Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Struktur Otot Polos dan Mekanisme Kerjanya
7 Juli 2022 19:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Otot polos adalah jenis otot yang bekerja secara tidak sadar. Jadi, otot ini tetap dapat bekerja, meski manusia sedang dalam keadaan tidur. Hal ini terjadi, karena otot polos bekerja di bawah pengaruh saraf tidak sadar atau saraf otonom. Bagaimana struktur otot polos ?
ADVERTISEMENT
Menurut situs Mayo Clinic, otot polos dapat ditemukan pada dinding organ-organ dalam, seperti dinding usus, pembuluh darah, saluran pencernaan, trakea, cabang tenggorok, mata, saluran kelamin, dan saluran ekskresi.
Karena terdapat pada organ tersebut, otot polos sering juga disebut sebagai otot dalam. Agar lebih memahami strukturnya, simak ulasan berikut ini yang dikutip dari berbagai sumber.
Struktur Otot Polos
Bila diamati di bawah mikroskop, sel-sel otot polos tampak berbentuk gelondong dengan kedua ujungnya meruncing. Selain itu, sel otot polos hanya memiliki satu inti sel yang terletak di tengah sel.
Mengutip buku Anatomi Fisiologi Manusia Dasar karya Nuril Hidayati, S.Pd., M.Pd dkk., otot polos tidak memiliki gambaran lurik filamen aktin dan miosin, seperti yang dijumpai pada otot rangka.
ADVERTISEMENT
Namun, teknik mikografi elektron memberikan kesan adanya susunan fisik yang menunjukkan sejumlah filamen aktin yang terlekat pada badan padat (dense bodies). Beberapa dari badan ini melekat pada membran sel, sedangkan yang lainnya tersebar di dalam sel.
Beberapa membran badan padat dari sel-sel yang berdekatan, terikat secara bersamaan oleh jembatan protein antarsel. Terutama melalui ikatan inilah, kekuatan kontraksi dihantarkan dari satu sel ke sel berikutnya.
Tersebar di antara filamen aktin dalam serat otot, terdapat pula filamen miosin. Filamen miosin ini memiliki diameter dua kali lebih besar daripada filamen aktin. Pada mikograf elektron, biasanya dapat ditemukan filamen aktin, kira-kira 5-10 kali lebih banyak daripada filamen miosin.
Struktur suatu unit kontraktil tunggal di dalam suatu sel otot polos memerlihatkan sejumlah filamen aktin yang memancar dari dua badan padat, yakni ujung dari filamen-filamen yang tumpeng tindih dan filamen miosin yang terletak di bagian tengah antara badan padat.
ADVERTISEMENT
Unit kontraktil ini mirip dengan unit kontraktil pada otot rangka, tetapi tidak disertai dengan keteraturan, seperti pada struktur otot rangka. Pada kenyataannya, badan padat pada otot polos memiliki peran yang sama seperti lempeng Z pada otot rangka.
Konfigurasi ini memungkinkan miosin menarik filamen aktin ke satu arah pada satu sisi, ketika secara bersamaan menarik filamen aktin lainnya ke arah sebaliknya.
Keuntungan dari susunan inilah memungkinkan otot polos berkontraksi hingga 80% dari panjangnya, dibandingkan yang terjadi pada otot rangka yang hanya terbatas kira-kira sebesar 30% dari panjangnya.
Mekanisme Kontraksi Otot Polos
Berbeda dengan otot rangka, otot polos adalah otot yang tidak bisa digerakkan secara sadar. Mekanisme kontraksi otot polos bekerja secara otomatis, sehingga tidak dapat diatur dan bekerja secara bertahap dibandingkan dengan otot rangka.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, pergerakan otot pencernaan lebih pelan dan teratur saat makanan masuk ke organ sistem pencernaan, daripada pergerakan otot tangan yang begitu cepat.
Mekanisme kontraksi otot polos sebenarnya merupakan bagian dari mekanisme kerja otot secara keseluruhan. Otot-otot akan berkontraksi dan melemas untuk dapat menggerakkan tubuh.
Lalu, setiap proses kontraksi dan pelemasan yang timbul merupakan respons dari sistem saraf. Kunci dari mekanisme kontraksi otot adalah adanya sinyal dari otak dan energi yang diperoleh dari makanan.
Merujuk pada buku Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran yang ditulis oleh John E. Hall dkk., Visible Body, mekanisme kontraksi otot dapat dijabarkan menjadi beberapa tahapan, yaitu:
1. Sinyal dari Sistem Saraf
Mekanisme kontraksi otot dimulai ketika adanya sinyal dari sistem saraf atau yang dikenal sebagai potensial aksi ke sel-sel dalam otot. Sinyal potensial aksi tersebut berjalan melalui neuron motorik hingga neuromuskular.
ADVERTISEMENT
2. Reaksi Kimia dalam Otot
Sinyal dari sistem saraf akan diterima oleh sebuah zat kimia bernama asetilkolin yang akan memicu berbagai reaksi kimia. Reaksi kimia tersebut memicu keluarnya kalsium dalam otot dan merangsang kinerja senyawa aktin dan miosin.
Kedua jenis senyawa ini merupakan protein struktural yang dapat memendekkan otot (terjadinya kontraksi). Jadi, peranan kalsium dalam kontraksi otot adalah untuk mengikat troponin (kelompok protein), sekaligus mengubah bentuknya.
Selain itu, selama kontraksi otot berlangsung, pengurangan karbohidrat yang menjadi sumber energi juga akan terjadi.
3. Melemasnya Otot
Saat sinyal dari sistem saraf sudah berhenti, reaksi kimia dalam otot akan kembali seperti semula, dan membuat otot memanjang atau melemas. Keadaan inilah yang membalikkan mekanisme kontraksi otot.
ADVERTISEMENT
(VIO)