Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Apa Itu Menopause, Upaya Diagnosis, hingga Pengobatannya
28 Juni 2022 20:08 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selain menstruasi, istilah menopause tak lagi asing bagi kaum perempuan. Fase menopause akan dialami setiap perempuan di usia sekitar 40-50 tahunan. Lantas, apa itu menopause? Bagaimana fase ini bisa terjadi? Simak ulasannya berikut ini.
ADVERTISEMENT
Begitu memasuki masa menopause, seorang perempuan tidak akan bisa hamil lagi. Bahkan, banyak perubahan yang akan terjadi pada masa ini. Mulai dari penampilan fisik, kondisi psikologis, hingga hasrat seksual pun ikut berubah.
Tanda menopause yang paling terlihat adalah ketika seorang perempuan sudah tidak lagi mengalami masa ovulasi atau menstruasi selama 12 bulan berturut-turut, padahal sebelumnya menstruasi berjalan normal.
Menopause terjadi ketika ovarium tidak lagi melepaskan sel telur setiap bulan, sehingga menstruasi terhenti. Namun, beberapa perempuan ternyata bisa mengalami menopause dini yang disebabkan oleh suatu hal, seperti adanya kerusakan pada indung telur yang memaksa mereka menjalani tindakan operasi.
Untuk menambah pengetahuan tentang menopause, simak penjelasannya secara medis di bawah ini.
Apa Itu Menopuase?
Menopause adalah akhir dari siklus menstruasi seorang perempuan. Selain itu, istilah menopause juga dapat menggambarkan setiap perubahan yang dialami sebelum atau setelah menstruasi berhenti.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, perempuan terlahir dengan ovarium yang berfungsi membuat hormon estrogen dan progesteron, sekaligus mengontrol periode menstruasi dan pelepasan sel telur (ovulasi).
Apabila menopause terjadi, ovarium tidak lagi melepaskan sel telur setiap bulan, sehingga seorang perempuan tak lagi mengalami menstruasi.
Sebelumnya, telah disinggung bahwa menopause dini merupakan gangguan yang bisa dialami oleh beberapa perempuan. Dari gangguan inilah, Prof.Dr.Ir. Sri Kumalaningsih, M.App.Sc. dalam bukunya Sehat dan Bahagia Menjelang Menopause memaparkan klasifikasi fase menopause menjadi dua macam, yaitu:
1. Menopause Prematur
Kondisi ini menggambarkan fase menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Hal ini bisa dipicu oleh berbagai hal:
ADVERTISEMENT
2. Menopause Terlambat
Fase ini terjadi ketika perempuan berusia di atas 52 tahun. Hal ini bisa dikaitkan dengan suatu kondisi yang membuat jumlah hormon yang dihasilkan terlalu berlebih. Penyebabnya mulai dari konstitusional, fibromioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen.
Upaya Diagnosis Menopause
Dokter dapat menentukan diagnosis menopause berdasarkan usia, riwayat klinis, dan gejala yang dialami pasien. Namun, untuk lebih memastikan diagnosis, atau bila dicurigai ada penyebab lain dari menopause, dokter akan melakukan tes darah guna memeriksa kadar hormon-hormon dalam tubuh, seperti:
1. Estradiol
Hormon ini bisa menunjukkan berapa banyak kadar estrogen yang dihasilkan oleh ovarium saat dilakukan uji menopause. Apabila jumlah estrogen dalam darah memperlihatkan angka yang kecil, bisa menjadi salah satu pertanda dari menopause.
ADVERTISEMENT
2. Follicle-stimulating hormone (FSH)
Kadar FSH yang meningkat dalam darah adalah sebuah pertanda dari menopause.
3. Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan kadar hormon TSH bertujuan untuk memastikan bahwa pasien tidak mengalami hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid yang dapat menimbulkan gejala serupa dengan menopause.
Pengobatan Menopuase
Umumnya, menopause adalah kondisi alami yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Namun, apabila gejala menopause sangat mengganggu, dokter akan menyarankan beberapa pilihan pengobatan untuk meredakan gejala menopause.
Merangkum dari buku 20 Common Problems in Women's Health Care yang ditulis oleh Mindy A. Smith dkk., berikut ini pilihan penanganan gejala menopause:
1. Terapi Pengganti Hormon
Terdapat dua jenis terapi pengganti hormon yang dapat digunakan untuk meredakan gejala menopause, yaitu:
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, bahwa terapi ini tidak dianjurkan bagi wanita yang memiliki riwayat kanker endometrium, kanker payudara, gangguan liver, stroke, atau wanita yang menderita gangguan pembekuan darah.
2. Obat-obatan
Selain terapi pengganti hormon, beberapa jenis obat juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala menopause, di antaranya:
Obat ini diberikan untuk mengendalikan gejala hot flashes dan gangguan suasana hati, bila pil estrogen tidak dapat diberikan karena alasan kesehatan. Contoh obat antidepresan yang dapat diresepkan dokter adalah paroxetine, venlafaxine, dan fluoxetine.
Obat kejang ini diberikan untuk mengatasi keringat yang muncul di malam hari. Gabapetin juga dapat dijadikan alternatif pengobatan pada wanita yang tidak dapat menggunakan terapi estrogen sebagai langkah penanganan hot flashes.
ADVERTISEMENT
Clonidine digunakan untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), sekaligus mampu meredakan gejala hot flashes.
Produk perawatan rambut yang mengandung minoxidil 5% dapat diberikan untuk mengatasi rambut rontok. Dianjurkan untuk menggunakan produk ini setiap hari sebanyak 1 kali untuk bisa melebatkan rambut.
Obat tidur dapat diberikan untuk mengatasi keluhan sulit tidur, tetapi hanya boleh dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.
(VIO)