Aku yang Berjuang Melawan Kanker Tiroid (Bagian 3)

Anggita Aprilyani
Chef gagal yang sekarang jadi jurnalis.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2020 11:39 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggita Aprilyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tempat orang yang berkumpul setelah minum atau disuntikkan radioisotop. Dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tempat orang yang berkumpul setelah minum atau disuntikkan radioisotop. Dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
“Kamu bulan depan Whole Body Scan (WBS) ya. Kan ini sudah tahun kedua semenjak kamu dinyatakan kena kanker tiroid,” kata dokter onkologi sambil memberi catatan di berkas yang ada di atas mejanya.
ADVERTISEMENT
Kalimat dari dokter itu cukup bikin aku stres. Kenapa? Karena kanker itu masih bisa muncul lagi. Karena aku belum bersih dari kanker tiroid.
Ya, sebagai penderita kanker tiroid akan dinyatakan bersih dari hal tersebut setelah 5 tahun. Dan sekarang masih tahun kedua, tentu treatment yang harus dilakukan cukup banyak dan lumayan bikin lelah. Hampir tiap weekend harus berkunjung ke rumah sakit untuk sekadar kontrol atau ambil darah. Belum lagi aku harus minum obat Thyrax, for the rest of my life.
Melelahkan bukan? Jaga kesehatan ya, teman-teman.
Sebelum melakukan WBS, aku harus ke Rumah Sakit (RS) Dharmais untuk bertemu dengan dokter nuklir. Percayalah ketika ke rumah sakit itu, kalian akan bersyukur diberi kesehatan, dan buatku sendiri biar pun kanker juga setidaknya aku masih bisa berkegiatan dengan normal tanpa mengganggu apa pun.
ADVERTISEMENT
Dokter nuklir akan menyuruh untuk tidak minum Thyrax selama tiga minggu. Loh kok lama? Apa enggak ada efek sampingnya? Itu bisa enggak minum obat. Teman-teman, percayalah, ketika berhenti minum Thyrax badan akan lebih mudah lelah dan lemas.
Tiga minggu kemudian aku harus kembali ke RS Dharmais untuk minum radioisotop. Tujuannya apa sih? Untuk mengetahui apakah aku masih memiliki anak sebar (kanker itu ada induknya, dan dia bisa nyebarin sel kanker yang biasanya disebut anak sebar) atau sisa dari kanker tiroid. Tentu saja minum ini ada efek sampingnya, tapi setiap orang akan mengalami efek samping yang berbeda-beda. Ada yang muntah, pusing, badan terasa ngilu, kulit kering. Kalau aku sendiri merasakan pusing dan badanku ngilu.
ADVERTISEMENT
Setelah minum radioisotop, tentu kalian tidak boleh dekat dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan anak kecil. Kenapa? Karena ditakutkan radiasinya akan kena mereka. Jadi paling aman memang kalian memisahkan diri dulu.
Tempat dilakukannya Whole Body Scan. Dok: Pribadi
Sehari setelahnya, kalian harus datang pagi untuk melakukan WBS. Berapa lama? TENTU LAMA SEKALI, KAWAN-KAWAN. Kemarin aku datang jam 7 pagi dan baru selesai treatment sekitar jam 3 sore. Hasilnya itu bisa kalian ambil 3 hari kerja kemudian.
Untuk biaya WBS kalian harus membayar Rp 8.200.000. Mahal yaa? Iya sehat itu memang mahal.
Dokter Onkologiku tercinta. Dok: Pribadi.
Setelah melakukan WBS, seminggu kemudian aku kembali kontrol ke dokter onkologiku. Hasilnya???? Alhamdulillah tahun kedua aku tidak mengalami penyebaran sel kanker tiroid. Ingat ini belum akhir dari semuanya. Aku masih harus melewati 3 tahun dan berjuang melawan kanker.
ADVERTISEMENT
Untuk teman-teman yang mungkin merasakan hal yang sama denganku, semangat. Pasti ada kalanya kita merasakan takut. Percayalah orang-orang di sekitar kalian akan mendukung kalian untuk melewati hal tersebut.
Selamat Hari Kanker Dunia!
---
Baca juga, ya, tulisan tentang kanker tiroidku sebelumnya: