Penyebab Bayi Kuning dan Cara Mengatasinya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
27 Mei 2022 17:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bayi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Bayi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyebab bayi kuning bisa bermacam-macam, tapi kondisi ini bisa dianggap normal dan dapat hilang dengan sendirinya. Penyakit kuning sendiri adalah munculnya warna kuning pada sklera mata, mukosa, dan kulit.
ADVERTISEMENT
Menurut data medis, hampir 80 persen penyakit kuning kerap dialami oleh bayi yang baru lahir lebih dari 24 jam. Ciri-ciri bayi kuning dapat terlihat pada wajah, dada, perut, lengan, kaki, kemudian urinenya juga berwarna pekat dan tinja pucat.
Cara untuk menentukan kondisi bayi kuning ini harus dilakukan di tempat terang, seperti di bawah sinar matahari atau cahaya fluresens, kemudian apabila kulit bayi ditekan, warnanya tidak segera kembali.
Namun, terkadang kondisi kuning pada bayi tidak dapat langsung diamati oleh orang awam. Lantas, apa yang menjadi penyebab bayi mengalami penyakit kuning? Simak penjelasannya di bawah ini.

Penyebab Bayi Kuning

Bayi. Foto: Pixabay
Penyakit kuning dalam istilah medis disebut juga dengan ikterus atau jaundice. Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jaundice umumnya dapat terjadi karena bilirubin dalam darah meningkat atau hiperbilirubin.
ADVERTISEMENT
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17 µmol/L). Namun, apabila kadar bilirubin dalam darah melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L), maka akan menimbulkan ikterus.
Ikterus sebenarnya adalah zat berwarna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau organ lain. Ikterus dapat terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirek (unconjugated) dan atau kadar bilirubin direk (conjugated).
Sementara itu, kadar bilirubin adalah zat dalam darah yang mengubah feses dan urine menjadi kuning. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg persen, maka ikterus atau zat berwarna kuning tersebut akan tampak.
Naiknya produksi bilirubin ini bisa disebabkan oleh penurunan umur sel darah merah dan meningkatnya early bilirubin. Selain itu, kadar bilirubin juga dapat diakibatkan oleh peningkatan resirkulasi melalui enterohepatik shunt dan peningkatan aktivitas glucuronidase.
ADVERTISEMENT
Umumnya, kondisi tersebut dapat ditemukan pada bayi yang mengalami beberapa kondisi berikut ini:

Cara Mengatasi Penyakit Kuning pada Bayi

Bayi. Foto: Pixabay
Penyakit bayi kuning yang normal biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 2 minggu (10-14 hari). Asalkan sang bayi selalu diberi ASI dalam jumlah yang cukup.
ADVERTISEMENT
Menurut William Sears dan Martha Sears dalam buku The Baby Book, meningkatkan frekuensi pemberian ASI pada bayi dapat mempercepat proses menyembuhkan penyakit kuning. Karena selain dapat menurunkan kadar bilirubin, ASI juga mengandung zat seperti ‘pencahar’ yang membuat bayi sering mengeluarkan kotoran yang membawa bilirubin.
Selain dengan memberikan ASI yang cukup, bayi juga harus diberi sinar matahari sebagai asupan vitamin D. Sinar matahari yang paling bagus adalah antara pukul 09.30 WIB hingga 13.00 WIB, karena terdapat sinar UVB yang diperlukan tubuh dalam proses metabolisme vitamin D.
Menjemur bayi pun tidak harus terlalu lama atau bahkan sampai berjam-jam. Hal ini juga harus disesuaikan dengan jenis warna kulit sang bayi, untuk bayi-bayi di Indonesia kurang lebih cukup dalam waktu 10 sampai maksimal 15 menit.
ADVERTISEMENT
Namun, apabila ditemukan bilirubin yang meningkat akibat proses infeksi, penanganannya adalah menghilangkan infeksi yang terjadi. Sedangkan kuning karena kelainan organ anatomi tubuh maka bisa dipertimbangkan perlu atau tidaknya tindakan operasi.
Oleh karena itu, segeralah ke dokter bila kuning pada bayi tak kunjung mereda atau disertai demam, sang bayi menolak menyusu, dan kondisi bayi semakin lemas. Ini bisa jadi tanda peningkatan bilirubin yang bisa membuat bayi kejang.
(NDA)