Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Meme sebagai Alat Komunikasi Politik di Kalangan Generasi Muda
26 September 2024 18:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Annisa Khoirunnur Mulyono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Media sosial dan internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat saat ini, termasuk di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya pengguna internet, terutama di kalangan generasi muda, media visual seperti meme menjadi sangat populer.
ADVERTISEMENT
Mengapa Meme Menjadi Alat Komunikasi Politik yang Efektif di Kalangan Generasi Muda
Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) , jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 221,56 juta orang, setara dengan 79,5% dari total populasi Indonesia. Internet kini memudahkan penyebaran informasi, termasuk aspirasi politik, yang melampaui batas-batas tradisional.
Istilah meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins (2006, hlm. 189). Meme pada dasarnya memuat suatu fenomena sosial yang berbentuk visual seperti video, gambar atau tulisan untuk kemudian disebarkan secara masal melalui media sosial. Awalnya meme digunakan hanya untuk lelucon, tetapi kini meme telah bertransformasi menjadi alat yang digunakan untuk mengkritik, mempengaruhi opini, dan bahkan menjadi bagian dari kampanye politik. Meme memungkinkan penyampaian pesan yang singkat, visual, dan mudah dicerna, menjadikannya alat yang efektif untuk menarik perhatian generasi muda yang cenderung lebih menyukai konten audio-visual daripada teks panjang.
ADVERTISEMENT
Generasi muda Indonesia dikenal lebih menyukai konten audio-visual dibandingkan narasi tekstual. Hal ini menjadi latar belakang mengapa meme menjadi alat yang efektif untuk memperkenalkan isu-isu politik kepada mereka. Menurut laporan Databoks, generasi muda, lebih cenderung mengonsumsi media sosial untuk mengisi waktu luang dan mencari hiburan daripada berita politik yang serius. Dunia politik sering dianggap membosankan dan jauh dari keseharian mereka, tetapi melalui meme, mereka dapat lebih mudah memahami isu-isu politik yang sedang berkembang.
Peran Media Sosial dalam Penggunaan Meme sebagai Alat Komunikasi Politik
Sebagai contoh, di tahun 2019, platform media sosial seperti X (dulu Twitter) dan Instagram mulai dipenuhi oleh akun-akun yang mengumpulkan berita politik yang menggunakan meme sebagai alat komunikasi yang lebih ramah bagi anak muda. Akun seperti @MemeComicIndo di Twitter dan @poliklitik di Instagram menggunakan meme untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan menyampaikan isu sosial-budaya yang penting. Dengan pendekatan yang lucu namun informatif, meme dapat menarik perhatian generasi muda untuk mengenal lebih jauh dunia politik tanpa merasa terbebani oleh seriusnya topik.
ADVERTISEMENT
Penggunaan meme dalam branding politik telah menjadi jembatan yang efektif untuk memperkenalkan politik kepada generasi muda. Meme memudahkan mereka memahami isu-isu penting dan meningkatkan kesadaran politik dengan cara yang lebih akrab dan menyenangkan.
Salah satu kebiasaan generasi muda Indonesia yang mendukung popularitas meme adalah ketertarikan mereka terhadap konten audio-visual dibandingkan narasi tekstual. Dalam hal ini, meme menjadi medium yang sangat akrab di kalangan generasi muda untuk menyampaikan pesan politik. Meme mampu menyederhanakan topik-topik berat seperti politik menjadi lebih mudah dicerna dan diingat.
Pengaruh Meme Terhadap Citra dan Persepsi Politik
Dalam branding politik, meme memiliki pengaruh signifikan terhadap citra suatu partai atau tokoh politik. Meme dapat membentuk persepsi masyarakat terhadap seorang politisi atau kebijakan tertentu. Sebagai contoh, ketika terjadi polemik mengenai kebijakan Omnibus Law, meme menjadi salah satu alat yang digunakan untuk menyampaikan kritik secara luas. Meme mampu menyebarkan protes dengan cara yang viral dan mudah dipahami, membuat politik menjadi topik diskusi yang lebih terbuka dan partisipatif.
ADVERTISEMENT
Meme sebagai Alat Edukasi dan Propaganda Politik
Menurut penelitian Abdillah Nazhif (2022) , sekitar 51,6% responden menyatakan bahwa meme politik mempengaruhi literasi politik mereka. Hal ini menunjukkan bahwa meme bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat edukasi yang efektif. Selain itu, banyak partai politik dan politisi yang mulai menggunakan meme untuk meningkatkan citra mereka di mata publik. Meme sering kali dijadikan sarana propaganda politik untuk meningkatkan popularitas atau bahkan mengubah persepsi masyarakat terhadap suatu isu.
Sebagai contoh, Gibran Rakabuming, Wakil Presiden Indonesia, kerap menggunakan meme untuk merespons kritik. Dengan memanfaatkan meme sebagai bahan lelucon, ia berhasil memutarbalikkan kritik negatif menjadi keunikan yang justru memperkuat citranya di mata publik. Pendekatan ini tidak hanya efektif dalam membangun citra yang kuat, tetapi juga memperlihatkan bagaimana meme dapat digunakan sebagai strategi komunikasi politik yang inovatif.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan penggunaan media sosial yang bijak agar masyarakat Indonesia dapat lebih menghargai batasan-batasan yang tidak pantas dijadikan konsumsi publik. Penggunaan meme menjadi bukti nyata bahwa cara berkomunikasi telah mengalami perubahan. Meme tidak hanya berfungsi sebagai sarana edukasi politik alternatif, tetapi juga memungkinkan masyarakat untuk memahami dan turut berpartisipasi dalam mengkritisi fenomena politik yang terjadi. Selain menjadi media pembelajaran, meme juga menjadi alat yang efektif bagi politikus dan partai politik dalam menarik perhatian generasi muda serta menjangkau audiens yang lebih luas di Indonesia dengan pesan yang mudah diterima.
An'Nisa Khoirun Nur Mulyono
Mahasiswa Program Studi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi, IPB University.
ADVERTISEMENT