Konten dari Pengguna

Maraknya Kasus Perceraian Sebabkan Takut untuk Menikah

Adinda Nurtopani
Mahasiswi Universitas Pamulang, Jurusan Sastra Indonesia.
23 Juni 2023 19:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adinda Nurtopani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perceraian rumah tangga. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perceraian rumah tangga. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Badan Pusat Statistik, jumlah kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 516.334 kasus. Jumlah itu meningkat 15,31 persen dibandingkan tahun 2021 yang sebanyak 447.743 kasus.
ADVERTISEMENT
Belum lagi banyaknya pemberitaan mengenai kasus perceraian di kalangan artis yang ramai jadi perbincangan. Kasus perceraian di kalangan artis mulai dari Virgoun, Ari Wibowo, Shandy Aulia, hingga yang terbaru datang dari Desta.
Memahami kekhawatiran dan kecemasan yang muncul karena maraknya kasus perceraian adalah penting. Keputusan untuk menikah adalah keputusan besar dalam kehidupan seseorang, dan alasan-alasan di balik kekhawatiran ini bisa bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Berikut beberapa faktor yang mungkin menyebabkan seseorang takut untuk menikah.
ADVERTISEMENT
Penting untuk diingat bahwa takut untuk menikah adalah perasaan yang wajar dan bisa muncul dalam kehidupan banyak orang. Namun, keputusan untuk menikah adalah keputusan yang sangat personal, dan setiap individu memiliki hak untuk memilih jalan hidup yang paling sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.
Jika seseorang merasa takut untuk menikah, penting untuk melakukan refleksi diri, berbicara dengan pasangan atau orang-orang terdekat, dan mencari dukungan dari profesional seperti konselor atau terapis.
Berkomunikasi secara terbuka dengan pasangan tentang harapan, kekhawatiran, dan keinginan adalah penting dalam membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung.
Ilustrasi pasangan yang sedang bermasalah. Foto: Shutterstock
Menikah bukanlah persoalan yang mudah. Pernikahan melibatkan komitmen jangka panjang, penyesuaian, komunikasi yang baik, dan kerja keras dari kedua pasangan.
ADVERTISEMENT
Ada banyak faktor dan tantangan yang dapat mempengaruhi hubungan pernikahan, termasuk perbedaan dalam nilai-nilai, harapan, komunikasi yang buruk, konflik, masalah keuangan, atau masalah kepercayaan.
Memutuskan untuk menikah adalah keputusan yang sangat pribadi dan harus didasarkan pada kesiapan diri sendiri dan pasangan.
Penting untuk tidak merasa terpaksa atau terbebani oleh tuntutan dari keluarga atau masyarakat dalam memutuskan kapan menikah. Karena menikah adalah komitmen jangka panjang yang membutuhkan persiapan secara mental, emosional, dan finansial.
Isu-isu perceraian seharusnya tidak membuat kita takut untuk menikah. Meskipun perceraian adalah kenyataan yang ada dalam masyarakat, bukan berarti semua pernikahan akan mengalami kegagalan. Banyak juga pasangan yang berhasil membangun hubungan yang sehat, bahagia, dan langgeng.
Ilustrasi pasangan harmonis. Foto: Shutterstock
Meskipun ada risiko dalam setiap pernikahan, kesuksesan pernikahan juga sangat mungkin terjadi jika pasangan berkomitmen untuk saling mendukung, berkomunikasi secara terbuka, dan bekerja sama menghadapi tantangan yang muncul.
ADVERTISEMENT
Ingatlah bahwa meskipun ada risiko dalam pernikahan, banyak pasangan yang berhasil membangun hubungan yang langgeng dan bahagia.
Jangan biarkan kekhawatiran tentang perceraian menghalangimu untuk menikah, jika merasa siap dan memiliki pasangan yang saling mencintai dan mendukung.
Pilih pasangan dengan bijak, komunikasikan harapan masing-masing, dan bersiaplah untuk tumbuh bersama dalam pernikahan.