Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Antara Sikap Dan Perilaku
15 Oktober 2024 12:05 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ariq Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Benarkah sikap itu permanen? Atau apakah sikap itu dapat diubah?, jika bisa maka bagaimana mengubah sikap seseorang?. Lalu apa perbedaan antara sikap dan perilaku? apakah keduanya memiliki keterhubungan?. Pertanyaan ini mungkin akan sering ditemukan, pasalnya banyak hal yang membentuk sikap yang nantinya dimanifestasikan lewat perilaku.
ADVERTISEMENT
Misalnya seorang perokok, mayoritas akan mengatakan bahwa rokok itu berbahaya atau setidaknya ia mengetahui rokok itu tidaklah menyehatkan, inilah yang dinamakan dengan sikap. Tetapi realitanya, perokok akan tetap merokok meskipun ia mengakui atau mengetahui bahwa rokok itu tidaklah baik, inilah yang dinamakan perilaku.
Pada kajian behavioristik, sikap ditentukan oleh lingkungan dan bersifat situasional. Terkadang sikap sesuai dengan perilaku dan terkadang pula perilaku tidak sesuai dengan sikap. Untuk menjembatani antara sikap dan perilaku, maka ada yang namanya dorongan hati atau disebut dengan niat, baik berupa motivasi, ambisi dan keinginan. Ketika seseorang dicaci maki didepan umum, maka ia memiliki dua pilihan, antara membiarkan atau membalas. Ketika ia memilih untuk membiarkan, maka sejatinya ia mengedepankan sikap dan perilaku yang positif. Sebaliknya, ketika ia membalas, maka ia mengedepankan sikap dan perilaku yang tidak terpuji. Atau di antara keduanya, ia tidak membalas cacian dan makiannya. Meskipun ia tidak memaafkan seseorang yang telah mencaci makinya tersebut. Maka sejatinya, ia telah mengedepankan sikap dan menahan perilaku.
ADVERTISEMENT
Secara serius, kajian antara sikap dan perilaku banyak diulas pada disiplin ilmu psikologi dan sosiologi, secara luas juga dikaji pada sisi antropologi, untuk menelaah adat istiadat, tradisi, mistis maupun hal yang berkaitan dengan kemanusiaan dalam lingkup perubahan fisiologi, psikologis dan interaksi. Oleh karena itu, hal yang pertama perlu ditelaah adalah sisi sikap. Sebagaimana yang telah kita sebutkan sebelumnya, bahwa sikap itu bersifat internal, karena ia bersemayam di dalam pikiran, belum berwujud perbuatan. Pikiran itu di konstruksikan oleh tiga hal:
1. Afeksi: yaitu perasaan, tak ubahnya seperti orang yang jatuh cinta, ketika orang yang sedang dimabuk cinta maka dalam pandangan dan pikirannya segala hal yang berkaitan dengan orang yang dicintainya baik itu ucapan, sifat maupun perbuatan akan selalu dipandang baik dan menawan oleh orang yang mabuk cinta ini.
ADVERTISEMENT
2. Kognisi: ketika seseorang yang telah tenggelam dalam rasa cinta yang menggebu-gebu, maka dalam hatinya ia akan meyakini segala ucapan yang diucapkan oleh pasangannya. Artinya, sisi kognisi sama halnya dengan fanatisme. Ia memberikan pengaruh untuk mengambil sikap dan penilaian. Seperti orang yang sedang marah, maka ia tidak akan mampu memberikan keputusan yang baik, sebab ia telah dikuasai oleh emosinya yang meluap-luap. Dan menghilangkan sisi kejernihan akal pikirannya.
3. Perilaku: perilaku adalah wujud implementasi dari afeksi dan kognisi. Oleh karenanya, wajar jika seorang psikopat atau biseksual, merasa bahwa perilakunya biasa biasa saja, karena ada hal yang tidak normal dalam arti kodrat manusia secara hukum umum pada sisi afeksi dan kognisinya. Sehingga ia tidak merasa salah dan menyesal atas perbuatannya tersebut. Sebaliknya, ia merasakan kepuasan tersendiri dari perilakunya itu.
ADVERTISEMENT
Lalu apakah sikap dan perbuatan ini bisa diubah?, untuk menjawab pertanyaan ini perlu kita lihat apa faktor penyebab terbentuknya sikap dan perilaku:
1. Faktor sosiologis
Di sisi sosiologis, lingkungan memiliki andil untuk membentuk karakter seseorang. Ketika seorang yang telah terbiasa hidup dengan kemudahan informasi, perkembangan teknologi dan media massa terlebih perkembangan artificial intelligence. Maka akan membentuk sikap praktis, terkhususnya bagi para mahasiswa, tentunya ada sisi positif dan negatifnya, sisi positifnya adalah kemudahan. Sisi negatifnya adalah kemalasan, sehingga para mahasiswa mudah terpengaruhi oleh informasi palsu sebab kemalasan untuk menelusuri kebenaran.
2. Faktor psikologis
Tak terelakkan juga, orang yang hidup dilingkungan yang keras akan melahirkan pribadi yang pantang menyerah. Sebaliknya orang yang hidup dilingkungan yang mudah akan melahirkan pribadi yang pesimis.
ADVERTISEMENT
3. Faktor fisiologis
Orang yang memiliki disfungsi salah satu organ tubuhnya, seperti contohnya para disabilitas, tentunya memiliki semangat dan usaha yang berbeda dari orang kebanyakan. Keterbatasannya melahirkan inovasi yang luar biasa, seperti contohnya orang yang hidup pada masa krisis dan peperangan akan melahirkan para martir dan pejuang yang berani mati. Sebab kondisi fisik yang terbatas menghalanginya untuk mendapatkan kebebasan. Maka anak-anak yang hidup di situasi perang memiliki pandangan hidup yang berbeda dengan anak-anak yang hidup di masa damai, seperti anak-anak palestina saat ini.
Dapat disimpulkan, faktor sosiologis, psikologis dan fisiologis memainkan peran yang cukup penting membentuk sikap dan perilaku. tetapi ada hal yang menjadi bahan bakar, pondasi atau landasan yang mendasari itu semua yaitu “hati”. Hati tempat bersemayamnya keinginan atau niat, maka niat yang kuat tidak akan terpengaruhi oleh sosiologis, psikologis ataupun fisiologis. Sehingga sabda Nabi Muhammad dalam sebuah hadis:
ADVERTISEMENT