news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

6 Penyebab Rematik yang Perlu Diwaspadai

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
12 Juni 2022 14:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seseorang yang mengidap rematik dan menjalar ke bagian pinggul. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang yang mengidap rematik dan menjalar ke bagian pinggul. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Rematik merupakan peradangan kronis yang menyebabkan nyeri sendi pada penderitanya. Sampai saat ini, penyebab utama penyakit rematik memang belum ditemukan. Namun, tetap ada faktor-faktor yang memengaruhi seseorang bisa mengidap penyakit ini.
ADVERTISEMENT
Merujuk pada buku Penyakit Tulang dan Persendian tulisan dr. Faisal Yatim, rematik adalah salah satu penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada persendian, terutama lapisan sendi (sinovium), hingga menyebabkan kerusakan pada sendi sepenuhnya.
Kerusakan sendi biasanya terjadi di kedua sisi tubuh dan diawali dari jari-jari tangan dan kaki. Selanjutnya, peradangan mulai menyebar ke area pergelangan tangan, siku, lutut, pergelangan kaki, kaki, bahu, hingga pinggul.
Pada sendi yang mengalami peradangan, beragam gejala bisa muncul dan dapat mengganggu aktivitas. Gejalanya yang ditimbulkan pun bergantung pada tingkat keparahan yang dialami penderitanya.
Sebagi upaya pencegahan, tak ada salahnya mengenal faktor-faktor yang memicu timbulnya penyakit rematik. Selengkapnya ada di bawah ini.
Ilustrasi merasakan nyeri sendiri akibat penyakit rematik. Foto: Pixabay

Penyebab Rematik

Rematik dianggap sebagai penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan sehat. Dalam hal ini, area persendian adalah area yang diserang oleh sistem imun.
ADVERTISEMENT
Saat serangan ini muncul, sel-sel kekebalan tubuh berpindah menuju sendi, menyerang tulang rawan, melepaskan zat-zat peradangan, dan mempengaruhi jaringan yang melapisi sendi. Secara bertahap, proses ini menyebabkan perluasan jaringan dan berpotensi merusak tulang.
Tulang rawan yang terserang ini menjadi aus. Keausan pada tulang rawan ini mulai bergesekan pada tulang yang lain hingga menyebabkan rasa sakit yang berlebihan.
Hal-hal yang memicu terjadinya serangan memang tidak diketahui. Namun, dr. Nurfanida Librianty dalam bukunya berjudul Panduan Mandiri Melacak Penyakit menyebutkan faktor-faktor yang mungkin memicu timbulnya serangan ini, seperti:

1. Usia

Risiko terkena penyakit rematik, terutama jenis rheumatoid arthritis semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Tak khayal, penyakit ini banyak diderita oleh seseorang yang memasuki usia 40-60 tahun.
ADVERTISEMENT

2. Jenis Kelamin

Perempuan lebih berisiko terserang rematik jenis rheumatoid arthritis, lupus, atau sindrom sjögren. Sementara, rematik jenis ankylosing spondylitis diketahui lebih sering terjadi pada pria.

3. Infeksi

Paparan infeksi diperkirakan dapat memicu perkembangan penyakit rematik jenis lupus dan skleroderma.

4. Kondisi Tertentu

Rematik lebih berisiko dialami oleh orang yang menderita kondisi tertentu seperti penyakit ginjal, hipertensi, hipertiroidisme, obesitas, diabetes, aus yang berlebihan pada sendi, trauma, dan menopause dini.

5. Faktor Lingkungan

Paparan asap rokok dan polusi udara diduga dapat meningkatkan risiko rematik. Meski faktor ini tidak terlihat secara langsung menjadi penyebab rematik.

6. Genetika

Kondisi genetik tertentu dapat menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami rematik. Ketika salah seorang anggota keluarga mengalami rematik, besar kemungkinan ia juga mengidap rematik.
Ilustrasi pengobatan rematik untuk meredakan rasa nyeri. Foto: Pixabay

Pengobatan dan Pencegahan Rematik

Pengobatan rematik bertujuan untuk mengendalikan penyakit dan meredakan gejala yang dialami pasien. Umumnya, dokter akan meresepkan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) untuk meredakan nyeri.
ADVERTISEMENT
Namun, pada pasien dengan nyeri berat, dokter akan meresepkan obat yang mengandung steroid. Selain meresepkan obat-obatan, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan sejumlah hal berikut untuk membantu meredakan gejala, di antaranya:
Pada kasus yang berat, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis reumatologi untuk mendapatkan penanganan yang lebih rinci, sekaligus mencegah komplikasi yang parah.
Sebagai bentuk pencegahannya, memang belum ditemukan cara paling efektif untuk mencegah rematik. Namun, pada beberapa kasus, menghindari dan mengurangi faktor risiko dapat mencegah kemunculan rematik.
Oleh sebab itu, penderita rematik dianjurkan untuk menjalankan pola hidup sehat. Ini bisa dilakukan dengan cara menjaga pola makan sehat, seperti menghindari ataupun mengurangi daging-dagingan dan memperbanyak konsumsi sayur serta buah-buahan.
ADVERTISEMENT
Untuk melatih persendian, lakukanlah olahraga secara intens, tetapi tetap aman dan tidak ada kontak fisik. Penderitanya bisa menjalani olahraga yang cenderung “aman” seperti berenang, yoga, ataupun peregangan yang melatih fleksibilitas tubuh.
Ketika rematik sedang kambuh, sebaiknya jangan melakukan pergerakan yang memberikan hentakan pada bantalan sendi. Pergerakan ini disinyalir dapat memicu nyeri sendi lebih lagi.
Kemudian, bangunlah lebih pagi untuk mendapatkan sinar matahari yang baik untuk kesehatan tulang. Jangan melakukan gerakan tiba-tiba, jalankan aktivitas dengan sewajarnya, dan pahami rentang waktu gejala timbul, agar penderitanya bisa mengatur apa yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan.
Penderita rematik juga disarankan untuk menghindari beberapa hal yang berpotensi memperburuk penyakit, seperti stres, infeksi bakteri atau virus, hingga obat-obatan tertentu.
ADVERTISEMENT
(VIO)