Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Kantor pos hampir mati. Gara-gara surat --yang menjadi ciri khas Kantor Pos-- tidak dapat memberikan kebaruan yang kini dengan rakus dilahap hampir semua orang: kecepatan.
ADVERTISEMENT
Pada titik ini, Kantor Pos tak dapat berbuat apa-apa kecuali melihat zaman berubah dengan kencangnya. Internet muncul, ponsel muncul, orang-orang kantoran berkirim surat via email --tak lagi dituliskan di atas secarik kertas, orang-orang berkirim pesan lewat layanan pesan singkat (SMS) di ponsel.
Seakan keadaan tak bisa lebih buruk lagi bagi suratan nasib si surat, email lantas terpasang pada telepon genggam, membuat orang-orang dengan mudah saling berkirim surat elektronik dalam hitungan detik.
Varian aplikasi pesan singkat elektronik pun berkembang beragam, mulai BlackBerry Messenger (BBM), WhatsApp, LINE, hingga Telegram. Semua menawarkan apa yang pernah dimiliki oleh surat, dengan tambahan penting: kecepatan.
Mau kirim pesan dalam format tulisan, gambar, suara, sampai video, semua bisa dilakukan cepat dan instan. Foto yang baru dipotret, video yang baru direkam, bahkan tak perlu dicetak untuk langsung dikirimkan saat itu juga.
ADVERTISEMENT
Dunia berubah. Cara komunikasi manusia juga berganti. Sayembara Bobo yang dulu jawabannya dikirim lewat pos misalnya, kini bisa dikirim via pos, email, WhatsApp, dan LINE.
Jika zaman purba dulu ditandai dengan “batu”, maka “surat” --bisa jadi-- bagai penanda periode kuno kedua dalam lintasan sejarah umat manusia.
Di Indonesia, PT Pos Indonesia ikut terseret pada kemandekan industri pos. Sejak Kantor Pos pertama didirikan di Batavia oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Gustaaf Willem Baron van Imhoof pada Agustus 1746, perusahaan itu mengalami salah satu tantangan terbesarnya 254 tahun kemudian, saat Batavia telah menjadi Jakarta, dan negeri ini tak diperintah Belanda lagi, tapi oleh putra bangsa sendiri.
Tahun 2000, kemajuan teknologi dunia memicu geliat perusahaan telekomunikasi dalam negeri, yang kemudian menggusur peran surat konvensional --dan Kantor Pos sebagai medium pengantar surat.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya ketidakmampuan berkompetisi sempat benar-benar membuat PT Pos Indonesia kembang kempis pada awal milenium baru. Perusahaan itu, seperti dilansir Marketeers, mengalami kerugian Rp 606,5 miliar pada periode 2004-2008.
Padahal Pos Indonesia memiliki sumber daya permanen yang dibutuhkan di era modern, termasuk jaringan infrastruktur yang tersebar hingga pelosok, sampai para pegawai.
Bayangkan, terdapat 4.561 Kantor Pos, dengan 24.000 titik layanan, yang melayani 100 persen wilayah Indonesia hingga kota/kabupaten, bahkan kecamatan. Kekuatan ini belum tentu dimiliki perusahaan lain.
Singkat kata, Pos Indonesia masih punya harapan untuk terus hidup.
Tahun 2009 jadi titik tolak Kantor Pos untuk berbenah. Mereka memulai proses liberalisasi --keluar dari ketiak pemerintah, melihat ke luar, dan menerima tantangan dunia digital dengan merengkuhnya, mengadopsinya, dan jadi bagian darinya.
ADVERTISEMENT
Era baru dimulai bagi perusahaan berwarna oranye itu.
PT Pos Indonesia masuk dalam gerbong perubahan Postal Service di seluruh dunia. Diversifikasi produk dimunculkan, layanan ditambah jadi tak sekadar urusan surat-menyurat.
“Inovasi terus dilakukan oleh Pos Indonesia antara lain dengan pembangunan postshop yang merupakan pengembangan bisnis ritel yang diimplementasikan untuk mengubah image Kantorpos konvensional menjadi Kantorpos modern dengan pola layanan one stop shopping, yaitu postal services (jasa ritel) berupa layanan pengiriman surat, paket, jasa keuangan, penjualan postal items (materai, prangko, produk filateli), dan layanan online shopping. Pos Indonesia juga menyediakan layanan e-commerce, serta layanan lain melalui aplikasi myPos dan m-pospay,” demikian tertulis pada website Pos Indonesia.
PT Pos Indonesia benar-benar memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk diversifikasi produk.
ADVERTISEMENT
Selama 2015, PT Pos melayani sekitar 115,5 juta produksi surat pos, 4,8 juta pengiriman paket, dan 13,2 juta transaksi.
"Saat ini sudah jarang sekali ada surat pribadi yang kami layani,” cerita Tangkas Wibowo, pegawai kantor pos Jakarta Timur kepada kumparan di ruang antaran Kantor Pos Jakarta Timur, Selasa (14/2).
Ucapan Tangkas memang benar. Dalam ruangan Divisi Antaran, seluruh barang kiriman yang dikelola Kantor Pos memiliki dimensi tebal macam dokumen atau paket. Kalaupun ada selembar amplop, isinya biasanya bukan surat pribadi.
"Jasa kita saat ini lebih banyak (mengirim) parsel, dokumen, dan surat-menyurat korporasi. Masa surat pribadi sudah lewat bagi kami. Barang-barang yang ada di bagian antaran semuanya dokumen resmi. Bahkan kami juga sudah jarang mengecek kotak surat yang terpasang di pinggir jalan," kata Tangkas.
ADVERTISEMENT
Keputusan untuk merapkan diversifikasi produk tersebut ikut menunjang performa keuangan perusahaan. Dalam lima tahun terakhir, catatan keuangan BUMN itu selalu positif.
International Post Corporation tahun 2015 menyatakan, industri pos akan bisa sukses jika mampu melibatkan diri dalam digitalisasi perdagangan global. Pertalian dengan pertumbuhan pesat e-commerce dan perdagangan dunia akan membuat kantor pos diperhitungkan.
Memantapkan diri sebagai perusahaan kurir merupakan resep sukses industri pos di seluruh dunia pada era digital ini.
New York Times melansir, kantor pos di berbagai belahan dunia lantas mulai menapaki jalan kesuksesan. Artikel tersebut menyoroti ketergantungan perusahaan lingerie Jerman dengan perusahaan pos Singapura yang telah berusia 200 tahun.
Kisah kantor pos yang kembali menemukan relevansinya lantas bermunculan. Perusahaan pengiriman barang terbesar di Australia, Toll Holding, dibeli perusahaan pos Jepang untuk bersaing dengan penyedia kurir lainnya seperti DHL dan FedEx.
ADVERTISEMENT
Sementara Kantor Pos Amerika Serikat yang sempat rugi 5,5 miliar Dolar AS kini mampu menjadi mitra perusahaan Amazon. Pun di Australia, kantor pos menjadi mitra eksklusif Alibaba, raksasa e-commerce dunia asal China.
Maka, kantor pos yang telah merelakan ‘kematian’ surat yang selama ini identik dengan dirinya, siap menyongsong era baru bentangan digital di hadapannya.
Sampai di mana suratmu? Lihat di sini