Kemenangan Atas Timor-Leste Memang Tak Seharusnya Dirayakan

Ikhlas Alfarisi
Berbicara tentang sepakbola dalam podcast Oragol di Spotify. Belajar di Radio Buku, Yogyakarta.
Konten dari Pengguna
12 Mei 2022 10:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ikhlas Alfarisi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pesepak bola Timnas Indonesia Egy Maulana Vikri bersama rekan-rekannya berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Timnas Timor Leste di Stadion Viet Tri, Phu Tho, Vietnam, Selasa (10/5/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pesepak bola Timnas Indonesia Egy Maulana Vikri bersama rekan-rekannya berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Timnas Timor Leste di Stadion Viet Tri, Phu Tho, Vietnam, Selasa (10/5/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO

Apa yang harus dibanggakan dari kemenangan atas tim yang tak memenuhi persyaratan bertanding di kompetisi AFC?

ADVERTISEMENT
Wajah Fachruddin Aryanto tampak datar saat berhasil mencetak gol ketiga dalam pertandingan kontra Timor-Leste U-23, pada Selasa (10/5). Gol tersebut hanya dirayakan dengan berpelukan ringan, tos, sambil berjalan kembali ke wilayah permainannya. Santai sekali. Para pemain yang hendak ikut merayakan pun ditanggapinya santai sambil diajak kembali oleh sang kapten. Walau sesekali dirinya terlihat tak sanggup menahan senyum gembira, ekspresi itu kembali diredam oleh pemain 33 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Malam itu, Timnas U-23 berhasil memetik kemenangan pertamanya di Sea Games 2021 di Hanoi. Setelah sebelumnya dilibas Vietnam tiga gol tanpa balas, di pertandingan kedua Timnas U-23 berhadapan dengan tim bekas provinsi ke-27-nya dahulu.
Sebelum pertandingan dimulai, hampir tak ada yang mengira Timor-Leste akan mampu mengalahkan Garuda Muda. Semuanya sudah tau, di atas kertas tim ini kalah jauh dari kesebelasan asuhan Shin Tae-yong tersebut. Sejak hadir sebagai negara baru dan mempunyai timnas sendiri, negeri yang berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini pun belum pernah sama sekali menaklukan tim merah putih.
Dalam 6 pertemuan yang telah terjadi sejak 2010, Timnas Indonesia di segala jenjang umur selalu menang melawan Timor-Leste. Jumlah gol kemenangannya pun juga selalu banyak. Terakhir, Tim ini berhasil menang 3-1 ketika bersua di Stadion I Wayan Dipta, Januari lalu.
ADVERTISEMENT
Namun, nampaknya statistik yang begitu digdaya ini membuat Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan sedikit lengah. Mereka lupa bahwa Timor-Leste yang sekarang merupakan tim yang solid. Mereka sudah bersama-sama praktis sejak 2 tahun saat mulai persiapan Piala AFF 2020. Prinsip bermain dengan tidak boleh meremehkan lawan sekecil apa pun tampaknya perlu kembali disemburkan oleh sang pelatih terhadap anak asuhnya.
Bermain tanpa beban, Timor-Leste mengambil inisiatif untuk berusaha menguasai bola lewat umpan-umpan pendek yang diperagakan Mouzinho dkk. Sebaliknya, Timnas U-23 memulai pertandingan dengan gugup dan tak percaya diri untuk mendominasi lawannya yang lemah ini. Salah passing, dan salah koordinasi masih kerap terjadi. Sampailah pada menit ke-2 penonton dibuat terhenyak oleh kesalahan kontrol sang pemain naturalisasi. Dirinya gagal menerima operan pendek dari Fachruddin. Kontrol yang gagal itu membuat bola malah terpental ke arah pemain depan Timor-Leste yang berdiri bebas di area kotak penalti. Sadar dirinya melakukan kesalahan, Marc Klok buru-buru bertanggung jawab dengan mengejar bola itu ke arah pemain yang mencuri bola.
ADVERTISEMENT
Namun niat untuk bertanggung jawab itu berujung pada kesalahan selanjutnya. Dirinya menekel sang pencuri bola yang membuatnya terjatuh. Wasit pun meniup peluit tanda pelanggaran. Kartu kuning kepada pemain dengan jumlah pengikut Instagram 1 juta itu tandas diberikan. Hadiah penalti untuk Timor-Leste juga dipersembahkan karena tekel keras Marc Klok memang jelas terjadi di dalam kotak terlarang.
Seluruh pendukung Timnas Indonesia hampir saja mengeluarkan sumpah-serapahnya andai eksekusi penalti Mouzinho tak berhasil ditepis oleh kiper. Ya, dengan mantapnya Ernando Ari menepis tendangan yang menyasar ke arah kiri-atas tersebut. Bola yang berhasil ditepis terlempar keluar lapangan, Ernando pun melakukan selebrasi atas keberhasilannya. Dirinya bangkit dan berteriak sambil mengacungkan dua tangannya yang mengepal. Seperti ingin menghardik kepada para pemain Timor-Leste, “Mental kami memang sering lalai, tapi kualitas skill kami tetap jauh di atas kalian, su!” kira-kira seperti itu.
ADVERTISEMENT
Para pemain berlarian memberi selamat dan ucapan terima kasih atas keberhasilan Ernando melaksanakan tugasnya. Namun tampaknya itu hanyalah simbolis. Pasalnya, setelah itu permainan timnas tetap tidak berkembang. Seperti tak tau caranya berterima kasih, mereka yang memakai kostum merah-merah ini tetap kebingungan dalam mengembangkan serangan. Passing kerap salah, umpan salah arah, penonton yang dibuat gerah pun hanya bisa pasrah. Menanti perubahan dari akibat Shin Tae-yong yang marah-marah.
Sepuluh menit pertama di babak pertama jadi milik Timor-Leste. Mereka berhasil membuat kakak Ricky Kambuaya dan kawanannya tertekan akibat penguasaan bola yang dipergunakan dengan penuh percaya diri.
Beruntung, Timnas U-23 mampu keluar dari tekanan dan berbalik menguasai permainan. Akurasi passing mulai meningkat, umpan-umpan silang pun mulai dipraktikkan. Hasilnya, di menit ke-16 sebuah umpan membelah lautan Syahrian Abimanyu dari sisi kanan berhasil dipetik oleh Rizki Ridho untuk kemudian diantarkan dengan kepalanya menuju kaki kiri milik Egy Maulana Vikri. Gol tahu cocol pun terjadi dan membuat Timnas U-23 unggul 1-0 untuk sementara. Uniknya gol itu berasal dari satu-satunya umpan yang sukses dari Timnas selama 15 menit awal mereka.
ADVERTISEMENT
Tertinggal satu gol, Timor-Leste tetap bermain dengan gayanya semula. Berusaha menguasai bola dengan umpan-umpan pendek. Namun kualitas individu yang masih rendah membuat skema permainan mereka gampang terbaca. Bola mudah dicuri para pemain Timnas dan langsung didorong ke depan untuk mengambil kesempatan serangan balik. Tercatat, empat peluang emas berhasil didapatkan Garuda Muda. Tiga di antaranya milik Egy. Sialnya, pemain FK Senica itu gagal mengkonversikannya menjadi gol.
Skor 0-1 bertahan sampai turun minum. Timnas U-23 unggul gol, namun kalah dari sisi permainan. Di babak pertama Timor-Leste berhasil memenangkan penguasaan bola dengan persentase 51%. Sementara Timnas inferior dengan hanya 49%. Hal ini membuat para maniak sepakbola atraktif gerah dan sulit menerima dengan apa yang Timnas peroleh di paruh pertama melawan tim yang lebih lemah ini.
ADVERTISEMENT
Ketika turun minum, kita semua tidak tahu apa yang terjadi di ruang ganti. Yang kita tahu, 2 pemain sekaligus ditarik keluar oleh pelatih Shin Tae-yong. Egy Maulana diganti Saddil Ramdani, serta Rio Fahmi diganti Asnawi. Yang kita tahu selanjutnya, Timnas bermain lebih atraktif dan dominan atas Timor-Leste. Permainan tersebut berhasil membuat Timor-Leste terintimidasi dan terkurung di wilayahnya sendiri. Pada menit ke-52 Witan berhasil menggandakan keunggulan menjadi 2-0. Gol yang dicetaknya berasal dari umpan lemparan ke dalam ala Pratama Arhan yang kali ini dilakukan oleh Dewangga.
Gol pertama yang dicetak Witan di turnamen ini membuat dirinya terlihat gembira. Dengan selebrasi khasnya – gestur love ke arah kamera – Witan melakukan perayaan yang juga disambut oleh teman-temannya. Begitu pula ketika ia berhasil mencetak gol kedua. Gol keempat bagi Timnas ini juga dirayakan oleh Witan. Tak salah memang. Mengingat gol keduanya ini bisa dibilang gol cantik hasil dari skema umpan silang-mendatar dari Saddil Ramdani. Gol hasil dari skill ciamik dan kerja sama yang apik. Maka, pantaslah Witan merayakannya. Atau, dugaan saya barangkali dirinya sadar akan sulit kembali melakukan gol secantik itu di pertandingan berikutnya. Tak ada yang tahu, hanya dugaan semata.
ADVERTISEMENT
Pertandingan selesai dengan skor akhir 4-1 dengan keunggulan Timnas U-23. Empat gol yang berhasil dilesakkan, turut dirayakan oleh sang pencetak dan mereka yang turut andil dalam menyusun terjadinya gol tersebut. Nampak hanya Fachruddin yang meredam itu tak dirayakan berlebihan. Dirinya mungkin sadar, sungguhlah kurang memuaskan meraih kemenangan dengan permainan kurang dominan. Dirinya mungkin sadar, banyak sekali kelalaian yang kerap timnya lakukan.
Dan dirinya mungkin tersadar, kemenangan atas Timor-Leste memang tak seharusnya dirayakan.[]