Seleksi Mahasiswa Ala AHN

Asep Saefuddin
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) - Guru Besar Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)
Konten dari Pengguna
26 Agustus 2022 16:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Saefuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gedung And Hakim Nasution (AHN). Foto; Dok. ipb.ac.id
zoom-in-whitePerbesar
Gedung And Hakim Nasution (AHN). Foto; Dok. ipb.ac.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
AHN adalah inisial dari Prof. Andi Hakim Nasoetion (1932-2002). Sebelum menjadi Rektor IPB (1978-1987) AHN adalah Wakil Rektor Bidang Akademik yang salah satu tugasnya menjadi Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB).
ADVERTISEMENT
IPB sebagai salah satu anggota SKALU (Sekretariat Kerjasama Antar Lima Universitas, yakni UI, IPB, ITB, UGM, dan UNAIR) mengikuti model penerimaan mahasiswa berupa ujian masuk SKALU. Sebagai Perguruan Tinggi (PT) pertanian, tidak banyak mahasiswa memilih IPB sebagai pilihan pertama.
Jumlah calon selalu jauh di bawah PT SKALU lainnya yang mempunyai Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik dan fakultas lain yang menjadi dambaan para calon mahasiswa. Kesan PT pertanian saat itu masih di sekitar mencangkul di sawah, memelihara ternak, budidaya ikan, atau ilmu-ilmu lainnya yang diduga tidak perlu level universitas. Ujung-ujungnya, IPB miskin pemilih.
Di lain pihak, IPB yang telah bekerjasama dengan Kentucky University (1960-1965) dan diteruskan dengan proyek MUCIA-USAid (Mid-west University Consortium in Agriculture, US Aid) tahun 1970 itu telah banyak fasilitas dan dosen bergelar magister bahkan doktor. Atas dasar itulah IPB dituntut untuk menerima mahasiswa di angka ribuan. Dimana saat itu masih berkisar di angka ratusan. Bahkan cuman 125-150 mahasiswa baru per tahun.
ADVERTISEMENT
AHN sebagai Ketua PMB tentu harus memeras otak untuk mendongkrak pelamar ke IPB menjadi puluhan ribu agar bisa menyeleksi dan menerima seribuan mahasiswa baru. Bayangkan bila pelamar hanya 1.000 dan diterima 1.000 berarti tidak bisa memilih 5-10% calon terbaik. Dengan indeks seleksi sekitar 10%, wajar bila IPB hanya menerima mahasiswa maksimum 150 orang.
Bagaimana caranya agar IPB bisa menerima mahasiswa berprestasi tanpa harus mengandalkan indeks seleksi konvensional lewat testing seperti yang lumrah di SKALU. Pada saat yang sama di masa itu, ujian masuk PT menjadi mainstream. Grup-grup Bimbingan Tes (yang kemudian berubah dan kita kenal dengan nama Bimbel sejak tahun 80-an) dan buku-buku contoh soal jawab ujian masuk SKALU menjadi sangat laku. Siswa SMA kelas 3 sudah mulai ikut bimbel dan membeli buku-buku tersebut.
ADVERTISEMENT
Situasi ini menjadi tantangan khusus bagi AHN sebagai Ketua PMB. Sebagai guru besar dalam bidang statistika eksperimental dan genetika kuantitatif, AHN mulai memanfaatkan ilmunya. Yakni seleksi mahasiswa dari sejak SMA. Teorinya adalah bahwa seseorang yang mempunyai potensi genetik yang baik dimanapun berada maka orang itu akan berhasil. Teori ini juga mengandung faktor pengaruh lingkungan. Jadi, siswa dengan kepintaran secara genetik bila diberi lingkungan yang kondusif, maka penampilannya (performance) akan sesuai dengan harapan.
Namun demikian pengukuran performa itu perlu ada indikatornya. Sebagai ahli statistika, AHN menganalisis tumpukan rapor para mahasiswa IPB tahun 1968-1974 dikaitkan dengan prestasinya selama kuliah di IPB. Ternyata ditemukan ada korelasi positif antara kekuatan ilmu-ilmu dasar, bahasa, dan aktivitas organisasi siswa di SMA dengan prestasinya di IPB. Maka indikator penduga keberhasilan itu berkaitan erat dengan nilai matematika, fisika, biologi, kimia, dan bahasa Inggris di SMA. Nilai-nilai itu mampu memprediksi IP (Indeks Prestasi) mahasiswa IPB.
ADVERTISEMENT
Hasil riset statistika yang didasari oleh ilmu genetika itulah yang mulai diterapkan di IPB secara resmi tahun 1975 untuk mahasiswa angkatan 1976 (saya salah seorang diantaranya). Pada saat itu masih belum ada nama khusus, makan kami disebut mahasiswa diterima tanpa ujian saring masuk (TUSM).
Baru pada tahun tahun 1977 diadopsi pemerintah (Depdikbud) menjadi PP (Proyek Perintis) II. Adapun PP I adalah jelmaan SKALU dan pola masuk berbasis ujian atau testing. Anggota PP I dan PP II adalah PTN. Adapun porsi pola PP itu berbeda-beda dari satu PT ke PT lainnya. IPB sendiri selalu mengambil pola masuk berbasis rapor itu lebih dari 75%.
Nama PP itu terus berubah menjadi PMDK untuk PP II, dan SIPENMARU (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) untuk PP I. Sekarang menjadi SNMPTN dan SBMPTN. Namun entah kapan, para pimpinan PT juga meminta alokasi tersendiri berupa Ujian Mandiri (UM) yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab kampus.
ADVERTISEMENT
Ide dasar UM sepertinya bagus yakni diperlukan untuk afirmasi bagi daerah atau kelompok yang tidak mampu secara ekonomi atau alasan lainnya bagi pimpinan PT yang bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi pada kenyataannya, alokasi khusus ini ternyata disalahgunakan oleh pimpinan kampus.
Untungnya penyalahgunaan ini sempat mencuat akhir-akhir ini di sebuah PTN di Lampung. Artinya kebijakan mengadakan UM itu perlu dikaji ulang. Karena efeknya sangat buruk bagi tujuan utama pendidikan.
Pimpinan PT yang benar-benar memegang teguh kebenaran dan esensi pendidikan tentu tidak akan menyelewengkan pola UM itu. Tetapi UM dapat menjadi alur masuk bagi calon mahasiswa yang memang sangat spesial. Hal ini pernah dilakukan oleh AHN ketika ingin menolong anak tukang sapu, anak pegawai golongan satu, atau kelompok yang tidak dapat mengenyam SMA yang baik tetapi anaknya semangat ingin sekolah. Jalur apapun anak ini sulit tembus. Di sinilah perlunya afirmasi khusus.
ADVERTISEMENT
Ketika AHN menjadi Rektor, beliau pernah menonton acara "mistery guest TVRI". Kalau tidak salah di tahun 1982. Ceritanya ada mistery guest seorang pembantu rumah tangga. Dengan berbagai pertanyaan yang cukup berbobot, para peserta menduga bahwa pekerjaan si mistery guest ini adalah pegawai kantoran. Dan ternyata salah. Lalu setelah dibuka tirainya, mystery guest adalah Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang sedang duduk di SMA swasta di Bogor. Langsung AHN mencari pemilik rumahnya.
Akhirnya AHN sebagai Rektor IPB saat itu mengundang PRT tersebut untuk menjadi mahasiswa IPB tanpa testing. PRT itu memilih Fakultas Peternakan dan saat ini sudah menjadi pengusaha ternak unggas. Itulah contoh afirmasi untuk menolong orang tanpa memungut biaya masuk PT. Inilah yang harus dilakukan oleh seorang rektor.
ADVERTISEMENT
AHN memang luar biasa. Semoga bisa diteladani. Dan semoga saat ini AHN sedang berbahagia di surgaNya. Aamiin.
*Asep Saefuddin, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) - Guru Besar Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)