Mengenal Penyebab Rubella dan Beragam Risiko Penularannya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
5 Juli 2022 16:16 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kemunculan ruam yang disebabkan oleh infeksi virus rubella. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kemunculan ruam yang disebabkan oleh infeksi virus rubella. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Campak Jerman atau rubella paling mudah dideteksi dengan kemunculan ruam merah pada kulit. Walaupun tergolong ringan, rubella dapat memberikan dampak yang serius bila menular pada ibu hamil. Apa sebenarnya penyebab rubella?
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, meski sama-sama menyebabkan ruam kemerahan di kulit, rubella berbeda dengan campak biasa. Selain disebabkan oleh virus yang berbeda, gejala rubella lebih ringan jika dibandingkan dengan campak biasa.
Mengutip informasi dari situs Med Broadcast, gejala utama rubella adalah kemunculan ruam dalam 2-3 minggu sejak penderitanya terpapar virus. Ruam tersebut akan bermula di wajah, lalu menyebar hingga ke seluruh tubuh, sekaligus menimbulkan rasa gatal.
Rubella merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi dan siapa pun berisiko terkena penyakit ini. Umumnya, penyakit ini terjadi pada anak-anak atau orang dewasa yang belum diimunisasi.
Tak perlu berlama-lama, kenali lebih jauh tentang penyebab rubella, sekaligus risiko penularannya dalam pembahasan di bawah ini.
Ilustrasi ibu hamil yang berisiko menularkan virus rubella ke janin yang dikandungnya. Foto: Pixabay

Penyebab Rubella dan Risiko Penularannya

Mengutip dalam Buku Pintar Mencegah dan Mengobati Penyakit Bayi dan Anak karya dr. Eiyta Ardinasari, campak Jerman disebabkan oleh infeksi virus rubella. Virus rubella merupakan virus RNA yang berasal dari genus Rubivirus, serta merupakan bagian dari keluarga Togaviridae.
ADVERTISEMENT
Virus tersebut menyebar melalui droplet (percikan air liur) saat penderita rubella batuk, bersin, ataupun berbagi makanan dengan orang yang sehat. Selain itu, virus juga bisa menyebar melalui kontak langsung dengan lendir yang terinfeksi dari hidung dan tenggorokan.
Untuk ibu hamil sendiri, virus rubella dapat menular ke janin yang dikandungnya melalui aliran darah. Bahkan, anak yang lahir dengan penyakit rubella dianggap bisa menularkan virus hingga ia berusia satu tahun.
Seseorang yang terinfeksi rubella dapat menularkan virus dalam 1–2 minggu sebelum gejala pertama kali muncul, hingga 7 hari setelah gejala ruam menghilang. Penting untuk diingat, bahwa terkadang sebagian orang yang terinfeksi virus rubella tidak mengalami gejala, tetapi tetap mampu menularkan virus kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa yang meningkatkan risiko seseorang tertular virus rubella? Jawabannya, yakni apabila ia belum pernah mendapatkan vaksin khusus. Tentunya hal ini dapat meningkatkan risiko terpapar virus rubella hingga 90%.
Tidak hanya rubella pada anak, hal ini juga berlaku pada orang dewasa. Selain pemberian vaksin, dr. Angela Nusatia-Abidin melalui bukunya Menghindari dan Mengatasi TORCH (Toksoplasma Rubella CMV) menyatakan, bahwa terdapat faktor risiko lain seseorang terpapar virus rubella, di antaranya:
Meski tidak memiliki faktor risiko seperti yang disebutkan di atas, bukan berarti seseorang tidak dapat menderita penyakit rubella. Jadi, sangat penting untuk menghubungi dokter jika seseorang mencurigai adanya infeksi, terutama jika belum pernah divaksinasi.
Ilustrasi memperoleh vaksin sebagai upaya pencegahan virus rubella. Foto: Pixabay

Diagnosis Campak Jerman

Menentukan diagnosis campak Jerman tidaklah sulit. Dengan mengetahui keluhan yang dialami penderita, melihat ruam kulit yang dialami, dan meraba adanya pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga atau di belakang kepala, umumnya dokter dapat menentukan adanya campak Jerman.
ADVERTISEMENT
Dokter juga akan melakukan tes darah untuk mendeteksi keberadaan antibodi rubella. Antibodi rubella dalam darah menjadi tanda bahwa seseorang sedang atau pernah terinfeksi rubella.
Namun, keberadaan antibodi ini juga bisa menandakan pasien pernah menerima imunisasi rubella. Oleh sebab itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan kultur virus untuk memastikan diagnosis.
Campak Jerman akan sembuh dengan sendirinya dalam 3-5 hari. Untuk mempercepat penyembuhan, penderita campak Jerman dianjurkan untuk banyak istirahat.
Adapun untuk mengurangi ketidaknyaman yang timbul akibat demam atau nyeri-nyeri sendi, obat parasetamol atau ibuprofen dapat dikonsumsi.
Terakhir, agar penyakit campak Jerman tak menular kepada orang lain, terutama pada ibu hamil, penderita campak Jerman dianjurkan untuk tak keluar rumah dahulu hingga benar-benar sembuh.
ADVERTISEMENT

Pentingnya Vaksinasi Rubella

Berdasarkan data yang diambil dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus campak terbanyak di dunia.
Namun, sejak tahun 2000, lebih dari 1 miliar anak di negara-negara berisiko tinggi telah diimunisasi. Alhasil, pada tahun 2012, kematian akibat campak mengalami penurunan sebesar 78%. Hal ini menunjukkan bahwa imunisasi dapat dilakukan dengan tujuan mencegah penyakit campak dan menghindari komplikasinya.
Rubella juga merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang memerlukan pencegahan efektif. Data pengawasan Kemenkes RI menyebut, selama 5 tahun terakhir ditunjukkan bahwa 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia di bawah 15 tahun.
Melihat tingginya angka kejadian rubella, vaksin rubella penting untuk diberikan kepada anak. Pemerintah pun telah berupaya untuk melakukan pencegahan dengan imunisasi measles-rubella (MR).
ADVERTISEMENT
(VIO)