Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh Berlangsung Sederhana di Tengah Pandemi Corona
26 Desember 2020 14:09 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang digelar secara daring dan luring tersebut dihadiri langsung oleh Pimpinan Forkopimda Aceh. Sebelum puncak acara dimulai, kegiatan diawali oleh zikir bersama yang dipimpin oleh Ustaz Zamhuri. Gubernur Aceh Nova Iriansyah bersama Ketua PKK Aceh Dyah Erti Idawati juga memberikan santunan kepada anak yatim.
Nova Iriansyah dalam sambutannya pada puncak peringatan 16 tahun tsunami Aceh , mengatakan tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam telah meninggalkan banyak duka. Namun di balik itu, ada pesan yang wajib diemban, yaitu kesadaran dan kekuatan dalam menghadapi bencana.
"Peringatan ini hendaknya menjadi media untuk membangun kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi berbagai bencana baik alam maupun bencana non alam yang kerap terjadi di negeri kita," ujar Nova.
ADVERTISEMENT
"Seperti bencana saat ini yang masih mengancam yaitu banjir, tanah longsor, dan termasuk yang sangat meresahkan yaitu pandemi COVID-19," lanjutnya.
Nova menyebut, tsunami sebagai suatu kejadian besar dan sebuah ujian tentu masih berbekas di hati dan ingatan masyarakat Aceh. Namun demikian, ia meminta agar seluruh masyarakat untuk mengambil hikmah dari ujian tersebut, serta bertekad untuk terus bangkit dan menatap hari esok yang lebih baik.
"Kita harus terus berkarya dalam berbagai aspek kehidupan, terutama pembangunan dan pemberdayaan ekonomi keummatan," sebutnya.
Menurutnya, dengan optimisme selama 16 tahun Tsunami Aceh, dapat dibuktikan bahwa warga Aceh yang agamis tidak pernah berputus asa. Masyarakat mampu bangkit dari keterpurukan. Berbagai kemajuan seperti sektor pembangunan, perekonomian, pendidikan, pariwisata dan beberapa sektor unggulan lainnya telah nampak nyata ke permukaan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Fiqh UIN Ar-Raniry dalam tausiah pada peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh yang mengusung tema 'Refleksi Tsunami dan Kekuatan Masyarakat Aceh Dalam Menghadapi Pendemi COVID-19', mengatakan bahwa tsunami adalah tanda-tanda. Banyak makna luar biasa yang bisa dipetik, di antaranya adalah kesabaran.
"Hari lalu saat tsunami dan hari ini saat pandemi, kita harus sabar. Sabar adalah menanggung sesuatu tanpa harus mengeluh dan berkeluh kesah," kata Profesor Fauzi Saleh.
Tsunami kata Fauzi Saleh adalah ujian, sebagaimana hidup sebagai lembaran ujian yang harus terus dijalani. Musibah tersebut adalah cara Allah menguji manusia dengan tujuan meningkatkan derajat manusia.
"Dengan memberikan ujian, Allah mengangkat harkat dan martabat kita. Seandainya anda bersabar maka kita akan mendapatkan kenikmatan sebagaimana samudera yang tidak bertepi," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Fauzi menyebut, buah dari kesabaran masyarakat Aceh telah menampakkan hasil. Di 16 tahun peringatan Tsunami melanda Aceh, berbagai kemajuan telah terlihat. Ia berharap musibah baik tsunami maupun pandemi corona bisa memperkuat kebersamaan sesama masyarakat Aceh dan semakin memperkuat kedamaian di antara sesama masyarakat.
Lebih lanjut, Fauzi Saleh juga mengingatkan bahwa di tengah pandemi seperti saat ini, memilih takdir menjadi suatu keharusan. Takdir menurutnya seumpama orang yang mengembala. Ia mengumpamakan sebuah lahan yang satu sisinya hijau dan gersang di sisi lainnya. "Mengembala di lahan hijau dan gersang adah takdir yang dipilih. Maka kemudian di sinilah ada yang namanya ikhtiar. Tidak ada yang sia-sia ketika seorang manusia berusaha," sebutnya.
"Sehat adalah mahkota yang baru terasa ketika kesehatan tidak ada lagi. Dengan usaha kita Allah menjauhkan dari penyakit," kata Fauzi Saleh.
ADVERTISEMENT