Konten dari Pengguna

Liburan Anti Menjerit, Kudu Bisa Atur Duit

Ade Nurhidayah
Bachelor of Economics Education - State University of Jakarta, Certified of Associate Wealth Planner, Contributing Author of Anthology Book
7 November 2023 11:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keluarga liburan bersama. Foto: Nattakorn_Maneerat/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga liburan bersama. Foto: Nattakorn_Maneerat/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kita perlu tahu bahwa kebutuhan hidup manusia itu banyak. Dalam ilmu sosial barangkali kita kenal dengan sebutan primer, sekunder, dan tersier. Seiring berkembangnya zaman, masing-masing dari kategorinya bisa jadi berubah.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja, awalnya terkategori sebagai kebutuhan sekunder tapi saat ini justru menjadi primer. Artinya mau tidak mau kita harus penuhi kebutuhan itu, menetapkannya sebagai prioritas.
Berbicara soal kebutuhan, sebetulnya tidak hanya yang disebutkan tadi. Tapi juga ada kebutuhan rohani dan jasmani. Dua hal yang mungkin tidak begitu diperhatikan secara kualitas. Kebutuhan rohani yang menjadi bentuk penghambaan kita pada Tuhan, bahwa dalam segala sesuatunya kita memang butuh keterlibatan dan pertolongan Tuhan. Pun dengan kebutuhan jasmani, termasuk dalam hal ini adalah liburan. Anak muda sekarang mungkin lebih sering menyebutnya “healing.”
Bagi sebagian orang yang workaholic, mereka cenderung menghabiskan sebagian besar waktu dan energinya untuk bekerja. Bisa jadi mereka justru lupa untuk sekadar menikmati akhir pekannya sebab baginya waktu adalah uang.
Personally Documentation in Studio Alam Gamplong, Yogyakarta
Akan lebih produktif jika hari-harinya diisi dengan bekerja. Tapi nyatanya, tidak juga demikian. Liburan tetap menjadi penting. Dalam ilmu kesehatan, liburan bisa menurunkan risiko depresi, meningkatkan sistem imun, dan memberikan kualitas istirahat yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Berbicara soal kualitas istirahat, liburan itu tidak selalu harus berpergian jauh ke luar, bisa jadi dengan menghabiskan waktu sendiri di rumah. Take a break dari kesibukan yang tiada berujung. Tapi boleh jadi juga, liburan ini memang direncanakan menghabiskan waktu di luar, luar rumah, luar kota, atau luar negeri.
Nah untuk konteks liburan yang seperti ini, perlu direncanakan sebaik mungkin. Sebetulnya setiap hal itu memang perlu dipersiapkan, tapi dalam konteks ini kita fokus pada persiapan liburan, mungkin juga ini akan relate dengan liburan akhir tahun nanti.
Menghadapi cuti atau libur panjang biasanya lembar rupiah di dompet maupun saldo kartu debit sudah mulai siap digerus. Di awal biasanya kita masih bisa kontrol pengeluaran tipis-tipis untuk transportasi dan penginapan.
ADVERTISEMENT
Personally Documentation in Rumah Bumi Manusia, Yogyakarta
Nah, yang dikhawatirkan itu justru biaya yang keluar pasca 2 item transaksi ini. Dengan berbagai kemudahan mulai dari QRIS, kartu debit, e-wallet, juga uang receh yang kita sisakan di saku, ternyata semuanya justru jadi terpakai tanpa disadari.
Kejadian seperti ini yang akhirnya membuat stigma “Healing bikin Pening.” Bukannya justru menyegarkan pikiran, tapi justru meresahkan karena lihat isi dompet dan tabungan tergerus hilang.
Dalam membelanjakan uang, kita itu seringkali undercontrolled. Melihat jumlah saldo rekening masih banyak, uang cash masih ada, jadilah diri ini masih merasa aman. Sebagai orang yang senang jalan-jalan, perencanaan ini harus betul-betul dibuat.
Meski terkadang ada sedikit overbudget tapi minimal banget nggak sampai membengkak meninggalkan puing-puing tak bersisa. Ada beberapa yang perlu dianggarkan sedari awal. Pertama, menetapkan biaya untuk travelling, selain transport keberangkatan, kepulangan dan penginapan, kita juga perlu membuat anggaran untuk biaya wisata.
Ilustrasi menikmati liburan di Inggris. Foto: VisitBritain
Jadi kalau bisa memang sudah tahu mau mengunjungi wisata apa saja, berapa harga tiketnya, biaya parkirnya, kemudian transport apa yang akan digunakan dan berapa jauh jarak tempuhnya. Nanti akan diakumulasi sebagai biaya wisata, berapa dana yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
Kedua, biaya makan selama liburan. Anggaran ini pure untuk makan sehari-hari selama liburan. Jadi kalau biasa makan 3 kali dalam sehari, kalkulasi saja dikalikan 3, dengan asumsi anggaran per satu kali makan itu sama. Semisal berencana akan ada makan enak di restaurant, masukan range harga yang sesuai itu makan di sana.
Ketiga, biaya jajan dan beli oleh-oleh. Biasanya transaksi ini yang seringkali overbudget. Nggak sadar ngambil ini dan itu, beli ini dan itu, tiba-tiba sudah habis banyak duitnya. Jadi perlu dianggarkan ya, berapa duit yang diperlukan untuk jajan, juga untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Beli sesuai dengan yang sedari awal kita mau beli, meskipun pasti ada aja yang tiba-tiba dibeli.
ADVERTISEMENT
Keempat, siapkan biaya tak terduga. Ini penting. Sama halnya ketika kita harus punya pos dana darurat untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan. Nah, ini pun sama. Jadi usahakan bawa duitnya nggak pas-pasan. Minimal dilebihkan jikalau harus extend penginapan atau bahkan kalau ketinggalan transport pulang. Untuk poin keempat ini sih semoga nggak kejadian. Tapi tetap harus berjaga-jaga jika memang kejadian, kita nggak bingung di kota/ negeri orang.
Sebagian orang mungkin setuju dengan perencanaan liburan, tapi sebagian lain mungkin lebih sepakat sembari jalan saja lah dihitung-hitungnya. Boleh saja, nggak masalah. Karena memang soal mengatur duit itu kembali pada kenyamanan masing-masing. Terpenting, jangan sampai healing-nya berakhir pening, atau justru pasca liburan mengharuskan kita ngambil banyak lemburan untuk kembali mengisi rekening tabungan.
ADVERTISEMENT