Menata(p) Lautan Indonesia melalui Penginderaan Jauh

Aji Putra Perdana
Seorang Geograf(er) yang mengamati lingkungan sekitar dari sudut pandang geografi. Pemerhati Peta dan Toponim. Saat ini bekerja di Badan Informasi Geospasial.
Konten dari Pengguna
9 Juni 2021 15:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Putra Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanggal 8 Juni diperingati sebagai Hari Laut Sedunia dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir 2008. Pengajuan pertama usulan penetapan Hari Laut Sedunia dilakukan oleh Kanada pada tahun 1992 di Earth Summit, Rio de Janeiro, Brasil. Ternyata, pertemuan tersebut diadakan berkaitan dengan peringatan 20 tahun pertemuan pertama PBB yang membahas lingkungan yang tanggalnya dicanangkan sebagai Hari Lingkungan Sedunia. Jadi, kedua peringatan hari tersebut saling berkaitan. Pertemuan pada tahun 1992 tersebut mempertemukan para pemimpin politik, diplomat, ilmuwan, perwakilan media dan organisasi non-pemerintah (LSM) dari 179 negara untuk upaya besar-besaran untuk fokus pada dampak kegiatan sosial-ekonomi manusia terhadap lingkungan (https://www.un.org/en/conferences/environment/rio1992).
Foto bersama para pemimpin dunia yang menghadiri pertemuan 'Earth Summit' di Rio de Janeiro, Brazil, 13 Juni 1992. Kredit Foto: UN Photo/Michos Tzovaras
Sejumlah organisasi telah melakukan promosi Hari Laut Sedunia sejak tahun 2003. Akhirnya, tepat pada tanggal 5 Desember 2008, PBB secara resmi menetapkan tanggal 8 Juni sebagai Hari Laut Sedunia (World Ocean Day) melalui resolusi 63/111 (https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/08/080500265/hari-laut-sedunia-2021--sejarah-dan-tema-tahun-ini?page=all). Peringatan Hari Laut Sedunia ini merupakan peringatan terhadap potensi laut di dunia dan hasil yang disediakan oleh samudra, seperti makanan laut dan kehidupan laut; termasuk penggunaan laut sebagai jalur pelayaran perdagangan internasional (https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Laut_Sedunia).
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Laut Sedunia ini membawa memori saya ke masa kuliah pada tahun 2005-2006. Momen saya belajar mengenai kondisi kelautan Indonesia, termasuk menyadari bahwa potensi kelautannya luar biasa. Saat itu saya mengerjakan skripsi dengan tema integrasi data penginderaan jauh kelautan dan data oseanografi.
Cakupan dari penelitian yang menggunakan penginderaan jauh dan kelautan ini cukuplah luas. Di antaranya, kajian suhu permukaan laut dan salinitas, kenaikan permukaan laut, deteksi target tertentu (kapal, tumpahan minyak). Lebih lanjut lagi, juga terdapat kajian kondisi oseanografi fisik, biologi, kimia dan geologi menggunakan data penginderaan jauh. Bahkan, teknologi penginderaan jauh ini dikombinasikan dengan data dan teknik pemodelan oseanografi.
Riset yang saya lakukan saat mahasiswa merupakan bagian kecil dari aplikasi poenginderaan jauh kelautan. Data penginderaan jauh yang saya gunakan saat itu adalah NOAA-AVHRR dan Aqua MODIS, kemudian data oseonografi yang digunakan adalah data Argo Float. Kajian suhu permukaan laut dengan memanfaatkan kedua jenis data tersebut saya lakukan di wilayah perairan selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (sebagian wilayah Samudra Hindia yang ada di kawasan perairan Indonesia). Saya berkesempatan belajar dan dibimbing oleh peneliti dari Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) yang berada di Perancak, Bali. Saat itu namanya Balai Riset Observasi Kelautan (BROK), KKP.
Sebaran Argo Float di Perairan Indonesia pada Februari 2005 (Dokumen Pribadi, Skripsi)
Iso-Surface Suhu Hasil Pengolahan Data Argo Float pada Februari 2005 (Dokumen Pribadi, Skripsi)
Perolehan citra satelit penginderaan jauh di kala itu tidaklah semudah sekarang di mana saat ini koneksi internet jauh lebih baik, belum lagi keberadaan Google Earth Engine (GEE) sebagai platform yang menyediakan dan memiliki fasilitas pengolahan data citra satelit penginderaan jauh. Mengingat pengalaman masa itu dan berkaitan dengan Hari Laut Sedunia, saya pun penasaran dengan perkembangan terkini pemanfaatan penginderaan jauh untuk kelautan, utamanya di Indonesia. Berikut secuil kisah instansi pemerintah di Indonesia yang mengoptimalkan teknologi penginderaan jauh kelautan.
ADVERTISEMENT
LAPAN memantau kualitas air perairan di Indonesia
Data penginderaan jauh dengan kemampuan resolusinya dapat digunakan untuk memonitor kondisi lingkungan di muka bumi (https://kumparan.com/aji-putra-perdana/data-penginderaan-jauh-pantau-perubahan-lingkungan-1vslUYi4OeT/full), tentunya termasuk kondisi laut dan samudra. LAPAN sebagai instansi pemerintah yang berkaitan erat dengan penyediaan dan pengolahan data penginderaan jauh tentunya telah melakukan berbagai kajian untuk wilayah perairan Indonesia.
Cahaya pada kolom air yang cerah Kredit Foto: Photo by Cristian Palmer on Unsplash
Salah satu pemanfaatan teknologi penginderaan jauh kelautan adalah untuk memantau kualitas perairan di Indonesia. LAPAN memantau kualitas perairan dari waktu ke waktu secara temporal. Salah satu bentuk pemanfaatan kemampuan resolusi temporal data penginderaan jauh. Kualitas air dinilai dari tingkat kekeruhan yang dipantau dari data penginderaan jauh. Hal ini berkaitan dengan interaksi cahaya dengan kolom air yang dipantulkan kembali ke luar untuk diterima oleh sensor (https://kumparan.com/pandangan-jogja-com/seluk-beluk-teknologi-lapan-memantau-kualitas-perairan-indonesia-1u82vGRQkVK/full).
ADVERTISEMENT
LAPAN dan KKP membantu nelayan menangkap ikan
Sebelum menelisik ke perkembangan pemanfaatan data penginderaan jauh oleh LAPAN dan KKP, saya melihat kembali isi skripsi dan menggali mengapa suhu permukaan laut saat itu saya telaah. Tulisan paragraf pertama latar belakang penelitian, saya menuliskan bahwa suhu permukaan laut merupakan parameter yang berkaitan dengan berbagai fenomena laut. Seperti fenomena upwelling, front, arus laut, arus eddie), dan daerah konsentrasi ikan. Kemudian, teknologi oseanografi Argo Float yang saya gunakan datanya saat itu ternyata merupakan data pengukuran profil suhu dan salinitas laut secara near real-time hingga kedalaman 2000 meter.
Parameter suhu permukaan laut dilengkapi dengan parameter klorofil-a dipergunakan oleh Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) LAPAN dan KKP dalam mencari di manakah ikan di lautan?
ADVERTISEMENT
LAPAN memiliki tim yang memanfaatkan data penginderaan jauh untuk mendeteksi fenomena oseanografi terkait keberadaan ikan, kemudian mereka mengolah datanya menjadi petunjuk lokasi ikan. LAPAN menyebut produknya sebagai informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI). Nah, di sisi lain KKP juga memanfaatkan data penginderaan jauh dalam membuat informasi keberadaan ikan yang disebutnya sebagai Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan. Semoga kedua instansi pemerintah tersebut bersinergi, sehingga benar-benar informasinya terintegrasi dan membantu nelayan dalam menangkap ikan.
Tangkapan Layar Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (sumber: https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/kkp/PPDPI/2020/10%20Oktober/jbn_20201026_27.png)
Menelisik lebih jauh lagi, terdapat sejumlah penelitian yang terkelola di perpustakaan KKP memperlihatkan pemanfaatan citra MODIS dengan berbagai levelnya untuk kajian penentuan daerah tangkapan ikan. Usut punya usut ternyata, produk peta KKP yang diperoleh dari hasil analisis data penginderaan jauh dan diperkuat dengan pemodelan oseanografi telah cukup lama digunakan untuk membantu nelayan dalam menangkap ikan.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya LAPAN yang mempunyai katalog citra, ternyata BROL pun telah menyediakan Sistem Informasi Katalog Data Citra Satelit yang disiapkannya sejak tahun 2000an. Basis data citra tersebut berisi citra resolusi rendah (NOAA-AVHRR, METOP A/B, Aqua/Terra MODIS, Suomi NPP VIIRS, HIMAWARI-8), resolusi menengah (ALOS, ASTER, LANDSAT 7-8, SENTINEL-2), resolusi tinggi (GeoEye, IKONOS-2, Quickbird-2, Wordlview 1-3), dan radar (RADARSAT-2, Cosmo Skymed 1-4, SENTINEL-1).
Dalam acara Bincang Bahari Webinar Series 6 pada September 2020, Eko Susilo selaku Kepala Laboratorium Penginderaan Jauh Kelautan BROL KKP menyampaikan materi berjudul Sistem Informasi Katalog Data Citra Satelit. "Berdasarkan Keputusan Kepala BIG Nomor 27 Tahun 2019, KKP merupakan Walidata PPDPI (Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan)," ujar Eko. Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa salah satu tantangan ke depan adalah perlunya kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait untuk peningkatan pemanfaatan data penginderaan jauh kelautan dan perikanan serta guna mendukung pusat data kelautan nasional.
ADVERTISEMENT
Dua instansi pemerintah tersebut dengan berbagai produknya di atas dapat membantu kita melihat bagaimana kita dapat menata(p) wilayah laut Indonesia melalui bantuan teknologi dan data penginderaan jauh. Selamat Hari Laut Sedunia, mari bersama menjaga dan merawat kondisi perairan Indonesia.