Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Diplomasi Astropolitik Rusia di Pulau Biak
1 Mei 2025 16:43 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Anugrah Wejai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ketertarikan Rusia terhadap gugusan kepulauan Pasifik menjadi narasi geopolitik yang bukan baru, tetapi telah mengalami perkembangan eksponensial belakangan ini. Asia Pasifik tidak hanya sekadar benua, justru ia menjadi menyumbangkan gagasan poros politik dunia yang mengundang kekuatan-kekuatan adidaya dalam evolusinya. Lebih detail, apa yang dimaksud Asia Pasifik kemudian diartikan oleh ahli strategi sebagai Indo-Pasifik, dimana cakupannya membentang secara maritim dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
ADVERTISEMENT
Indo-Pasifik lebih terkenal dalam diskursus hubungan internasional, bahkan lebih populer dalam konteks geopolitik daripada Asia Pasifik. Terminologi ini (Indo-Pasifik) telah diadopsi secara luas di dalam wacana kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Jepang, Australia, Korea Selatan, India, Prancis, Inggris, Jerman, negara-negara ASEAN dan lebih baru lagi Rusia. Agaknya, Rusia memiliki persepsi yang khas tentang Indo-Pasifik.
Konfigurasi Indo-Pasifik
Awalnya, terminologi Indo-Pasifik digunakan dalam literatur oseanografi ilmiah yang merujuk biodiversitas berbasis lautan besar dunia yaitu Hindia dan Pasifik serta berada di garis lintang tropis dan ekuator. Realitas ilmu pengetahuan sains pada masa itu bukan bagian yang terpisah dari ilmu-ilmu sosial dan politik kontemporer, sehingga istilah tersebut dikombinasikan dengan tujuan yang lebih strategis. Dalam konteks geopolitik, Indo-Pasifik pertama kali digunakan dalam karya filsuf Jerman, Karl Haushofer. Haushofer dalam istilah Indo-Pasifik menyasar gerakan kebangkitan anti-imperialisme di Tiongkok, India, dan negara-negara Asia Tenggara sebagai satu kawasan tunggal melawan unilateralisme Eurosentris dan hegemoni Amerika Serikat (Babaev, 2024).
ADVERTISEMENT
Konsep Indo-Pasifik yang mencakup teritori-teritori strategis di Hindia dan utamanya Pasifik, menyiratkan poros baru dalam percaturan politik dunia. Tidak terlepas dari pengaruh negara adidaya, doktrin Indo-Pasifik mulai aktif di Amerika Serikat dan menjadi perhatian serius dalam karya ilmiah, analisis politik, dan pers secara propaganda (Babaev, 2024). Begitu juga perihal keamanan, pertahanan, dan kerjasama militer di wilayah kepulauan Pasifik, dimana kehadiran pangkalan militer AS di Guam dan Darwin menjadi prasyarat pre-dominasi negara itu di kawasan tersebut. Kendati demikian, kebangkitan Tiongkok disana mensinyalir urgensi geopolitik, apakah Rusia memikirkan hal yang sama terkait Indo-Pasifik?
AS dan Tiongkok Hadir, Rusia Absen?
Masuknya Tiongkok dalam arena Indo-Pasifik mestinya menciptakan iklim yang kondusif bagi Rusia, mengingat Rusia telah mencapai kemitraan strategis dengan Tiongkok sehingga menjadi tidak mungkin bagi Rusia untuk menaruh pengaruh di kawasan tersebut. Justru, di dalam “dapur kebijakan” Rusia, terutama menyangkut politik luar negeri, kepentingan geopolitik Rusia di Asia Pasifik seringkali dimotori oleh faktor eksternal negara seperti bergesernya negara adidaya ke Pasifik (Efremenko, 2012) menjadi daya tawar yang kuat dibandingkan faktor internal.
ADVERTISEMENT
Kawasan Indo-Pasifik yang cenderung maritim, membentang di antara negara-negara ekonomi maju dan menengah, serta berbasis kepulauan merupakan keunggulan komparatif bagi negara-negara di Indo-Pasifik karena mampu menjadi katalis dan jalur strategis lintas benua. Dalam hal ini, Rusia tidak absen terhadap naiknya Indo-Pasifik di politik internasional. Baik AS maupun Rusia, keduanya tidak memiliki riwayat konflik kepentingan yang krusial di Indo-Pasifik (Efremenko, 2012). Maka, penting bagi Rusia menciptakan kondisi yang menguntungkan di masa depan bagi kemitraan yang konstruktif dan stabil dengan AS (Efremenko, 2012).
Navigasi Rusia di Indo-Pasifik: Sebuah Kejutan di Indonesia
Yang pasti, pengaruh Rusia di Indo-Pasifik jauh lebih kecil daripada pengaruh Tiongkok dan AS di wilayah tersebut. Namun, keinginan Rusia untuk mengklaim diri sebagai kekuatan ketiga di Indo-Pasifik mencerminkan kepentingan strategis dan kegelisahan karena bayang-bayang pengaruh AS dan Tiongkok disana (McKinnon, 2025). Indo-Pasifik melingkupi negara-negara di Asia Tenggara, salah satu yang potensial adalah Indonesia. Hubungan diplomatik Indonesia-Rusia telah berlangsung selama 75 tahun, mencatat berbagai pilar bangsa.
ADVERTISEMENT
Relasi diplomatik ini terus berkembang melalui pilar-pilar programatik antara kedua negara, khususnya mengenai keunggulan geografis Indonesia yang diapit oleh dua samudra besar (Hindia dan Pasifik) serta berada di garis khatulistiwa. Keunggulan geografis dan astronomis ini telah menjadi minat Rusia sejak lama. Namun, minat tersebut beralih dari teori menjadi praktik eksesif, dimana Rusia menerbangkan dua pesawat pengebom strategis Tu-95 dan didampingi oleh dua pesawat angkut berat Il-96 pada 5 Desember 2017 dan mendarat di Pulau Biak.
Masih di Pulau Biak, efek domino pendaratan pesawat Rusia itu menyentuh ranah potensi kerjasama bandar antariksa Indonesia-Rusia (McKinnon, 2025). Wacana kebijakan ini menggandeng Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan PT URPI (Indonesia) bersama Roscosmos (BUMN penerbangan, riset aeronautika, dan luar angkasa milik Rusia). Sementara dalam penjajakan, perlu diketahui bahwa Biak yang terletak di sebelah utara Provinsi Papua telah dianggap strategis oleh asing sejak masa kolonial hingga saat ini. Namun, sebenarnya apa dimensi internasional yang dimiliki oleh Biak?
ADVERTISEMENT
Diplomasi Astropolitik Rusia di Pulau Biak
Pulau Biak masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Biak Numfor dengan dua pulau besar (Biak dan Numfor) dan gugusan kepulauan Padaido di sisi tenggaranya. Berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik dan berada sangat dekat dengan garis khatulistiwa atau ekuator, mengakibatkan posisi Biak ideal untuk aktivitas antariksa. Keunggulan komparatif Pulau Biak ini menjadi bahan pertimbangan bagi proyeksi bandar ekuator non-militer pertama di Pasifik yang melayani peluncuran (Dzulfikar, 2019).
Lebih lagi, fakta bahwa hanya enam negara di Asia yang mampu meluncurkan satelit ke luar angkasa. Dengan demikian, ini pun melandasi latar belakang pengajuan usulan Rusia kepada Indonesia baru-baru ini tentang kerjasama eksplorasi antariksa yang diproyeksikan berada di Biak, Papua alih-alih pangkalan militer. Melalui Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Tolchenov menyampaikan bahwa nilai strategis Pulau Biak telah dikaji selama 10-15 tahun terakhir sehingga hal ini bukan gagasan yang baru.
ADVERTISEMENT
Mempertimbangkan juga wacana luar angkasa Rusia yang meliputi warisan sejarah sebagai kekuatan luar angkasa, kerjasama internasional, modernisasi, militerisasi luar angkasa, dan kapasitas luar angkasa independen telah mendaur ulang retorika geopolitik dan melegitimasi posisi adidaya Rusia (Vidal & Privalov, 2024). Narasi politik luar negeri Rusia tersebut mengacu pada aspek diplomasi astropolitik, bahwa munculnya kontestasi berbagai negara dalam mendorong kebijakan antariksa yang ditandai oleh rezim antariksa internasional (Dolman, 2001). Astropolitik Rusia mengindikasikan perlunya penjangkaun yang lebih jauh dari perbatasan, dan dalam hal ini Pasifik menjadi yang paling menjanjikan.
Indo-Pasifik, Rusia, dan Pulau Biak
Kenyataan politik internasional kontemporer bahwa Indo-Pasifik lebih menjanjikan daripada Eurosentrisme bergeser dari mitologi ke ruang kontestasi geopolitik. Pemilihan Pulau Biak di wilayah paling timur Indonesia merupakan proses narasi politik yang berangsur-angsur menciptakan urgensi terhadap praktik diplomasi astropolitik di Pasifik yang menjadi bagian dari satu kesatuan Indo-Pasifik. Rusia menangkap peluang di wilayah tersebut, oleh karena alasan-alasan kooperatif dan citra internasional di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Yang terpenting adalah bagaimana Indonesia menyikapi minat negara adidaya tersebut, serta tata kelola regional, secara khusus di Pulau Biak. Narasi astropolitik ini terus hidup dan pasti memiliki masa puncaknya di masa mendatang, maka perlu bagi kita menyadari dan kreatif memproduksi kebijakan glokalisasi.
Referensi
Babaev, K. V. (2024). “All the Indo-Pacific Men”: The System of US Political and Military Pacts in the Indian Ocean and Asia Pacific. Herald of the Russian Academy of Sciences, 94(5), 215–224. https://doi.org/10.1134/s1019331625600088
Dolman, E. C. (2001). Astropolitik : classical geopolitics in the space age. Cass.
Dzulfikar, L. T. (2019, November 22). Bandar antariksa Biak ditargetkan menjadi situs peluncuran dekat ekuator pertama di Pasifik. The Conversation. https://theconversation.com/bandar-antariksa-biak-ditargetkan-menjadi-situs-peluncuran-dekat-ekuator-pertama-di-pasifik-127626
ADVERTISEMENT
Efremenko, Dmitry V. (2012). NEW RUSSIAN GOVERNMENT’S FOREIGN POLICY TOWARDS EAST ASIA AND THE PACIFIC. The Journal of East Asian Affairs, 26(2), 77–102. JSTOR. https://doi.org/10.2307/23595519
McKinnon, R. (2024). Russia’s Indo-Pacific Pivot: Patchy, Persistent, and Problematic. GMFUS. https://www.gmfus.org/news/russias-indo-pacific-pivot-patchy-persistent-and-problematic