Film Kupu-Kupu Kertas ungkap Kisah Cinta yang Terbatas

Achmad Humaidy
Lulusan Ilmu Komunikasi yang pernah menjadi buruh bank BUMN dan hijrah menjadi freelance content writer dan KOL Specialist untuk survive di industri digital. #BloggerEksis
Konten dari Pengguna
10 Februari 2024 2:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Humaidy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Amanda Manopo dan Chicco Kurniawan dalam Film Kupu-Kupu Kertas (dok. Maxima Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Amanda Manopo dan Chicco Kurniawan dalam Film Kupu-Kupu Kertas (dok. Maxima Pictures)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak tanggal 7 Februari 2024, Film Kupu-Kupu Kertas sudah rilis. Dibintangi beberapa aktor ternama, film layar lebar dengan rating 17+ ini berani angkat kejadian tahun 1965 yang terjadi di Banyuwangi saat PKI berkuasa dan timbulah insiden yang tragis. Harap dibaca sampai tuntas ulas film versi penulis!
ADVERTISEMENT
Kupu-Kupu Kertas pada dasarnya menempatkan diri sebagai film bergenre drama romantis. Kisah cinta Ning (Amanda Manopo) yang menjadi anak perempuan dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Ihsan (Chicco Kurniawan) yang merupakan anak lelaki dari warga Nahdatul Ulama (NU). Ning selalu dikekang oleh keluarganya untuk tidak berhubungan dengan warga pribumi, terutama kalangan NU. Sementara Ihsan justru punya niat membina hubungan penduduk desa yang sudah rusak dengan mendekati Ning secara serius. Ihsan mengajak Ning ke suatu tempat yang diberi nama Langit-Langit Surga dan Halaman yang Damai.
Namun, menjadi orang yang ‘membelok’ dari paham yang berlaku pada masa itu justru punya tantangan tersendiri. Apalagi saat harus berurusan dengan oknum PKI yang haus kekuasaan dan menjunjung tinggi keserakahan di bawah kepemimpinan Rekoso (Iwa K). Teman bisa jadi lawan. Ada saja yang mau ambil hati, tapi ujungnya malah berani ambil tanah. Inilah yang menjadi kisruh hubungan asmara antara Ning dan Ihsan sehingga sulit dipersatukan.
Iwa K sebagai pemimpin PKI (dok. Film Kupu Kupu Kertas)

Romantis tapi tragis. Katanya cinta itu indah, tapi perih. Kekasihku malah lebih memilih terbang ke langit surga!

ADVERTISEMENT
Film dengan latar tahun 65-an ini berupaya melalukan set artistik sesuai dengan masanya. Tim produksi memilih latar Banyuwangi, properti zaman dulu, dan warna kostum yang membawa penonton kembali ke tahun tersebut. Hanya tata rias saja yang belum terlihat lusuh terutama saat momen Ning di akhir cerita masih tampak cantik meski sudah berjuang sekuat tenaga untuk terlepas dari buruan pasukan Gagak Hitam.
Deretan aktor dan aktris ternama yang bermain dalam film ini pun berupaya menampilkan karakter yang tak biasa. Mulai dari Chicco Kurniawan, Iwa K, Ayu Laksmi, Fajar Nugra, sampai Reza Oktovian. Karakter mereka tampak hidup meski beberapa terbilang pendatang baru. Akting yang kurang memuaskan justru terlihat dari Amanda Manopo terutama saat adegan sedih. Ia tak mampu menjiwai momen tersebut dengan baik.
ADVERTISEMENT
Para pemuda Anshor dan antek PKI yang berkelahi pun tampak terlalu dibuat-buat karena minim shot atau pergerakan kamera. Mereka hanya berlagak sok jagoan saja, tapi visual kesadisan untuk tiap gerakannya tak bisa ditampilkan di layar. Entah para pemain sudah dibekali fighting workshop atau tidak, tapi seharusnya ini wajib dilakukan untuk membuat film kolosal seperti Kupu-Kupu Kertas.
Kisah cinta tragis dalam Kupu-Kupu Kertas pun terlihat lari tergesa-gesa untuk menceritakan kisahnya. Tak ada pengembangan karakter dalam tiap adegan. Misal saat Ning dan Ihsan tiba-tiba bertemu malam hari di atas sebuah gubuk pada ketinggian. Pertemuan itu berujung ketiduran sampai pagi hari disitu. Sungguh! Adegan tersebut terlihat sekali disengaja.
ADVERTISEMENT
Perlawanan Anshor dan PKI pun tak begitu seru. Padahal ada kisah Zul yang menjadi bagian dari pemuda Anshor dan pengkhianat disitu. Kalau ini dijadikan penghalang besar atau sumber kekacauan sampai akhir mungkin bisa didramatisir lebih baik lagi.
Setelah menonton, penonton hanya bisa merasakan seperti apa cinta harus dikorbankan dengan nilai moral yang tak masuk akal. Keputusan Ning dan Ihsan yang saling mencintai justru terasa miris karena situasi yang dihadapi mereka tampak mengabaikan logika. Sepertinya mereka hanya membela hati atau perasaan yang mereka punya bukan orang-orang di sekitarnya. Tekanan cinta yang mereka rasakan justru hanya terlihat sekadar lewat saja alias pupus. Tak ada yang spesial atau tak ada api asmara yang dahulu pernah membara.
Poster film Kupu-Kupu Kertas (dok. IG @kupukupukertasfilm)
Belum lagi judul yang masih membingungkan. Apa makna “Kupu-Kupu Kertas” dalam film ini? Sepertinya tak ada adegan atau lagu khusus yang menjelaskan. Aku pikir bakal seperti film Perahu Kertas. Tapi, bisa mengikuti alur cerita yang terbatas saja sepertinya sudah cukup untuk menyaksikan sejarah politik tentang PKI yang tersemat meski hanya kelumit.
ADVERTISEMENT