Mindfulness: Belajar Mengenal dan Mencintai Diri Sendiri

Adinda Calista Harahap
Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
3 Desember 2021 13:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Calista Harahap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kebebasan wanita. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kebebasan wanita. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap manusia merupakan mahluk sosial, yang perlu membentuk hubungan atau relasi dengan orang lain sejak dulu karena jika manusia seorang diri saja, pasti akan mengalami berbagai kesulitan. Hal ini membuat kita berusaha untuk membentuk hubungan atau relasi yang baik dan memiliki timbal-balik dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak jarang bahwa pada akhirnya muncul keinginan untuk mengatur, menuntut, hingga memaksa orang lain sesuai dengan apa yang kita inginkan dan meminta mereka memenuhi kebutuhan kita baik secara fisik maupun psikologis. Ini menjadi bukti bahwa kita belum mengenal diri kita sendiri dan berelasi yang baik dengan diri sendiri.
Mengapa bisa dikatakan demikian?
Ketika kita tidak mampu mengenal diri kita, apa yang sebenarnya kita butuhkan, apa kelebihan dan kekurangan kita, bagaimana kita memenuhi kebutuhan kita berdasarkan potensi yang kita miliki, akhirnya membuat kita mencari pemenuhan kebutuhan pada orang lain (yang sebenarnya bisa kita penuhi sendiri). Tak ketidakmampuan kita berelasi dengan diri kita sendiri mempengaruhi kualitas hubungan kita dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, kita perlu meningkatkan kualitas hubungan menjadi lebih baik melalui Mindfulness. Sebelumnya, mari kita pahami apa itu Mindfulness.
Definisi Mindfulness
Mindfulness atau biasa diartikan “sadar penuh, hadir utuh,” merupakan kesadaran dan perhatian terbuka pada apa yan terjadi saat ini di sekitarnya. Mindfulness bisa dikatakan pula sebagai kemampuan untuk menyadari segala hal yang terjadi dan memaknainya.
Bagaimana menerapkan Mindfulness dalam mengenal dan berelasi dengan diri sendiri?
Berelasi dengan diri sendiri menjadi fokus utama kita. Mengenal dan memahami diri kita sendiri memberi kesempatan berelasi yang baik dengan orang lain. Terdapat beberapa tips untuk membantu kita membangun hubungan yang baik dengan diri sendiri melalui sikap mindful, yaitu:
Menetapkan niat/tekad. Kita perlu membentuk niat/tekad yang jelas dan kuat untuk mulai mencintai serta memperhatikan diri kita sendiri. Contoh sederhananya adalah kita bisa memprioritaskan kebahagiaan kita terlebih dahulu atau tidak menjadi people pleaser. Melakukan hal tersebut bukan berarti kita menjadi orang yang egois. Kita menyadari bahwa dengan memprioritaskan diri sendiri, setelahnya kita dapat membantu orang lain.
ADVERTISEMENT
Memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna. Kita sering tidak dapat menerima kekurangan diri kita. Mari kita mencoba untuk menerima segala hal dalam diri kita mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Hindari mengkritik diri sendiri. Pernah dengar kalimat "Kritik yang Membangun"? Yups.. Memang terkadang kritik itu berguna untuk membuat kita bisa belajar dan bertumbuh. Akan tetapi, terlalu banyak kritik terutama pada diri sendiri bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang merugikan diri kita. Bahkan kritik terus kita lontarkan pada diri kita sendiri, mampu mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis kita, mempengaruhi kinerja, hingga relasi kita dengan orang lain.
Baik pada diri sendiri. Kita sering berbuat dan melihat yang baik dari orang lain, tetapi terkadang lupa berbuat baik dan melihat kebaikan diri sendiri. Mari kita sama-sama melihat hal-hal baik dari diri kita, mulai dari hal terkecil. Tak lupa, kita juga perlu berbuat baik pada diri sendiri baik itu memotivasi diri sendiri dengan kata-kata hingga memberikan self-reward atas segala usaha dan pencapaian diri.
ADVERTISEMENT
Memaafkan diri sendiri. Sebagai manusia terkadang kita berbuat kesalahan. Berbuat kesalahan menjadikan kita sebagai manusia. Dengan memahami bahwa kita tidak bisa menjadi pribadi yang sempurna, tidak dapat memperoleh segalanya dan tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan baik, maka kita mampu memaafkan diri. Kita mampu belajar dari kesalahan yang kita lakukan. Ketika kita mampu memaafkan diri kita sendiri, kita akhirnya mampu memahami orang lain lebih baik dan bisa memberi pengertian dan lebih bermurah hati.
Bersyukur. Mari kita melihat segala hal dalam diri kita, apa yang kita miliki, dan dapat kita lakukan. Mari kita mencoba mensyukuri hal tersebut. Tidak perlu membandingkan kesuksesan ataupun pencapaian orang lain secara berlebihan. Syukuri segala usaha dan pencapaian yang kita miliki saat ini.
ADVERTISEMENT
Berlatih meditasi metta/cinta kasih. Meditasi metta (dalam istila Buddhis berarti cinta kasih atau keramahan) merupakan meditasi untuk meningkatkan welas asih terhadap diri sendiri dan orang lain. Meditasi ini membantu kita menyembuhkan batin dan hati kita dari semua kesakitan dan penderitaan.
Berelasi dengan diri sendiri: mencintai diri sendiri. Sumber: Pixabay
Setelah kita mampu membangun hubungan yang baik dengan diri kita sendiri, maka hal selanjutnya kita akan masuk pada bagaimana kita dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Hal-hal yang dapat kita lakukan adalah:
Mendengarkan orang lain secara mendalam. Mendengarkan secara mendalam artinya mendengar tidak hanya dengan telinga, tetapi juga pikiran dan hati/perasaan. Ketika mendengarkan orang lain, kita melepaskan segala pemikiran, opini, serta kepercayaan kita dan hanya mendengarkan orang lain. Dengan demikian, kita memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melepaskan kecemasan, rasa frustrasi, dan kesediaannya. Selain itu, kita juga memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mampu mendengarkan dirinya sendiri dan mengenali dirinya sendiri. Tentunya hal ini akan menjadi lebih baik kita lakukan ketika kita sudah mampu berelasi baik dengan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Menyadari ekspektasi. Ekspektasi membuat kita berharap agar orang lain sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan harapkan. Jika seseorang tidak sesuai dengan harapan atau ekspektasi kita, respons kita cenderung emosional dan jikalau hal ini sering terjadi, maka akan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan kita. Semakin tinggi ekspektasi kita pada orang lain, relasi kita dengan orang lain menjadi lebih rumit. Kita sebaiknya tidak terlalu sering berekspektasi tinggi pada orang lain. Dengan mindfulness, kita diajak untuk lebih berfokus kepada keadaan saat ini, menyadari setiap keadaan dan realita yang ada, serta tidak menjadi pribadi yang menuntut.
Bertanggung jawab atas emosi diri sendiri. Ketika kita marah, sedih, atau kecewa, kita cenderung menyalahkan orang lain. Pada kenyataannya, tidak ada yang dapat mempengaruhi bagaimana kita merasakan sesuatu. Apa yang kita rasakan berasal dari apa yang kita pikirkan terhadap situasi tersebut, bukan dari orang lain. Cobalah untuk merasakan setiap emosi yang muncul daripada menyalahkan orang lain. Contoh sederhananya adalah ketika kita sedang mengerjakan tugas dan lampu padam, mari kita mencoba untuk tidak menyalahkan orang lain maupun situasi. Akan tetapi, cobalah mencari cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Penutup
Mindfulness dalam berelasi adalah cara yang mampu membantu kita memiliki kualitas hubungan yang baik dengan diri sendiri dan orang lain. Mindfulness membantu kita menyadari bahwa membentuk relasi dengan diri kita sendiri menjadi suatu hal yang penting hingga akhirnya kita bisa membangun relasi dengan orang lain. Semoga dengan membangun relasi yang baik dengan diri sendiri, maka akan terbentuk pondasi yang kuat dalam diri kita untuk membangun relasi yang baik dengan orang lain.
Referensi
Alidina, S. (2010). Mindfulness for dummies. John Wiley & Sons.