Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Dampak Negatif Perceraian Terhadap Anak
4 Desember 2022 19:34 WIB
Diperbarui 20 Desember 2022 16:49 WIB
Tulisan dari Alda Okti Ramadini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa, sih, manusia yang tidak ingin hidup dengan bahagia? Bagi sebagian orang mungkin mengartikan sebuah kata perceraian adalah jalan keluar yang paling tepat. Tapi nyatanya perceraian sangat berdampak kepada anak. Perceraian adalah perpisahan suatu ikatan hubungan suami istri. Suami istri tidak dapat tinggal dalam satu rumah tanpa adanya hubungan pernikahan.
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus perceraian di Indonesia menurut laporan Badan Pusat Statistik, sebanyak 447.743 kasus pada tahun 2021, jumlah kasus tersebut meningkat lebih dari 53,50% dari tahun 2020 yang sebanyak 291.677 kasus. Dari jumlah laporan kasus tersebut, persentase yang menggugat perceraian lebih banyak diajukan dari pihak istri dibandingkan pihak suami. Sebanyak 337.343 kasus atau 75,34% perceraian terjadi diakibatkan oleh cerai gugat, yaitu kasus di mana wanita mengajukan gugatan yang diputuskan oleh pengadilan. Pada saat yang sama, sebanyak 110.440 kasus atau 24,66% dari perceraian adalah hasil dari perceraian talak, yaitu kasus di mana suami mengajukan permohonan yang telah diselesaikan oleh pengadilan (Adiat, 2022).
Sebenarnya dan pastinya ketika pria dan wanita memutuskan untuk menikah, mereka tentu tidak ingin bercerai. Akan tetapi, seperti yang sudah dikatakan bahwa persentase angka kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2021 lebih meningkat dibandingkan tahun 2020. Pertanyaannya adalah “Lantas, mengapa sepasang suami istri bercerai? Lalu, karena faktor apa saja?” Banyak hal yang membuat pasangan suami istri bercerai. Seperti kasus perceraian karena alasan kekurangan ekonomi hingga 113.343 kasus dan sebanyak 42.387 kasus perceraian terjadi akibat salah satu pihak yang meninggalkan. Kemudian, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga menjadi faktor terjadinya perceraian sebanyak 4.779 kasus. Faktor lainnya meliputi 1.779 pemabuk, 1.447 murtad, dan 893 poligami (Mutia, 2022).
ADVERTISEMENT
Permasalahan perceraian tentu saja akan menimbulkan dampak-dampak negatif kepada anak. Berikut adalah dampak-dampak negatif dari perceraian yang dirasakan oleh anak.
1. Kurangnya Interaksi Anak dengan Orang Tua.
Karena orang tua yang tidak tinggal bersama, menyebabkan komunikasi antara anak dengan kedua orang tuanya berkurang. Sehingga anak akan merasa kurang percaya diri karena tidak tahu harus berbagi cerita dengan siapa. Selain itu, kurangnya interaksi anak dengan kedua orang tuanya dapat menghambat perkembangan emosional anak (Kusumawati 65). Hal tersebut dapat menimbulkan sikap pengabaian pada diri anak seperti tidak peduli dengan orang tuanya bahkan lingkungan sekitarnya. Rasa kurang percaya diri juga membuat anak terlalu betah berada di dalam zona nyaman nya, karena hal itulah anak akan memiliki risiko kegagalan yang paling kecil. Kegagalan paling kecil atau sedikit bertanda bahwa anak kurang melakukan pengalaman dan tidak ingin mencoba hal baru. Hal tersebut justru menghalangi anak untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, yang pada akhirnya merugikan perkembangan anak sendiri.
ADVERTISEMENT
2. Anak Merasa Kurang Mendapatkan Perhatian dari Orang Tuanya.
Perceraian juga akan menyebabkan anak kehilangan perhatian. Hal ini dapat terjadi karena anak merasa bahwa orang tuanya hanya sibuk dengan pekerjaan. Dampak buruk anak yang merasa kurang mendapat perhatian dari orang tuanya adalah anak akan melakukan hal-hal negatif seperti mencoba pergaulan bebas, mabuk-mabukan dan lain sebagainya (Irawan, Renita, dan Asrina 53). Selain itu juga anak akan menganggap dirinya kurang berharga dibandingkan teman-temannya yang lain. Perasaan ini yang pada akhirnya membuat anak merasa takut untuk mencoba hal baru dan tumbuh menjadi sosok yang mudah cemas dan takut.
3. Menghambat Perkembangan Psikologis Anak.
Tanpa disadari terhambatnya psikologis anak merupakan salah satu dampak negatif yang harus dihadapi oleh orang tua yang bercerai (Ramadhani, Erika, dan Krisnani 111). Anak akan cenderung tertutup dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa anak juga merasakan trauma dengan yang namanya pernikahan. Karena anak tersebut takut jika pernikahan mereka akan berakhir dengan cara yang sama seperti perceraian orang tua mereka. Salah satu hal yang menyebabkan anak trauma adalah ketika anak menyaksikan pertengkaran orang tuanya. Dari yang sudah anak lihat itulah maka akan menjadi sebuah ingatan yang kurang menyenangkan dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa perceraian berdampak sangat negatif bagi anak. Misalnya kurangnya interaksi anak dengan orang tua akan membuat anak minder, anak juga merasakan kurang mendapatkan perhatian sehingga anak akan mencoba hal-hal negatif. Selain itu, perceraian dapat menghambat perkembangan psikologis anak.
Maka dari itu, sebagai orang tua pantasnya jika berselisih paham dengan pasangan jangan sampai anak mengetahui dan mendengar adu argumen tersebut. Apalagi sampai yang namanya KDRT di hadapan anak, takutnya si anak akan menjadikannya contoh kepada pasangannya kelak.
Daftar Pustaka :
Ahdiat, Adi. Kasus Perceraian Meningkat 53%, Mayoritas karena Pertengkaran. (2022). Diakses pada tanggal 3 Desember 2022 dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/28/kasus-perceraian-meningkat-53-mayoritas-karena-pertengkaran
Irawan, Reina Renita, dan Andi Asrina. "Pembentukan Konsep Diri Remaja (Studi Pada Remaja Korban Perceraian Orang Tua) Di Kota Makassar Tahun 2020." Jendela Jurnal Kesehatan Masyarakat (2020): 48-58.
ADVERTISEMENT
Kusumawati, Magdalena Dewi. "Dampak perceraian orang tua terhadap kondisi emosi anak usia 6-12 tahun." Jurnal edukasi nonformal 1(1) (2020): 61-69.
Mutia, Annissa. Kasus Perceraian di Indonesia Masih Marak, Ini Penyebabnya. (2022). Diakses pada tanggal 3 Desember 2022 dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/21/kasus-perceraian-di-indonesia-masih-marak-ini-penyebabnya
Ramadhani, Putri Erika, dan Hetty Krisnani. "Analisis dampak perceraian orang tua terhadap anak remaja." Fokus: Jurnal Pekerjaan Sosial 2(1) (2019): 109-119.