Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penyebab, Faktor Risiko, dan Gejala Hipotermia yang Dapat Mengancam Nyawa
21 Juni 2022 16:32 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hipotermia adalah suatu kondisi ketika suhu tubuh turun di bawah 95° F. Penurunan suhu ini dapat mengakibatkan komplikasi besar bagi tubuh, termasuk kematian. Gejala hipotermia yang dialami tiap orang bisa berbeda-beda, tergantung pada tingkatannya.
ADVERTISEMENT
Penyebab umum hipotermia adalah paparan suhu dingin dalam waktu tanpa pakaian pelindung yang menghangatkan tubuh atau tenggelam di dalam air dingin. Hipotermia juga dapat diinduksi secara sengaja, yakni dengan menurunkan temperatur tubuh menjadi 30-32° C.
Suhu tubuh yang rendah bisa memperlambat aktivitas otak, pernapasan, dan detak jantung. Akibatnya, kebingungan dan kelelahan dapat terjadi, sehingga akan menghambat kemampuan seseorang untuk dapat berpikir dengan jernih.
Faktor Risiko Hipotermia
Bayi dan orang lanjut usia sangat rentan mengalami hipotermia. Bayi dapat terkena hipotermia karena memiliki permukaan tubuh lebih luas dibandingkan dengan massa total tubuh, sehingga pelepasan panas lebih mudah terjadi.
Sementara itu, hipotermia pada orang lanjut usia dapat terjadi karena laju metabolisme yang lebih rendah daripada orang yang lebih muda. Karenanya, orang lanjut usia lebih sulit mempertahankan temperatur normal tubuh jika suhu di sekitarnya dingin.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Prinsip-2 Sains untuk Keperawatan terbitan Erlangga, ada beberapa faktor risiko lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hipotermia, di antaranya:
1. Penyakit mental dan demensia
Penyakit mental, seperti skizofrenia dan gangguan bipolar, dapat menjadi faktor risiko yang lebih besar seseorang mengalami hipotermia.
Demensia atau kehilangan ingatan yang sering terjadi dengan kesulitan komunikasi dan pemahaman, juga dapat meningkatkan risiko hipotermia.
Orang dengan gangguan mental mungkin bisa saja tidak berpakaian dengan tepat ketika cuaca dingin. Mereka juga mungkin tidak menyadari bahwa mereka kedinginan dan mungkin tinggal di luar dalam suhu dingin terlalu lama.
2. Alkohol dan penggunaan narkoba
Alkohol atau penggunaan narkoba juga dapat merusak penilaian seseorang tentang hipotermia. Seseorang yang mengonsumi narkoba mungkin akan kehilangan kesadaran ketika berada di cuaca dingin yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, alkohol sangat berbahaya karena memberikan kesan palsu, yakni seakan-akan menghangatkan bagian dalam. Pada kenyataannya, hal itu menyebabkan pembuluh darah melebar dan kulit kehilangan lebih banyak panas.
3. Kondisi medis lainnya
Kondisi medis tertentu dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu panas yang memadai ketika merasa kedinginan. Kondisi medis yang dapat menyebabkan hal ini, antara lain:
Hal-hal berikut juga dapat menyebabkan kurangnya sensitivitas tubuh pada cuaca dingin, yakni:
4. Mengonsumsi obat-obatan
Beberapa obat antidepresan, obat penenang, dan antipsikotik dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam pengaturan suhu tubuhnya.
Bicaralah dengan dokter jika menggunakan jenis obat tersebut, terutama apabila sering bekerja di luar dalam cuaca dingin atau tinggal di suatu tempat yang memiliki cuaca dingin.
ADVERTISEMENT
Gejala Hipotermia
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memberitahukan bahwa gejala hipotermia pada bayi berbeda dari gejala pada orang dewasa. Berikut beberapa gejala hipotermia yang dialami pada bayi:
Sementara gejala hipotermia pada orang dewasa terbagi menjadi beberapa tingkatan. Mengutip Medical News Today, berikut gejala hipotermia yang kerap dialami orang dewasa:
1. Hipotermia ringan
Gejalanya antara lain:
ADVERTISEMENT
2. Hipotermia sedang
Gejalanya antara lain
3. Hipotermia parah
Gejalanya antara lain:
(NDA)