Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kebakaran Hutan Maui dan Perubahan Iklim: Tinjauan Ekosentrisme
11 Maret 2025 17:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Afri Yandy Zefanya Pangihutan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim telah menjadi ancaman nyata yang berdampak luas terhadap ekosistem dan kehidupan manusia. Peningkatan

suhu global, perubahan pola cuaca ekstrem, dan kondisi lingkungan yang semakin kering menciptakan risiko besar terhadap berbagai bencana alam. Salah satu contoh terbaru adalah kebakaran hutan di Maui, Hawaii, yang terjadi pada Agustus 2023. Peristiwa ini menjadi salah satu kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat, menewaskan lebih dari 100 orang dan menyebabkan kehancuran yang luas.
ADVERTISEMENT
Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menunjukkan bahwa suhu global telah meningkat sebesar 1,1°C sejak era pra-industri, memicu berbagai bencana seperti badai, kekeringan, dan curah hujan ekstrem. Kebakaran hutan di Maui mencerminkan bagaimana perubahan iklim memperburuk risiko kebakaran dengan menciptakan kondisi lingkungan yang lebih kering dan lebih rentan terhadap penyebaran api. Trend ini diperkirakan terus berlanjut jika emisi gas rumah kaca tidak dikendalikan.
Hutan memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan lingkungan, termasuk menyerap karbon dioksida dan mempertahankan siklus hidrologi. Hutan di Hawaii, khususnya di Maui, merupakan habitat bagi banyak spesies endemik seperti burung Nēnē dan pohon koa. Sayangnya, kebakaran yang melanda kawasan ini telah menghancurkan ribuan hektare hutan, merusak habitat alami, dan mengancam keberlanjutan ekosistem serta masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Faktor utama yang menyebabkan kebakaran di Maui adalah kombinasi dari kekeringan ekstrem dan angin kencang akibat Badai Dora. Data dari National Weather Service menunjukkan bahwa Hawaii mengalami periode terpanas dan terkering sepanjang sejarahnya pada tahun 2023. Selain itu, badai dengan kecepatan angin mencapai 110 km/jam mempercepat penyebaran api, sehingga pemadaman menjadi sangat sulit.
Dalam perspektif ekosentrisme, semua elemen ekosistem memiliki nilai intrinsik yang harus dilindungi untuk menjaga keseimbangan ekologis. Kebakaran hutan di Maui mencerminkan ketidakpedulian manusia terhadap keberlanjutan lingkungan, yang menyebabkan kerusakan luas terhadap spesies dan habitat alami. Dengan memahami nilai ekosistem secara menyeluruh, pendekatan ekosentrisme dapat mendorong kebijakan yang lebih berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam.
Selain dampak ekologis, kebakaran ini juga melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, memperburuk perubahan iklim secara global. Emisi dari kebakaran hutan berkontribusi pada peningkatan gas rumah kaca yang menyebabkan suhu global semakin meningkat. Oleh karena itu, tindakan mitigasi seperti reforestasi dan pengurangan emisi karbon harus menjadi prioritas untuk mencegah kebakaran serupa di masa depan.
ADVERTISEMENT
Respon terhadap kebakaran di Maui mencerminkan perlunya pendekatan yang lebih sistematis dalam menghadapi krisis iklim. Pemerintah Amerika Serikat telah mengerahkan bantuan darurat, tetapi langkah jangka panjang seperti konservasi hutan dan mitigasi perubahan iklim masih menjadi tantangan besar. Komunitas internasional juga harus memperkuat komitmen dalam perjanjian iklim global, seperti Kesepakatan Paris, untuk mengurangi risiko bencana akibat perubahan iklim.
Kebakaran hutan di Maui menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan pendekatan ekosentrisme, manusia harus memahami bahwa kelangsungan hidupnya bergantung pada keberlanjutan alam. Upaya kolektif dalam mengurangi emisi karbon, melindungi hutan, dan menerapkan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang.