Konten dari Pengguna

Implementasi Etos Kerja pada Agama: Islam & Kristen

Muhammad Ali Ashhabul Kahfi
Master Of Politics and International Relations, School of Strategic and Global Studies, University Of Indonesia.
3 April 2022 13:40 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ali Ashhabul Kahfi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana setelah bekerja seharian namun tetap ceria dan selalu dalam kondisi prima. Dok.Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Suasana setelah bekerja seharian namun tetap ceria dan selalu dalam kondisi prima. Dok.Pribadi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tuhan telah mengatur segala aspek, dari hal yang paling sederhana sampai kepada hal-hal yang sulit untuk dipecahkan oleh manusia.
Agama yang menjunjung tinggi akhlak dalam melakukan segala sesuatu akan menghindari hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah diatur oleh setiap agama menurut kepercayaan masing-masing.
Sehingga setiap langkah yang dilakukan oleh manusia akan berdasar kepada hal-hal baik sesuai yang dianjurkan oleh Tuhan. Penganut agama akan percaya bahwa setiap hal yang dilakukan dengan niat dan jalan yang baik akan memberikan manfaat dan berkah bagi manusia.
Agama menjadi pegangan bagi manusia untuk membimbing kita dalam segala hal yang akan dijalani selama kita hidup.
Hal ini dikemukakan dalam semua agama, sebagai contoh pada agama islam, agama islam diturunkan untuk menjawab segala persoalan hidup secara keseluruhan yang dalam fungsinya manusia sebagai khalifatullah fi ardh (god vicegerent en erth) yang memiliki makna mereka ditakdirkan untuk memainkan peran kekhalifahan ini dan diberkahi dengan “pengetahuan tentang berbagai hal” untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Menurut pernyataan diatas, selain agama yang sudah mengatur segala hal dalam hidup, manusia merupakan aspek yang berperan penting dalam kehidupan di muka bumi ini karena manusia merupakan subjek yang menjalankan perintahNya.
Sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan manusia, ekonomi akan berperan penting pada hidup manusia. Kebutuhan yang semakin hari meningkat, menjadikan manusia mau tidak mau akan bekerja untuk mencari nafkah, sebagai bentuk aktualisasi diri, ataupun sebagai bentuk memenuhi perintah Tuhan.
Manusia adalah makhluk yang dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat batin dan psikologis, bukan oleh fisik yang nampak. Oleh sebab itu dikatakan bahwa kemauan bekerja manusia datang dari naluri dan alamiah dari dalam diri.
Manusia memiliki pilihan antara bermalas-malasan atau bekerja sangat keras. Manusia yang taat agama dan berpegang pada aturan Tuhan YME, akan bekerja dengan keras karena pada dasarnya Tuhan memerintahkan kita untuk tidak menjadi manusia yang bermalas-malasan dalam bekerja.
ADVERTISEMENT
Semangat kerja pada diri manusia disebut dengan etos kerja.Etos kerja dapat diartikan sebagai bentuk pemikiran manusia dalam melakukan kegiatan yang memiliki tujuan dan pencapaian untuk mendapat hasil yang diinginkan.
Etos kerja menjadi sangat penting untuk dibahas karena etos kerja bisa memberikan gambaran dan menjadi petujuk manusia untuk menggapai kesuksesan duniawi yang diinginkan, lalu dunia sebagai tempat mereka menggapai kehidupan surga melalui perilaku yang baik.
Diatur juga dalam agama Kristen bahwa etos kerja yang sejati hanya mungkin dimiliki dan dilakukan oleh orang yang percaya kepada Tuhan sebab hakikat dari setiap pekerjaan adalah pelayanan.
ADVERTISEMENT
Adanya etos kerja dalam diri seseorang berfungsi sebagai pendorong timbulnya suatu perbuatan dalam hal ini yaitu bekerja. Fungsi etos kerja lainnya yaitu sebagai penggairah atau penyemangat bagi seseorang untuk melakukan aktivitas.
Apabila fungsi ini ditanamkan dengan baik dalam diri seseorang akan membawa mereka menjadi manusia dengan etos kerja tinggi dan meraih apa yang ditujukan dalam hidup mereka dan mencari keberkahan di jalan Tuhan sebagai bentuk manfaat yang didapat dari sikap etos kerja tinggi.
Kegiatan membangun sarang walet di tengah terik matahari. Dok.Pribadi
Etos kerja yang datang secara naluri dan alamiah dari dalam diri seseorang, pasti memiliki sesuatu hal yang mendorong terbentuknya sikap etos kerja yang disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja seseorang :
ADVERTISEMENT
Agama
Agama merupakan suatu sistem yang diciptakan oleh Tuhan YME baik secara langsung maupun tidak langsung kepada manusia dan seluruh ciptaanNya yang menentukan pola hidup dari pengikutNya.
Manusia yang percaya akan agama dan menganut sistem agama yang dianutnya secara tidak langsung akan memiliki akhlak yang baik.
Akhlak baik yang dimiliki oleh mereka akan menciptakan cara berpikir dan bertindak yang baik pula dan memiliki berbagai warna dan bentuk tergantung ajaran agama yang dianut oleh mereka.
Budaya
Lingkungan masyarakat sekitar memiliki pengaruh besar dalam sikap etos kerja yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini dikarenakan lingkungan sekitar memberikan pengaruh pada sikap dan sifat yang dominan dan muncul pada suatu kelompok manusia yang disebut dengan budaya.
ADVERTISEMENT
Apabila budaya di lingkungan sekitar mendukung akan dapat menimbulkan etos kerja pada seseorang dan sebaliknya.
Sosial Politik
Sosial politik merupakan aturan atau sistem yang mengatur budaya yang berkembang di suatu lingkungan. Sama halnya dengan budaya, sosial politik ini mempengaruhi tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat.
Kondisi Lingkungan / Geografis
Alam yang memiliki berbagai jenis sumber daya dapat mempengaruhi etos kerja dari seseorang. Sumber daya alam merupakan hal yang diciptakan oleh Tuhan untuk kemudian dimanfaatkan oleh manusia.
Apabila sumber daya alam yang ada di sekitar masyarakat itu baik dan berlimpah, manusia secara naluri akan melakukan usaha untuk mengelola dan mengambil manfaat dari sumber daya alam yang ada untuk penghidupan mereka sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pendidikan
Selain pengaruh hal – hal di sekitar kita atau pengaruh eksternal, pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi adanya sikap etos kerja karena kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan sikap etos kerja.
Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja pada seseorang atau kelompok masyarakat tidak lepas dari pengaruh struktur ekonomi.
Seperti hal yang sudah dibahas sebelumnya, bekerja merupakan bentuk aktualisasi diri untuk mencari nafkah, selain itu Tuhan yang memberikan segala sesuatu nya sudah ada di bumi namun mewajibkan kita untuk mencari nafkah atau penghasilan untuk memenuhi hidup.
Setiap orang memiliki kualitas diri dan tingkat ekonomi yang berbeda.
Tingkat ekonomi akan mempengaruhi seberapa besar manusia melakukan usaha untuk bekerja dan seberapa besar semangat mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Motivasi Intrinsik Individu
Kita ketahui bahwa etos kerja muncul secara alamiah dan datang dari naluri manusia untuk mencapai suatu hal yang mereka ingin capai.
Mereka yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki etos kerja yang tinggi juga, begitu pula sebaliknya.
Dari faktor-faktor di atas, secara tidak langsung akan mempengaruhi alam bawah sadar kita atau roh untuk memiliki etos kerja yang tinggi.
Etos kerja merupakan hal yang rumit dan kompleks untuk dibahas karena etos kerja dipengaruhi oleh banyak hal contohnya agama, budaya, lingkungan, dan lain-lain sebagaimana disebutkan dalam pembahasan sebelumnya dalam sub-bab faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja.
Membahas etos kerja tidak dapat dilakukan melalui teori tunggal karena tidak ada teori tunggal yang dapat menerangkan dari segala sisi mengenai etos kerja.
Max Weber adalah seorang sosiolog Jerman abad ke-19 dan salah satu pendiri sosiologi modern. Dia menulis ‘Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme’. Kredit:Flickr.com
Salah satu teori yang menjadi acuan bagi para peneliti yaitu teori dari Max Weber terhadap masyarakat Protestan aliran Calvinisme yang disebut dengan “Etika Protestan”.
ADVERTISEMENT
Teori ini menimbulkan ketertarikan dari pengamat dan peneliti lain untuk memakai cara pandang Weber mengenai etos kerja. Beberapa penelitian dan teori dilakukan, diantaranya sistem kepercayaan dan etos kerja masyarakat di Tokugawa, Jepang oleh Robert N. Bellah, Santri di Jawa dan Hindu Brahmana di Bali oleh Geertz, dan sebagainya.
Semua teori,pandangan, dan pengamatan bertitik tolak dari sudut pandang nila yang merupakan bentuk iman, kepercayaan, dan atau budaya mereka masing-masing.
Atau dapat dikatakan bahwa etos kerja erat kaitannya dengan pengaruh nilai budaya yang ada pada suatu kelompok masyarakat dan pengaruh keimanan seseorang dan kelompok masyarakat terhadap agama yang dianut atau dipercayai.
Agama memiliki pengaruh yang besar terhadap keragaman budaya yang ada di suatu lingkungan masyarakat. Agama diatas budaya merupakan teori yang tepat untuk menjelaskan bagaimana agama bisa berpengaruh terhadap budaya yang ada.
ADVERTISEMENT
Hidup seseorang tidak lepas dari tujuan ilahi dan insani mereka. Untuk mewujudkan tujuan hidup seseorang yang beragama, akan memunculkan nilai-nilai dan idealisme sebagai wujud manifestasi kepercayaan seseorang terhadap agama yang mereka yakini.
Nilai dan idealisme yang ada akan lekat kepada diri seseorang tersebut sehingga memunculkan persepsi dan budaya yang datang dari nilai dan idealisme yang bersumber dari agama yang diyakini.
Setiap etnik memiliki kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun sebagai warisan oleh keturunan-keturunan yang diyakini. Agama merupakan bentuk etnik yang mempunyai ciri khas tersediri untuk mencapai kelangsungan hidupnya.
Ketika berbicara mengenai etos kerja atau bekerja adalah bentuk ibadah, dapat diartikan bahwa bekerja sebagai bentuk “panggilan” yang berarti bekerja adalah bentuk satu unsur inti dalam kehidupan yang membantu masyarakat. Di lain sisi kebudayaan memiliki peran sebagai faktor pendukukung pada internal diri untuk mengembangkan unsur inti yang ada.
ADVERTISEMENT
Secara general atau umum, pada hakikatnya manusia diminta untuk bekerja meskipun hasil pekerjaannya belum dapat dinikmati oleh dirinya sendiri bahkan sampai keturunannya, namun Tuhan tetap mewajibkan ciptaanNya untuk selalu berusaha dan pantang menyerah dalam bekerja dan mencapai tujun hidupnya.
Kemauan dan semangat kerja dari pribadi seseorang muncul akibat dari suatu agama yang mereka yakini sebagai inti dari hidup mereka, sertabudaya dan faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya etos kerja seseorang.
Pada artikel kali ini, akan dibahas implementasi etos kerja pada dua agama yaitu Agama Islam dan Agama Kristen.
Perkumpulan mahasiswa dan pekerja Indonesia setelah melaksanakan Ibadah Sholat Idul Fitri 1439 H di Masjid At-Taqwa, Cheonan, Korea Selatan. Dok.Pribadi
Agama Islam
Agama islam memiliki tuntunan dan fokus hidup berdasarkan Al-Quran dan Hadist yang memberikan gambaran peta atau jalur hidup umatnya untuk melakukan hidupnya lillahita’ala dan selalu berada di jalan Allah SWT dengan pegangan akhlak yang baik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan analisis dan pengamatan etos kerja dalam islam oleh Toto Tasmara, pada Al Quran terdapat 602 kata pada ayat Al Quran tentang kerja diantaranya :
Disini dapat dikatakan bahwa islam meminta umatnya untuk selalu bekerja, bekerja merupakan hak Allah dan sebuah kewajiban dari manusia.
Selain itu dengan bekerja kita dapat mendekatkan diri pada Allah SWT. Dalam Al Quran dapat disebutkan dan memiliki makna bahwa Allah meminta kita untuk bekerja dengan tekun dan baik agar hasil yang kita miliki itu sempurna dan baik.
ADVERTISEMENT
Dalam misi mencapai tujuan bekerja yang sempurna diperlukan pondasi amanah, ikhlas, dan berusaha semaksimal mungkin dengan prinsip tawakal.
Etos kerja yang muncul dari agama Islam diantaranya professional, tekun, jujur dalam bekerja, amanah, dan kreatif.
Pertangiangan atau kegiatan doa suku Batak yang di dalamnya ada nyanyian jemaat dan khotbah. Dok.Pribadi
Agama Kristen
Kerja merupakan bentuk aktualisasi diri dari nikmat dan berkat yang diberikan oleh Allah terhadap ciptaanNya. Allah mewajibkan kita untuk rela belajar dan bekerja keras agar kita tidak meloloskan satu detik pun untuk mencapai kesuksesan dan menyia-nyiakan potensi hidup kita.
Allah telah memberikan firmanNya kepada umatNya melalui ayat-ayat Alkitab membahas mengenai etos kerja yang sudah menjadi keharusan untuk umat Allah mengerjakan dan mengerti prinsip etos kerja dalam Alkitab.
Dalam menumbuhkan etos kerja harus ada setidaknya tiga hal yang dicerminkan umat, diantaranya :
ADVERTISEMENT
Rajin
Allah menghendaki agar setiap umatNya selalu menjadi orang yang rajin dan berusaha semaksimal mungkin. Dengan perilaku rajin dan kerja keras Tuhan akan mendatangkan berkat bagi umatNya yang bersungguh-sungguh dan diselaraskan dengan doa.
Hal ini dapat dilihat pada ayat Alkitab 21:5 “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.”
Jujur
Amsal 11:11 berbunyi “Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.” Ayat Alkitab ini menjelaskan bagaimana Allah meminta umatNya untuk selalu jujur dalam melakukan pekerjaan dan menjauhkan kita semua dari sifat dosa.
Kerja Keras
Seperti hal yang dibahas sebelumnya bahwa kerja keras merupakan hal yang sangat disukai oleh Allah, barang siapa yang bekerja dengan sungguh-sungguh akan menuai berkatnya dari Allah.
ADVERTISEMENT
Dengan bekerja keras, Allah mengetahui bagaimana bentuk dan besar keseriusan kita dalam bekerja.
Dalam hal ini Allah menyediakan ayat Alkitab tentang berkat rumah tangga berfokus pada suami atau kepala rumah tangga yang harus bersungguh-sungguh dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dalam Lukas 16:10 "Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."
Kesimpulan
Etos Kerja merupakan karakter, sifat, dan atau sikap yang datang secara alamiah dan merupakan bentuk naluri dari seseorang atau sekelompok manusia dalam bekerja dengan tujuan untuk mencari keberhasilan dan mencapai tujuan hidup.
Manusia dengan etos kerja tinggi akan berbeda dengan yang memiliki etos kerja rendah dilihat dari ciri-cirinya diantaranya memiliki semangat tinggi, menjunjung moralitas, tekun, efektif, dan kreatif.
ADVERTISEMENT
Etos kerja berfungsi sebagai penggerak diri untuk bekerja lebih baik dan maksimal. Etos kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya Agama, Budaya, Lingkungan, Pendidikan, dan sebagainya.
Faktor-faktor ini nantinya akan mendorong bagaimana etos kerja yang bekerja dalam lingkungan tersebut dan mengelompokkan manusia yang memiliki etos kerja tinggi atau rendah.
Etos kerja erat kaitannya dan dipengaruhi oleh Agama dan Budaya, dimana Agama sebagai unsur inti dari manusia sebagai inti hidup dan penunjuk hidup mereka dalam mencapai tujuan dunia dan surgawi.
Manifestasi kepercayaan seseorang terhadap agama yang dianut berupa nilai-nilai dan idealitas yang merupakan bentuk budaya yang secara tidak langsung menciptakan budaya di sekitarnya.
Berbagai agama yang dianut percaya bahwa Tuhan YME meminta umatNya untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dengan pilar etos kerja yang menjadi pegangan hidup mereka seperti jujur, rajin, bersungguh-sungguh dan lain-lain.
ADVERTISEMENT