Steve Bruce: Dulu Ditolak Fans, Kini Lebih Baik dari Benitez

Alexander Arie
Mahasiswa pascasarjana yang nyambi mengasuh anak di rumah saja
Konten dari Pengguna
22 Januari 2020 9:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Arie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"The biggest downgrade in football history"
Kalimat di atas adalah salah satu bentuk kekecewaan fans Newcastle United begitu Mike Ashley mengumumkan nama pelatih untuk menggantikan Rafael Benitez. Bagaimana tidak, seorang pelatih berprofil tinggi seperti Benitez yang juga mampu membawa Newcastle promosi ke Premier League serta sukses bertahan kemudian harus digantikan oleh pelatih yang lebih identik dengan degradasi dan Championsip, walaupun sebenarnya dirinya adalah pemain kondang.
ADVERTISEMENT
Ya, namanya Steve Bruce. Legenda Manchester United dan menjadi andalan selama nyaris 10 tahun pada era awal Alex Ferguson yang belum jadi Sir.
Steve Bruce identik dengan Birmingham City sebenarnya. Sempat promosi dan degradasi, Bruce lantas lompat ke Wigan Athletic pada November 2007/2008. Dua musim di Wigan, Bruce kemudian hengkang ke Sunderland.
Steve Bruce Sebelum Menukangi Newcastle United (Foto: Getty Images)
Persinggahan Bruce berikutnya adalah Hull City yang dibawanya ke Premier League 2013/2014 untuk kemudian dibawa turun lagi semusim kemudian. Bruce lalu menjadi pelatih Aston Villa dan terakhir sebenarnya tengah menjabat pelatih kepala di Sheffield Wednesday sebelum kemudian dibajak oleh Newcastle pasca gagal sepakat dengan Benitez.
The Sun pada pertengahan Juli 2019 menulis bahwa Steve Bruce adalah pelatih nomor 1 yang diunggulkan untuk dipecat duluan versi Ladbrokes. Bruce ada di atas Ole Gunnar Solskjaer, Roy Hodgson, Manuel Pellegrini, Daniel Farke, Frank Lampard, Javi Gracia, Unai Emery, Graham Potter, dan Chris Wilder. Kita tahu bahwa ada 3 nama dalam deretan tersebut yang kemudian memang dipecat dan Bruce tidak.
ADVERTISEMENT
Fans Newcastle juga menggaungkan tagar #BruceOut pada hari pengumuman tersebut. Bayangkan, kerja sama belum, sudah disuruh out. Demikianlah betapa pesimisnya banyak pihak melihat Bruce akan menukangi Newcastle United. Mereka menganggap Mike Ashley hanyalah pemilik pelit yang tidak mau menggaji pelatih mahal-mahal, makanya memilih Bruce.
Akan tetapi, kalau mau jujur, capaian Bruce sejauh ini telah berhasil melampaui prestasi Benitez pada 2 musim membesut Newcastle.
Pasca pekan 23 musim 2017/2018, Newcastle ada di peringkat ke-15 dengan hanya 6 kemenangan dan 5 draw. Semusim kemudian? Lebih parah. Pada pekan ke-23, Newcastle ada di peringkat 17 alias satu strip di atas zona merah dengan hanya membukukan 5 kemenangan dan 6 imbang. Pada dua musim itu, Newcastle telah kalah 12 kali sampai pekan ke-23 alias hampir separuh musim diakhiri dengan kekalahan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan Bruce? Dengan hasil imbang dramatis melawan Everton, Newcastle duduk nyaman di peringkat ke-12 dengan 29 poin buah dari 8 kemenangan dan 5 imbang. Bandingkan dengan 23 dan 21 poin ada musim 2017/2018 dan 2018/2019.
Hampir selalu mengandalkan formasi 5-4-1, penampilan Newcastle di bawah Bruce terbilang aman damai. Dari 10 laga sejauh ini, tercatat hanya 6 laga mereka kalah lebih dari selisih 1 gol, 2 diantaranya adalah versus Leicester City. Di samping itu, Bruce membawa Newcastle meraih hasil-hasil brilian seperti menahan Manchester City dan menang dari Manchester United, keduanya terjadi di St. James Park. Jangan lupakan pula kemenangan dramatis atas Chelsea dan terkini hasil imbang yang juga tidak kalah dramatis atas Everton.
ADVERTISEMENT
Sejak 1 Januari, Bruce sudah membawa Newcastle melalui 5 laga tanpa kalah, 2 diantaranya adalah melawan Rochdale di Piala FA. Laga keenam juga sangat mungkin berakhir kemenangan karena hanya akan melawan Oxford United di lanjutan Piala FA.
Newcastle secara matematis jelas belum aman dari jerat degradasi. Akan tetapi, penampilan sejauh ini telah membawa kita pada fakta bahwa sebenarnya Bruce itu tidak buruk-buruk amat, kok. Para fans saja yang kadung pesimis duluan. Salah-salah nanti di akhir musim sang pelatih malah dielu-elukan sebagai penyelamat~