Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Kesetaraan Gender dalam Film "Gunjan Saxena: The Kargil Girl"
5 Desember 2024 15:48 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Ananda Saputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Gunjan Saxena, pilot wanita pertama di Angkatan Udara India, menggambarkan tantangan yang dihadapi perempuan dalam dunia yang didominasi laki-laki.
ADVERTISEMENT
Ananda Saputri, Universitas Sriwijaya
Dalam masyarakat yang masih terjebak dalam stereotip gender, perjuangan perempuan untuk mendapatkan pengakuan dan kesempatan yang setara dengan laki-laki menjadi tantangan yang tidak mudah. Kisah Gunjan Saxena, seorang pilot wanita pertama di Angkatan Udara India, menjadi cermin dari perjuangan ini. Film "Gunjan Saxena: The Kargil Girl" yang dirilis pada 12 Agustus 2020, mengisahkan perjalanan Gunjan dalam menembus batasan yang ditetapkan oleh masyarakat terhadap perempuan. Melalui kisahnya, kita dapat melihat bagaimana perempuan berjuang melawan pandangan yang menganggap mereka lemah dan tidak mampu.
ADVERTISEMENT
"Gunjan Saxena: The Kargil Girl", yang disutradarai oleh Sharan Sharma, sebagai sebuah kisah dari para gadis yang telah melepaskan rantai tradisional untuk mengikuti impian mereka di arena yang didominasi oleh para pria. Opini penulis ingin mengkaji perspektif feminis dalam film, dimana karya seni ini dapat dijadikan sebagai alat untuk melawan stereotip dan inisiatif-inisiatif pemberdayaan perempuan.
Dalam kehidupan masyarakat, hingga saat ini masih ada masyarakat yang mengkonstruksi status berdasarkan jenis kelamin, terutama antara laki-laki dan perempuan. Status tersebut telah menciptakan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, di mana mereka ditempatkan pada posisi yang berbeda, terutama berkaitan dengan konstruksi masyarakat bahwa posisi perempuan dipandang sebagai sosok yang lemah, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki masih tetap dominan dan kuat dalam hal kehidupan sosial, politik, dan budaya. Hal ini merupakan proses yang menstereotipkan perempuan sebagai pihak yang lemah dan laki-laki sebagai pihak yang kuat (Nurkaolin & Putri, 2019).
ADVERTISEMENT
Dalam film tersebut, Gunjan Saxena adalah opsir wanita pertama di Angkatan Udara India. Sebagai perempuan yang membuka jalan di bidang ini, ia menghadapi berbagai tantangan dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Meskipun film ini tidak sepenuhnya merefleksikan kisah hidup Gunjan dan mengandung elemen fiksi, penting untuk mengangkat isu stereotip masyarakat terhadap perempuan yang disorot dalam cerita tersebut.
Teori yang digunakan adalah Feminisme Liberal, Teori ini menekankan pada kesetaraan gender dan hak-hak individu. Dalam konteks film, perjuangan Gunjan untuk menjadi pilot di Angkatan Udara India mencerminkan upaya untuk mengatasi diskriminasi gender dan menuntut hak yang sama dengan rekan pria.
Gunjan, yang dikenal dengan nama Gunju, menghadapi beberapa rintangan dari keluarga dan masyarakat. Dalam salah satu formasi terbang yang diberikan kepada Gunjan, reaksi teman-temannya menunjukkan banyak ketidakpuasan dan keraguan akan kemampuannya; “Jika kita terus seperti ini, kita akan segera mendapati diri kita menerima perintah dari wanita,” kata salah satu temannya. Komentar-komentar seperti itu mencerminkan ketakutan yang sering muncul ketika perempuan mengambil posisi kepemimpinan. Dileep, seorang komandan penerbang, bahkan sampai menantang Gunju untuk bertanding panco, menyatakan bahwa dalam dunia pertahanan, tidak ada tempat untuk kelemahan. Pesan yang jelas adalah bahwa wanita harus berusaha untuk membuktikan kemampuan fisik mereka.
ADVERTISEMENT
Tetapi Gunjan tidak hanya berjuang untuk menunjukkan kemampuan fisiknya; ia juga berjuang melawan stereotip bahwa perempuan tidak cocok untuk memimpin. Sebuah dialog menegaskan, di mana Gunju mengatakan bahwa menghormati wanita tidak berarti tidak menghormati pria. “Menghormati saya bukan berarti saya tidak menghormati Anda,” katanya. Hal ini menunjukkan bahwa ini bukanlah permainan yang kompetitif antar gender, tetapi rasa hormat bersama dengan bekerja bersama menuju tujuan kesetaraan status antar gender.
Dalam Gunjan Saxena juga, hubungan yang saling mendukung sangat penting dalam perjalanan seorang wanita menuju kesuksesan. Ayah Gunjan, yang diperankan oleh Pankaj Tripathi, digambarkan sebagai sosok progresif yang mendorong mimpinya, bertentangan dengan perspektif konvensional keluarga lainnya. Dengan cara ini, sekutu teman, keluarga, atau mentor sangat penting dalam membantu wanita mengatasi tantangan. Film ini menantang stereotip tentang ayah yang buruk dengan menampilkan hubungan yang positif antara ayah dan anak perempuannya. Ini menawarkan narasi alternatif yang menekankan dorongan dan kerja sama.
ADVERTISEMENT
Selain kekuatan naratifnya, pengarahan dan sinematografi film ini sangat penting untuk menyampaikan pesan feminisnya. Penonton mendapatkan inspirasi dan motivasi dari visualisasi perjalanan Gunjan, dari perjuangan awalnya hingga kemenangannya pada akhirnya. Momen-momen klimaks dari film ini, terutama selama Perang Kargil, digambarkan dengan rasa hormat dan urgensi, menunjukkan keberanian dan kemampuan pilot Gunjan. Selama Perang Kargil, Gunjan tetap mengabdi dan membantu kemenangan India dengan menjalankan lebih dari 40 misi, termasuk mengevakuasi korban perang, mengirimkan makanan kepada tentara India, dan mencari pasukan Pakistan di Bukit Kargil.Penggambaran ini tidak hanya menghargai kerjanya, tetapi juga menantang gagasan bahwa wanita tidak mampu dalam situasi yang berisiko tinggi.
Sebagai kesimpulan, "Gunjan Saxena: The Kargil Girl" menunjukkan kemampuan sinema untuk menciptakan narasi sosial tentang gender. Film ini membantu wacana yang sedang berlangsung tentang pemberdayaan wanita dan kesetaraan gender dengan menggambarkan seorang protagonis wanita yang kuat dan bertekad yang menantang keadaan saat ini. Film ini berfungsi sebagai pengingat bahwa perjuangan masih jauh dari selesai meskipun ada kemajuan. Ketika penonton terlibat dalam, mereka diajari untuk mempertimbangkan keyakinan dan bias mereka sendiri, yang pada akhirnya akan menghasilkan masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
ADVERTISEMENT
Keadilan gender bukan hanya milik perempuan, tetapi juga merupakan tanggung jawab sosial bersama. Masyarakat, negara, dan individu harus bekerja sama untuk menghapus segala bentuk diskriminasi dan stereotip yang memenjarakan perempuan. Dalam konteks ini, laki-laki harus belajar untuk melihat dukungan terhadap perempuan sebagai langkah menuju masyarakat yang lebih adil dan setara, bukan sebagai kelemahan.
Semua peran perempuan harus diperluas ke berbagai bidang, termasuk yang selama ini didominasi oleh peran laki-laki. Hal ini membutuhkan kisah-kisah inspiratif tentang perempuan yang meruntuhkan batasan-batasan tersebut untuk disebarkan dan disebarluaskan. Dengan cara ini, persepsi masyarakat dapat berubah dan dengan demikian menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Oleh karena itu, media memiliki tanggung jawab untuk menggambarkan perempuan secara adil dan, jika perlu, representasi yang positif. Hal ini termasuk menampilkan kisah-kisah tentang perempuan yang kuat dan berdaya, yang akan membantu melawan narasi publik bahwa perempuan itu lemah. Representasi seperti itu di media akan berdampak positif pada masyarakat dan mendorong perempuan untuk mengejar impian mereka tanpa takut akan penilaian negatif.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, setiap orang harus berperan dalam membuat dunia menjadi lebih baik dan adil. Kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik dengan mendukung perempuan di berbagai bidang pekerjaan, mendekonstruksi stereotip, dan memperjuangkan keadilan gender. Dukungan kita dapat membantu mewujudkan masyarakat di mana setiap orang, apa pun jenis kelaminnya, bebas untuk berprestasi dan berkontribusi untuk hidup di dunia yang lebih baik. Satu langkah kecil dapat membantu membuat dunia menjadi lebih baik untuk semua.
Referensi
BBC News. (2020, August 19). Gunjan Saxena: India female pilot’s war biopic flies into a row. https://www.bbc.com/news/world-asia-india-53778420
Carolina, H. S. (2023, January 13). Gunjan Saxena: Perempuan Pertama yang ikut Perang di India. Keadilan Dan Kesetaraan Gender - Mubadalah. https://mubadalah.id/gunjan-perempuan-pertama-yang-ikut-perang-di-india/
ADVERTISEMENT
Kumari, S. BREAKING THE GLASS CEILING: FEMINIST PERSPECTIVES ON THE FILM GUNJAN SAXENA: THE KARGIL GIRL (2020).
Nurkaolin, V., & Putri, I. P. (2019). Analisis Wacana Perempuan Dalam Film Kartini Karya Hanung Bramantyo Anlisis Wacana Kritis Sara Mills. eProceedings of Management, 6(1).
Sholikhin, N. (2020, September 18). "Gunjan Saxena" dan Inspirasi Keadilan Gender. Detiknews. https://news.detik.com/kolom/d-5178409/gunjan-saxena-dan-inspirasi-keadilan-gender