Konten dari Pengguna

Pentingnya Pendidikan Karakter Anak di Kehidupan yang Serba Digital

Amanat Solikah
Mahasiswa Pendidikan Matematika sekaligus Kader IMM Blue Savant (FKIP) UMSurabaya
20 Mei 2024 15:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanat Solikah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak bermain gadget, sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Anak bermain gadget, sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
Di era yang serba digital saat ini, membentuk karakter anak merupakan tantangan yang semakin kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak di era sekarang telah dipenuhi dengan gawai dan internet yang memberikan berbagai kemudahan sekaligus potensi berbahayanya.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang tua maupun pendidik, sangat diperlukan untuk memahami dan mengelola pengaruh teknologi agar bisa menjadi alat yang mendukung perkembangan karakter anak, bukan malah sebaliknya.
Anak-anak masa kini lahir dan tumbuh di tengah arus informasi yang sangat cepat. Gawai seperti smarthphone, tablet, dan komputer sudah menjadi bagian integral dari kehidupan mereka sejak dini. Di satu sisi, teknologi juga menyediakan sumber pengetahuan tak terbatas dan dapat diakses kapan saja.
Dengan internet, anak-anak bisa belajar apa saja, mulai dari keterampilan akademis hingga seni dan kerajinan. Mereka dapat menjelajahi dunia, berkomunikasi dengan orang-orang dari lintas budaya, dan mengembangkan keterampilan digitalnya untuk masa depan.
Namun, di sisi lain, paparan teknologi yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia digital. Anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar cenderung mengalami penurunan interaksi sosial tatap muka.
ADVERTISEMENT
Hal ini mampu menghambat perkembangan kemampuan sosial mereka, seperti empati, komunikasi verbal, dan kemampuan membaca isyarat non-verbal. Selain itu, akses tanpa batas ke internet juga meningkatkan risiko terpapar konten yang tidak pantas, tidak sesuai dengan umur, dan berbahaya berbahaya, seperti kekerasan, pornografi, dan cyberbullying.
Seperti kejadian yang akhir-akhir ini viral, seorang anak di Cirebon mengalami depresi saat gawainya dijual ibunya. Dalam kasus ini, sang anak bisa jadi sudah ketergantungan pada hp yang cukup serius. Dan saat tidak memegang gawai dirinya mulai merasa gelisah, emosi tidak terkontrol, bahkan sulit untuk fokus pada kegiatan yang lain.
Maka dari itu, peran orang tua dan pendidik sangat penting dalam mengarahkan anak-anak dalam menggunakan teknologi. Pendidikan karakter tidak hanya bisa dilakukan dengan memberi nasihat atau aturan, tapi juga dengan memberikan contoh nyata. Orang tua harus menjadi teladan dalam penggunaan teknologi yang bijak.
ADVERTISEMENT
Misalnya, menunjukkan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk belajar dan berkreasi, bukan sekadar untuk hiburan semata. Selain itu, orang tua perlu menetapkan batasan waktu penggunaan gawai dan mendorong kegiatan di luar ruangan atau aktivitas yang melibatkan interaksi langsung dengan orang lain.
Pendampingan yang dilakukan orang tua juga perlu disertai dengan diskusi terbuka tentang teknologi dan dampaknya. Anak-anak perlu diajak berdiskusi tentang manfaat dan risiko teknologi, serta diajarkan cara menggunakan internet dengan aman. Contohnya, mengajarkan mereka untuk tidak membagikan informasi pribadi secara sembarangan dan melaporkan jika mengalami ataupun melihat tindakan cyberbullying.
Selain peran orang tua, sistem pendidikan juga perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Sekolah harus mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum teknologi. Seperti mengajarkan etika digital, literasi media, dan keterampilan berpikir kritis. Pendidikan karakter yang dikolaborasikan dengan keterampilan digital akan membantu anak-anak menjadi pengguna teknologi yang cerdas.
ADVERTISEMENT
Membentuk karakter anak di era digital adalah tugas yang sangat menantang namun penuh peluang. Teknologi tidak harus menjadi ancaman jika kita siap dan bisa memanfaatkannya dengan bijak. Dengan pendampingan dan pemantauan yang tepat, anak-anak bisa tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara moral dan emosional. Sehingga mereka mampu menghadapi kehidupan yang serba digital dengan kritis.