Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
SDGs dan Komitmen: Sebuah Opsi untuk Hidup yang Lebih Baik
18 Februari 2022 14:55 WIB
Tulisan dari Adrian Adam Indrabayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setelah 7 tahun berselang, Sustainable Development Goals (SDGs) poin 7 dan 13 telah menunjukkan dampak yang besar terhadap dunia energi bersih dan perubahan iklim. Keterkaitan yang erat dengan SDGs poin lain juga membuat eksistensinya kian diperlukan. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak negara di dunia berlomba-lomba untuk menekan emisi karbon di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Berbagai kabar baik berdatangan dari seluruh dunia tentang keberhasilan umat manusia mewujudkan aksi-aksi kecil sebagai bentuk transisi energi bersih untuk mengatasi perubahan iklim. Indonesia adalah salah satu negara yang turut andil dalam tantangan ini. Dengan beragam potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang dimiliki, bagaimana langkah yang telah atau akan diteruskan untuk mewujudkan SDGs poin 7 dan 13?
Mengapa Net Zero Emission Sedang Digaungkan?
Pada 2019, Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara penghasil emisi gas karbon dioksida terbesar di dunia. Tercatat setidaknya sebanyak 0,58 GT dari emisi tersebut kebanyakan berasal dari sektor energi (IEA, 2019). Saat ini sendiri, bauran energi primer yang digunakan di Indonesia juga masih berasal dari sumber energi tidak terbarukan, salah satunya adalah fosil.
ADVERTISEMENT
Apabila hal ini terus dibiarkan, tentu akan berdampak parah terhadap banyak aspek, terutama pada aspek lingkungan dan kesehatan. Sejak akhir abad 19, kenaikan temperatur bumi terus terjadi secara signifikan. Secara makro, efek dari penggunaan energi tidak terbarukan sudah memberikan dampak nyata atas perubahan iklim secara global. Misalnya saja pada fenomena mencairnya es di kutub selatan sebagai akibat dari pemanasan global.
Maka dari itu, dalam kegiatan Conference of the Parties (COP) 21 pada 2015 yang diadakan di Paris, Perjanjian Paris dibentuk untuk membahas upaya pencegahan kenaikan temperatur bumi hingga 1,5 derajat Celsius dan tidak melebihi 2 derajat Celsius pada 2100 (UNFCCC, 2016).
Komitmen Tiga Skala
Indonesia menyatakan komitmennya untuk mewujudkan transisi energi bersih melalui berbagai cara. Sejumlah komitmen mulai dari komitmen berskala global hingga di sektor energi pun ditempuh untuk mencapai target-target di masa depan. Pertama, sebagai salah satu kontribusi di dunia internasional, Indonesia ambil peran dalam ratifikasi Perjanjian Paris pada 2016. Kedua, melalui UU Nomor 16 Tahun 2016 Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada 2030 sebanyak 29%. Ketiga, dalam sektor energi, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK hingga 398 juta ton CO2 pada 2030.
ADVERTISEMENT
Gerakan ini dirumuskan dalam berbagai regulasi, misalnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) tentang target bauran EBT nasional sebesar 23% pada 2025.
Akselesari EBT Melalui PLTS Atap
Pada 2021, Indonesia berhasil meraih banyak prestasi dalam dunia EBT. Salah satunya adalah keberhasilan mencapai bauran EBT hingga 11,5%. Tentu, ini menjadi awal untuk mewujudkan tercapainya target bauran EBT 23% pada 2025. Sebagai upaya untuk mendorong percepatan EBT, PLTS atap dinilai menjadi salah satu cara yang menjanjikan.
Sebanyak 335 MW kapasitas PLTS atap akan ditargetkan pada 2022. Target ini sebagaimana diatur dalam PerMen ESDM No. 26/2021 tentang pengaturan PLTS atap. Dalam perjalanannya ke depan, diharapkan realisasi PLTS atap dapat terwujud secara bertahap hingga berkapasitas 3.614,9 MW pada 2025. Berbagai sektor akan menjadi target pemasangan PLTS atap, mulai dari pemerintahan, industri, hingga skala rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Tentunya dalam merealisasikan hal ini agar menjadi nyata diperlukan kerja sama berbagai pihak, salah satunya adalah melalui penerapan PLTS atap. Perlahan tapi pasti, Indonesia mampu menekan angka emisi karbon dalam skala masif hingga mewujudkan tercapainya net zero emission di Indonesia pada 2060.
Paus Fransiskus wafat di usia 88 tahun pada Senin pagi (21/4) akibat stroke dan gagal jantung. Vatikan menetapkan Sabtu (26/4) sebagai hari pemakaman, yang akan berlangsung di alun-alun Basilika Santo Petrus pukul 10.00 pagi waktu setempat.