasi pengembalaan ternak itu berjarak sekitar lima kilometer dari perumahan warga Desa Lubuk Pusaka.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah Satu BKSDA Aceh, Kamaruzzaman, mengatakan konflik satwa liar di Desa Lubuk Pusaka, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, telah terjadi sejak September lalu. Hasil pengamatan tim di lapangan, kata dia, ada tiga harimau yang berkeliaran di kawasan itu.
Jejak kaki harimau dibandingkan dompet gantungan kunci mobil, ditemukan di kawasan hutan Desa Lubuk Pusaka, Kabupaten Aceh Utara. Foto: Dok. BKSDA Aceh
"Perkiraannya satu betina dewasa dan dua ekor anaknya. Seperti yang kita lihat, dia baru turun untuk mengajarkan anaknya untuk berburu," kata Kamaruzzaman kepada acehkini, Selasa (12/11).
Sejak beberapa hari lalu, tim BKSDA telah tiba di Desa Lubuk Pusaka untuk mencegah harimau tersebut agar tidak mendekati perumahan warga. Tetapi warga Lubuk Pusaka meminta tim BKSDA agar untuk sementara tidak melakukan langkah apapun terhadap harimau itu.
ADVERTISEMENT
"Karena masih jauh (dari perumahan). Takutnya nanti berimbas. Sebenarnya kemarin kita mau datangkan pawang. Jadi kita mau mengikuti keinginan masyarakat. Tapi tetap dipantau," ujar dia.
Ilustrasi Harimau Sumatera. Foto: ZSL London Zoo
Sementara tujuh ternak yang dimangsa harimau berada di tempat pengembalaan di kawasan hutan pada Senin (11/11). "Wilayah pengembalaan jauh dari perumahan warga," sebutnya. Di lokasi, tim BKSDA menemukan jejak kaki harimau.
Menurut Kamaruzzaman, konflik satwa liar dilindungi itu disebabkan pembukaan hutan yang menjadi habitat satwa secara serampangan. Selain itu, kegiatan perburuan turut menjadi pemicu konflik. "Misalnya ada harimau yang anaknya diburu, maka induknya akan mendendam," tutur dia.
Oleh karena itu, Kamaruzzaman mengimbau kepada masyarakat untuk mencegah illegal logging (penebangan liar) dan perambahan hutan yang menjadi pemicu konflik satwa.
ADVERTISEMENT