Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Doxing: Dari Senjata Politik hingga Hiburan Digital
26 Januari 2025 9:52 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Annisa Rahma Lila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Doxing bukan lagi sekadar aksi kriminal di dunia maya, tapi telah berevolusi menjadi fenomena sosial yang lebih kompleks. Dalam ranah politik, doxing kerap digunakan sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan. Pada pemilu terakhir di Indonesia, beberapa kandidat mengalami penyebaran informasi pribadi mereka yang dimanipulasi untuk menggiring opini publik.
ADVERTISEMENT
Namun, ada perspektif yang jarang dibahas yaitu doxing sebagai hiburan digital. Di beberapa forum daring, doxing dilakukan sebagai bentuk “konten” yang menarik perhatian. Beberapa individu bahkan dengan sukarela menyebarkan informasi pribadi mereka sendiri demi sensasi viralitas. Ada juga yang menganggapnya sebagai bagian dari budaya trolling, di mana informasi pribadi seseorang dijadikan bahan lelucon atau tantangan daring.
Antara Hak untuk Tahu dan Privasi yang Dilucuti
Doxing ialah argumen yang menjadi alat transparansi, terutama dalam mengungkap pihak-pihak yang melakukan tindakan tidak etis. Beberapa kasus pelaku kekerasan seksual atau penipuan daring terungkap berkat aksi doxing yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
Namun, garis antara kepentingan publik dan pelanggaran privasi sering kali kabur. Seorang jurnalis yang mengkritik kebijakan pemerintah bisa saja menjadi korban doxing, dengan dalih bahwa publik “berhak tahu” siapa yang berada di balik kritik tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) sudah disahkan, tetapi pertanyaannya: apakah regulasi ini cukup untuk menekan fenomena doxing yang berkembang dengan begitu cepat?
Dari Anonimitas ke Akuntabilitas: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Platform digital memiliki peran besar dalam mencegah doxing, tetapi sering kali mereka hanya bertindak setelah laporan masuk. Media sosial telah menyediakan fitur pelaporan, tetapi viral itu cukup cepat untuk menghentikan penyebaran informasi yang sudah telanjur tersebar di khalayak
Salah satu solusi yang diusulkan adalah penerapan algoritma deteksi dini yang dapat mengenali dan menghapus informasi sensitif sebelum menyebar luas. Namun, pendekatan ini memunculkan pertanyaan etis: apakah sensor otomatis dapat membedakan antara doxing dan kebebasan berekspresi?
Di sisi lain, publik juga memiliki peran dalam menekan budaya doxing. Mengedukasi masyarakat tentang literasi digital bukan hanya tentang melindungi diri, tetapi juga tentang membangun norma sosial yang tidak memberikan panggung bagi praktik ini.
ADVERTISEMENT
Beberapa Kasus Doxing di Indonesia
1. Kasus Peneliti ICW (2025)
Pada 3 Januari 2025, seorang peneliti dari Indonesia Corruption Watch (ICW) menjadi korban doxing setelah memberikan pernyataan terkait kritik terhadap mantan Presiden Joko Widodo. Informasi pribadi korban, termasuk nama, NIK, nomor telepon, alamat rumah, dan lokasi terakhir, disebarluaskan tanpa izin. Korban kemudian menerima banyak pesan pengancaman dan intimidasi melalui WhatsApp. ICW bersama Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) melaporkan kasus ini ke Bareskrim Polri sebagai bentuk perlawanan terhadap ancaman digital yang merusak demokrasi. Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan data pribadi, terutama bagi mereka yang menyuarakan kritik berbasis riset dan kajian. (ICW, 2025)
2. Kasus Doxing Keluarga Bung Towel (2025)
Bung Towel, seorang pengamat bola, menjadi korban doxing diduga setelah memberikan kritik terhadap mantan pelatih sepak bola Indonesia STY. Tidak hanya dirinya, anak-anaknya pun turut menjadi sasaran. Data pribadi, termasuk alamat rumah, nomor telepon, dan tempat sekolah, disebarluaskan oleh akun-akun anonim yang diduga simpatisan kelompok yang tidak sependapat dengan Bung Towel.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, Bung Towel dan keluarganya menghadapi intimidasi berupa pesan ancaman yang datang terus-menerus melalui media sosial hingga ke sekolah tempat anaknya. Kasus ini menunjukkan bahwa doxing tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menyeret keluarga korban dalam lingkaran bahaya. Bung Towel melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. (Kumparan, 2025)
3. Kasus Doxing Mahasiswa Demo (2024)
Seseorang mahasiswa yang mengikuti demonstrasi di DPR menjadi korban doxing setelah aksinya dinilai menantang penegak hukum. Data pribadinya, termasuk nama lengkap, alamat rumah, dan nomor telepon, disebarkan oleh akun-akun anonim yang diduga aparat. Hal ini mengakibatkan korban menerima ancaman melalui pesan teks dan media sosial. Kasus ini menjadi peringatan bahwa aktivisme dan kebebasan berbicara di ruang publik masih berisiko menghadapi serangan digital seperti doxing. (Katadata, 2024)
ADVERTISEMENT
4. Kasus Doxing Dokter FK Undip (2024)
Pasca kejadian bunuh diri seorang mahasiswa FK Undip, media sosial menjadi wadah berbagai spekulasi dan kemarahan publik. Dalam situasi ini, dua dokter yang diduga terkait dengan kasus tersebut menjadi korban doxing. Informasi pribadi mereka, seperti nama lengkap, nomor telepon, dan alamat rumah, disebarluaskan tanpa izin melalui berbagai platform. Akibatnya, kedua dokter tersebut menerima ancaman dan tekanan dari masyarakat yang menuntut keadilan atas insiden ini
Pihak fakultas menegaskan bahwa penyelidikan resmi sedang dilakukan untuk mencari keadilan dalam kasus ini dan meminta masyarakat untuk menghentikan penyebaran informasi pribadi tidak akurat dan relevan. Dekan FK Undip juga menyerukan agar publik mendahulukan proses hukum yang sah dan menahan diri untuk tidak main hakim sendiri di dunia digital. (Detikjateng, 2024)
ADVERTISEMENT
5. Kasus Jurnalis Tempo (2020):
Pada 31 Juli 2020, dua jurnalis pemeriksa fakta Tempo, Zainal Ishaq dan Ika Ningtyas, menjadi target doxing setelah menulis artikel cek fakta terkait klaim tidak akurat seorang dokter hewan tentang COVID-19. Foto pribadi mereka disebarkan oleh akun dokter hewan tersebut di media sosial, disertai tuduhan sebagai penyebar ketakutan dan teroris wabah. Kejadian ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana jurnalis rentan terhadap serangan doxing ketika mengungkap informasi publik.
6. Kasus Veronica Koman (2019):
Pengacara HAM yang vokal tentang isu Papua, Veronica Koman, menjadi korban doxing ketika akun Twitter menyebarkan lokasi tempat tinggal orang tuanya. Selain itu, tiga jurnalis yang meliput isu Papua juga menjadi target doxing oleh akun media sosial, termasuk tuduhan sebagai penyebar propaganda. (SAFEnet, 2020)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan SAFEnet di tahun 2020, serangan doxing meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Bahkan berdasarkan profesi korban doxing di Indonesia adalah jurnalis, menjadikannya kelompok yang paling rentan terhadap ancaman ini terdapat 56% sisanya 22% untuk aktivis terutama mereka yang menyuarakan isu-isu sensitif seperti politik dan HAM dan 22% untuk masyarakat umum yang aktif di media sosial dan dianggap memiliki opini kontroversial.
Untuk menghindari pelaku doxing menggunakan data pribadi untuk menyerang, sebaiknya penting untuk memeriksa dan mengelola data pribadi yang tersebar di internet dengan cara sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Dalam dunia yang semakin terhubung, privasi kini menjadi mata uang yang semakin langka. Doxing menunjukkan bahwa meski kita hidup di era digital, hak untuk tetap anonim tetap menjadi sesuatu yang perlu diperjuangkan.
Pertanyaannya bukan lagi apakah kita bisa sepenuhnya mencegah doxing, tetapi bagaimana kita bisa membangun sistem yang cukup tangguh untuk melindungi individu dari ancaman ini.
Seperti yang pernah dikatakan seorang pakar keamanan digital, "Di internet, jejak kita tak pernah benar-benar hilang. Pertanyaannya adalah: siapa yang memiliki kunci untuk membukanya?"
Referensi:
Detikjateng. (2025, Januari 25). Dekan FK Undip sebut ada 2 dokter kena doxing usai kasus mahasiswi bunuh diri. Detik. Di buka pada 25 Januari 2025 dari https://www.detik.com/jateng/berita/d-7505590/dekan-fk-undip-sebut-ada-2-dokter-kena-doxing-usai-kasus-mahasiswi-bunuh-diri
ADVERTISEMENT
Indonesia Corruption Watch (ICW) & Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD). (2025, Januari 14). Siaran Pers ICW dan TAUD Laporkan Kasus Doxing ke Polri: Bareskrim Polri Harus Tindak Pelaku Serangan Digital. Jakarta: ICW.
Kumparan News. (2025, Januari 25). Bung Towel lapor polisi, anaknya diduga didoxing usai Bung Towel kritik STY. Kumparan. Di buka pada 25 Januari 2025 https://kumparan.com/kumparannews/bung-towel-lapor-polisi-anaknya-diduga-didoxing-usai-bung-towel-kritik-sty-24K0ulqu154/full
Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet). (2020, Desember 22). Peningkatan serangan doxing dan tantangan perlindungannya di Indonesia. SAFEnet.