Konten Media Partner

Mahasiswa Aceh di Wuhan Terisolasi dan Stok Makanan Makin Menipis

26 Januari 2020 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mulia Mardi, Direktur Pemuda Pelajar Indonesia se-Tiongkok, saat memberi keterangan terkait kondisi terkini mahasiswa Aceh di Wuhan, bertempat di Aula Dinsos Aceh, Minggu (26/1). Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Mulia Mardi, Direktur Pemuda Pelajar Indonesia se-Tiongkok, saat memberi keterangan terkait kondisi terkini mahasiswa Aceh di Wuhan, bertempat di Aula Dinsos Aceh, Minggu (26/1). Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Direktur Pemuda Pelajar Indonesia (PPI) se-Tiongkok, Mulia Mardi, yang juga masih menimba ilmu di salah satu Universitas di Wuhan menyampaikan bahwa saat ini yang paling dibutuhkan mahasiswa Aceh yang terisolasi akibat Virus Corona di Wuhan adalah masker khusus dan makanan.
ADVERTISEMENT
"Merebaknya virus corona di Wuhan berakibat pada menipisnya stok makanan dan masker khusus, saat ini harga makanan bahkan sudah naik hingga lima kali lipat dari harga biasa. Kenaikan ini dipicu oleh kondisi di Wuhan karena sedang masuk dalam musim dingin, ditambah lagi dengan merebaknya Corona. Toko makanan yang buka sangat minim dan selalu terjadi antrean panjang karena toko tidak buka setiap saat," ungkap Mulia pada konferensi pers terkait kondisi terkini mahasiswa Aceh di Wuhan, di Aula Dinas Sosial Aceh, Minggu (26/1).
Mulia menambahkan, sejak Desember 2019 lalu, otoritas setempat sudah mengeluarkan peringatan terkait merebaknya virus, namun saat itu peringatan yang dikeluarkan adalah virus SARS. Kemudian di awal Januari 2020, otoritas di Wuhan mengeluarkan peringatan baru yang menjelaskan bahwa virus yang merebak adalah Virus Corona.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Mulia menjelaskan, saat ini ada sekitar 63 mahasiswa Aceh di seluruh Tiongkok, 33 orang di antaranya berada di Wuhan. "Namun sebagian besarnya sudah pulang, ada juga yang memanfaatkan waktu liburan untuk mengunjungi daerah lain di Tiongkok," ujarnya.
Mulia sendiri salah satu mahasiswa Aceh yang berada di luar Wuhan saat kebijakan isolasi diberlakukan oleh otoritas setempat. Namun saat akan kembali ke Wuhan, otoritas setempat tidak memberi izin.
Menurutnya, kejadian sebaliknya justru dialami dua temannya, Safriadi dan Intan. Kedua pelajar asal Aceh ini berkuliah di Kota Changchun, tapi saat kebijakan isolasi diberlakukan mereka sedang berkunjung ke Wuhan. Bersama 10 pelajar Aceh lainnya, saat ini keduanya berada di Wuhan.
Konferensi pers terkait kondisi terkini mahasiswa Aceh di Wuhan, di Aula Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Minggu (26/1). Foto: Suparta/acehkini
"Saat ini teman-teman di sana sudah mengisolasi diri di kamar. Dengan stok makanan dan stok masker khusus yang terus berkurang. Di musim dingin, memang aktivitas luar ruangan selalu kami batasi, karena suhu berada di angka 8 hingga 4 derajat celcius," kata Mulia.
ADVERTISEMENT
Saat ini, sambung Mulia, seluruh akses ke Wuhan telah ditutup. Subway, metro bawah tanah sudah ditutup sejak 24 Januari lalu. Bus kota dan stasiun kereta api serta bandara juga sudah ditutup. "Kecuali ada lisensi khusus seperti ambulans dan mobil polisi," pungkasnya.
Seperti diberitakan kumparan sebelumnya, korban meninggal dunia akibat penyebaran Virus Corona semakin bertambah. Per Minggu (26/1), Reuters melaporkan 56 orang di China meninggal dunia, dari sebelumnya tercatat 41 orang.
Lebih dari 2.000 orang dari berbagai negara telah terinfeksi virus mematikan ini. Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Australia, Prancis, hingga Malaysia menerima sejumlah pasien yang terjangkit virus corona sepulang dari China.