Konten dari Pengguna

Wayang, Warisan Budaya yang Hampir Terlupakan

Aisah Imaydah
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang, Universitas Swasta di Indonesia
18 Februari 2024 1:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisah Imaydah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pertunjukan wayang kulit (sumber : koleksi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pertunjukan wayang kulit (sumber : koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Wayang, sudah ada dari zaman sebelum masehi. Selain sebagai bentuk dari hasil kebudayaan, wayang juga dijadikan sebagai media penyebaran agama Islam di Nusantara oleh Raden Said atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kalijaga. Karena, pada masa itu pertujukan wayang sedang marak diminati masyarakat, khususnya daerah Jawa. Mereka bahkan rela menonton wayang sampai berjam-jam. Maka dari fenomena tersebut, Sunan Kalijaga memanfaatkan kepopuleran pertunjukan wayang. Beliau menggunakan wayang sebagai media dakwah, agar masyarakat tertarik dan secara tidak langsung belajar dari cerita pewayangan yang sudah dimodifikasi sesuai ajaran agama Islam.
ADVERTISEMENT
Namun, dewasa ini wayang makin tergerus oleh perkembangan zaman, tidak berjalan seiringan. Kebudayaan lokal asli Indonesia yang sudah diakui UNESCO ini menjadi terlupakan dan semakin tidak menarik bagi generasi z dan alpha. Mereka lebih tertarik pada kecanggihan kecerdasan buatan (AI).
ilustrasi wayang kulit (sumber : https://istockphoto.com)
Pertunjukan tradisional wayang sudah jarang terlihat, walaupun dibeberapa daerah khususnya Jawa masih mempertahankan aset kebudayaan wayang ini. Mirisnya, salah satu hasil kebudayaan (warisan budaya tak benda kita) kita akan musnah. Wayang garing, merupakan kesenian wayang khas daerah Banten yang berbeda dengan wayang lainnya. Pertunjukan wayang ini 'sepi' karena sumber suara hanya dari mulut si dalang tanpa adanya alunan musik atau instrumen yang mendampinginya. Wayang garing ini diperkirakan akan hilang selamanya, karena tidak ada yang meneruskannya.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini wayang garing diturunkan seperti sastra lisan, secara turun temurun dari generasi ke generasi. Walaupun peminatnya tidak sebanyak pertunjukan wayang golek atau kulit pada umumnya. Namun, wayang garing tetap memiliki peminatnya tersendiri karena terdapat daya tarik dari keunikannya itu.
Kita, sebagai generasi muda penerus bangsa setidaknya mau memperhatikan dan mempertahankan hasil cipta dari kebudayaan yang sudah ada dan melekat dalam tubuh Indonesia ini. Jangan sampai hilang, bahkan diakui oleh negara asing. Indonesia bisa indah karena terdapat berbagai keberagaman. Jika keberagaman itu musnah, apa jadinya bumi pertiwi kita ini? Bukan hanya keindahan alam atau harta benda yang harus kita jaga, melainkan harta tak benda (kebudayaan) juga patut kita pertahankan.
ADVERTISEMENT
Cintai selagi bisa, lindungi selagi ada.