Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mobilitas Penduduk, Data-Driven, dan Pandemi COVID-19
15 Juni 2021 19:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aji Putra Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fenomena pemudik di tengah larangan mudik saat lebaran konon katanya kini menjadi penyumbang meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui dan sadari bersama bahwa pandemi COVID-19 ini berkaitan erat dengan pergerakan atau mobilitas penduduk. Kewaspadaan kita semakin meningkat pasca kasus sebaran dan varian COVID-19 di India.
Mobilitas Penduduk dan Pandemi COVID-19
ADVERTISEMENT
Mobilitas penduduk menjadi salah satu kunci yang perlu diperhatikan dalam pengendalian penyebaran COVID-19. Pemerintah telah berupaya mengingatkan agar #tetapdirumahsaja namun nuansa dan kerinduan kumpul keluarga saat lebaran memang acapkali susah untuk dibendung. Upaya pengurangan mobilitas penduduk pun telah dilakukan, baik mulai dari pengetatan persyaratan perjalanan hingga adanya posko-posko pemeriksaan.
Saya yakin Pemerintah terus berupaya dan belajar dari cara penanganan yang dilakukan oleh negara lain. Akan tetapi, kita sadari bersama bahwa ada yang membuat Indonesia berbeda, terutama karakteristik bangsa dan keunikan kondisi geografisnya. Aspek sosial ekonomi, budaya, hingga wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan dapat menjadi pemicu mobilitas penduduk dan membutuhkan usaha ekstra dalam melakukan pengendalian.
Aspek sosial ekonomi semakin tergambarkan dampaknya pada sektor informal, hingga pegiat di sektor tersebut lebih memilih untuk pulang ke kampung halaman. Pergerakan ribuan warga dari megapolitan Jabodetabek tak dapat dielakkan. Kemudian, dari aspek budaya kebersamaan - makan gak makan yang penting kumpul dan semangat gotong-royong memberikan pola pergerakan penduduk yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Mereka yang memilih mudik tentunya karena pertimbangan ekonomi dan setidaknya dengan pulang ke kampung halaman maka dapat kumpul dengan keluarga dan menjalani kehidupan mereka lebih tenang. Di sisi lain, beberapa wilayah memiliki antisipasi dan semangat gotong-royong cegah COVID-19 melalui lahirnya lockdown partisipatif atau mandiri yang diinisasi oleh warga, kemudian ajakan untuk isolasi mandiri bagi yang datang dari perantauan.
Pendekatan dan teknologi berbasis data (data-driven) bantu pahami fenomena geografi pandemi COVID-19
Peta dahsboard: salah satu bentuk pendekatan berbasis data yang bantu pahami sebaran COVID-19
ADVERTISEMENT
Keberadaan peta dashboard telah menjadi alat bantu untuk pahami pandemi COVID-19 melalui pendekatan geografi . Mendekati dan mencoba menguak mobilitas penduduk hingga gambaran umum fenomena geografi pandemi COVID-19, sejumlah peneliti telah menelaah dan mengoptimalkan pendekatan dan teknologi berbasis data tersebut.
Kemudahan membuat peta dashboard yang difasiiltasi oleh salah satu pengembang perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) melahirkan berbagai percepatan penyajian data dan informasi persebaran Covid-19 di berbagai daerah. Bahkan, sejumlah pemerintah daerah di Indonesia telah menyajikan data dan informasi tersebut melalui peta dashboard. Peta dashboard ini menyajikan data berbasis spasial pada umumnya secara digital atau berbasis web dan dilengkapi dengan dashboard yang berisi informasi berupa angka, tabular ataupun bagan serta informasi tepi lainnya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya penelitian yang dilakukan pada skala Eropa dan di negara Denmark . Mereka menggunakan pendekatan berbasis data untuk eksplorasi pola spasio-temporal pandemi COVID-19 pada kedua skala wilayah tersebut. Selain itu, mereka juga mengkaji variabel geografis apa yang berpotensi berkontribusi dalam mempercepat penyebarannya. Hasil temuan mereka menunjukkan bahwa kepadatan penduduk dan tempat berkumpulnya orang (di Eropa, misalnya seperti kafe dan bar), dan tingkat polusi merupakan variabel yang berpengaruh. Sejumlah penelitian lainnya yang dilakukan di berbagai negara juga telah menunjukkan bagaimana pendekatan berbasis data ini dalam membedah problematika geografi yang timbul akibat pandemi COVID-19, kaitannya dengan analisis sosio-spasial dan spasio-temporal termasuk mobilitas penduduk di tengah pandemi COVID-19.
Mengapa analisa data dan ketersediaan peta mobilitas penduduk itu perlu?
ADVERTISEMENT
Masih ingatkah ketika Peneliti Harvard menyampaikan hasil analisanya bahwa ada potensi COVID-19 telah masuk Indonesia berdasarkan intensitas frekuensi penerbangan dari dan ke Wuhan? Analisis origin-destination (asal-tujuan) data penerbangan tersebut dapat juga diterapkan untuk analisa data transportasi darat terkait mobilitas penduduk yang mudik lebih awal.
Sejumlah peneliti dan Open COVID-19 Data Working Group melakukan analisa efek mobilitas penduduk dan tindakan pengendaliannya di Wuhan. Mereka menggunakan data mobilitas real-time dari Wuhan dan data kasus detil termasuk riwayat perjalanan untuk menjelaskan peran impor kasus pada transmisi di kota-kota di seluruh Tiongkok dan memastikan dampak dari tindakan pengendalian. Dalam artikel penelitian tersebut dapat diketahui bahwa distribusi spasial kasus COVID-19 berkorelasi dengan mobilitas penduduk. Langkah pengendalian drastis yang diterapkan oleh Pemerintah Tiongkok, berhasil menurunkan korelasinya.
ADVERTISEMENT
Data mobilitas ini merupakan salah satu kunci utama bagi pengambil kebijakan dalam menentukan langkah pengendaliannya. Hal tersebut memantik Google merilis COVID-19 Community Mobility Reports . Data yang disajikan merupakan hasil analisa agregrat pengguna Google yang mengaktifkan Location History. Google menyajikan laporan untuk membantu kita dan pengambil kebijakan terkait kesehatan masyarakat memahami respon masyarakat terhadap kebijakan social-distancing terkait dengan COVID-19.
Pertanyaan muncul di benak saya adalah sudahkah Indonesia memiliki data mobilitas penduduk, termasuk peta pergerakannya?
Sejumlah daerah berupaya melakukan pendataan terhadap perantau atau penduduk yang baru datang di suatu wilayah. Seorang teman pegiat peta bahkan telah membuatkan peta tematik berupa peta pemantauan COVID-19 yang dilengkapi dengan informasi jumlah pemudik, angka kasus per kecamatan di salah satu Kabupaten di D.I. Yogyakarta. Peta tersebut sedianya digunakan oleh posko relawan gabungan guna menimalkan persebaran COVID-19. Kalau dalam cakupan se-Indonesia, bisa jadi sudah ada karena sejumlah pernyataan Pemerintah mengungkapkan bahwa peningkatan kasus COVID-19 ini dampak dari fenomena mudik yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Kemudian, bagaimana data dan peta mobilitas untuk wilayah Indonesia secara lebih detil?
Hal ini kembali ke sejauh mana Pemerintah dapat melakukan pendataan, baik melalui aplikasi PeduliLindungi maupun mengoptimalkan pendataan manual oleh masing-masing Pemerintah Daerah. Pemodelan dinamis terkait mobilitas penduduk semestinya telah dilakukan, sebagaimana telah banyak pemodelan matematis untuk prediksi kasus COVID-19 di Indonesia.
Di sisi lain, problematika pendataan di Indonesia menjadi makin cukup menantang di tengah pemberitaan soal bocornya data. Isu privasi data (data pribadi hingga mungkin geoprivacy - terkait data lokasi pergerakan individu) tentu juga dapat menjadi hal sensitif dan butuh perhatian ekstra. Menarik untuk diulas di lain waktu terkait geoprivacy dan pandemi COVID-19.
Tantangan lainnya adalah bagaimana menyampaikan hasil analisis data dan peta sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai pihak terkait, baik dari para pemimpin, pemangku kepentingan, hingga masyarakat umum. Sama halnya, susah bagi kita mengontrol mobilitas penduduk, maka kecepatan analisa data dan pemetaannya pun seakan berlomba dengan meningkatnya sebaran COVID-19.
Saatnya kembali mengoptimalkan analisis dan pendekatan geografi dalam hadapi pandemi COVID-19. Kita sadar bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir dan dapat sewaktu-waktu naik jumlah kasusnya. Oleh karena itu, mari saling jaga dan jangan lengah meskipun telah vaksinasi. Tetap jaga protokol kesehatan di tengah perjalanan dan pergerakan kita melakukan berbagai kegiatan.
ADVERTISEMENT