Apalah Arti Sebuah Nama?

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2020 23:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi nama. Foto: abluecup/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nama. Foto: abluecup/Getty Images
ADVERTISEMENT
Nama memiliki arti yang penting bagi kehidupan seseorang, nama adalah identitas. Pada Januari 2019, terjadi pro dan kontra terkait rencana DPRD Karanganyar Jawa Tengah atas RAPERDA Pemberian Nama Anak yang kebarat-baratan (Kumparanmom). Lalu, apakah Anda setuju bila suatu hari ada aturan terkait pemberian nama anak di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Pemberian nama anak merupakan suatu hal yang penting dan biasanya sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya oleh orang tua, pemberian nama anak juga bisa saja dibuat dengan berbagai pertimbangan. Banyak orang tua yang menamai anaknya dengan nama tokoh yang dikaguminya, ada juga orang tua yang menamai anaknya berdasarkan gabungan nama orang tua ataupun berdasarkan bulan kelahirannya dan berbagai pertimbangan lainnya. Misal saja pemberian nama pada bulan lahir seperti Januar, Febi, Mari, April,Mey, Juniar, Juli, Agus, Septa, Novi, Desi atau banyak pula nama yang lebih kebarat-baratan.
Nama anak adalah hak anak yang dilindungi dan dijamin oleh peraturan perundang-undangan. Pada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 53 ayat (2) disebutkan, “Setiap anak sejak kelahirannya berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.” Sementara Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU Perlindungan Anak”), Pasal 5, berbunyi “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.”
ADVERTISEMENT
Merujuk peraturan perundang-undangan di atas, setiap orang tua berhak dan memiliki kebebasan dalam memberikan nama anaknya. Yang terpenting adalah nama yang terbaik versi setiap orang tua, bukan nama yang memicu kontroversi yang bisa mengganggu rasa percaya diri anak di masa depan. Maka sebagus apa pun nama, jika tak memunculkan spirit makna yang terlahir dari nama itu mungkin hanya akan menjadi bahan tertawaan publik. Paling utama dalam pemberian nama anak, sebagaimana merujuk pada Rasullullah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,
‏ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺪْﻋَﻮْﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺳْﻤَﺎﺀِ ﺁﺑَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺃَﺳْﻤَﺎﺀَﻛُﻢْ
“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian” [HR. Abu Dawud & Al-Baihaqi, Sebagian ulama menilai sanadnya munqathi’, Sebagian menilai sanadnya jayyid]. Artinya
Ilustrasi identitas nama. Foto: Getty Images
Asep dan Identitas Ki Sunda
ADVERTISEMENT
Harus diakui saat ini (nama lokal) menjadi inferior, misal saja untuk nama Asep bisa jadi terasa jelek dan kampungan jika dibandingkan dengan nama yang modern. Saat ini keberadaan nama Asep pada anak yang lahir dijaman modern bisa jadi tidak lagi populer, indikasinya saat ini bisa terlihat dari penggunaan nama Asep yang didominasi oleh pria dewasa. Saat ini, nama balita lebih banyak memiliki nama kekinian produk mancanegara yang membuat Asep berangsur punah. Menurut kajian onomastika atau bidang ilmu yang mempelajari tentang nama, fenomena tersebut selalu berkaitan dan tidak dapat dilepaskan dari unsur budaya karena budaya di masyarakat selalu mengalami pergeseran yang berlangsung secara alamiah.
Apresiasi kepada para tokoh, inohong, deklarator yang berkiprah mendirikan perkumpulan Asep. Berkaitan perkumpulan nama Asep ini, karena saat ini harus diketahui ada sebutan Paguyuban Asep Dunia (PAD), Komunitas Asep-Asep (KAA), juga Konferensi Asep-Asep. Awalnya lahirnya perkumpulan Asep adalah Paguyuban Asep (PA) 01 Agustus 2010, mengalami perubahan nama menjadi Paguyuban Asep Dunia (PAD) pada Konperensi Asep Asep (KAA) tanggal 25 Oktober 2015 di Bandung Jawa Barat. Harapannya, dengan nama baru tersebut, PAD ingin menjadi organisasi dan gerakan sosial yang besar, maju, dan, bermanfaat bagi masyarakat serta diakui dunia.
ADVERTISEMENT
Secara historis PAD didirikan oleh Asep Iwan Gunawan, Asep Kambali, Asep Bambang Fauzi, Asep RS, dan Asep Dudi di Jakarta pada 1 Agustus 2010. Paguyuban Asep Dunia (PAD) pada awalnya bernama Paguyuban Asep (PA). Paguyuban ini digagas pertama kali oleh Asep Iwan Gunawan yang penasaran dengan membuat group: “How Many Asep There Are in Facebook?” pada tahun 2008 yang kemudian direspon positif oleh beberapa orang pemilik nama Asep yang ada di dalam jejaring social Facebook. PAD lahir menjadi gerakan social yang masif dan kongkret, PAD merupakan wadah silaturahmi dan aktualisasi diri orang-orang yang bernama Asep di seluruh Dunia. Saat itu sepakat dan disadari bahwa persoalan bangsa ini sangatlah kompleks maka para pemilik nama Asep yang tergabung dalam PAD hadir dengan membawa misi pelestarian budaya.
ADVERTISEMENT
Tujuan Paguyuban Asep Dunia (PAD) untuk : Pertama, Networking: Menghimpun data dan potensi yang dimiliki para Asep di seluruh dunia. Kedua, Connecting Opportunity: Mempertemukan para Asep yang telah berhasil dan sukses dengan para Asep yang belum berhasil agar dapat saling mendukung dan bekerja sama satu sama lain. Ketiga, Empowering and Confident: Memberikan penguatan kepada para Asep agar memiliki semangat dan kepercayaan diri karena menyandang nama Asep. Keempat, Powerful and Useful: Menciptakan wadah untuk mengaktualisasikan diri secara konkret agar para Asep berdaya dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Kelima, Multiculturalism and Nationalism: Membangun semangat cinta tanah air, tenggang rasa dan toleransi, dengan berlandaskan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 agar terciptanya perdamaian dan kerukunan hidup. Dan keenam, Cultural Heritage Preservation: Melestarikan tradisi dan budaya daerah sebagai sumber daya pendukung untuk kesejahteraan, kemakmuran, persatuan dan kesatuan bangsa.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya ada Komunitas Asep Asep (KAA) digagas pada 1 November 2015, awalnya wadah ini dengan sebutan Paguyuban Asep DPW Jawa Barat. KAA lahir 17 Juli 2016 dengan ketua Umum Asep Tutuy Turyana wujud dari kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, kejujuran dan keikhlasan. KAA memiliki Visi Misi yang difokuskan pada 4 (empat) hal pokok ASEP, yaitu: A: Akhlak (Agama), S: Sosial. E: Ekonomi. P: Pelestarian Budaya sebagaimana yang ditulis sebelumnya.
Kemudian Konferensi Asep Asep (KAA) adalah program unggulan rutin Paguyuban Asep Dunia, Konferensi Asep Asep (KAA) pada 25 Oktober 2015 silam di Bandung Jawa Barat yang dihadiri oleh 350 lebih para pemilik nama Asep dari seluruh Dunia. Konferensi ini terinspirasi dari Konperensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 yang telah membawa perubahan bagi dunia. Oleh sebab itu Konferensi Asep Asep yang juga disingkat KAA ini diharapkan dapat membawa perubahan positif seperti Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebuah optimisme keberadaan Asep sebagai Identitas Ki Sunda, Asep lahir sebagai Maung (manusia unggul) ki Sunda yang ulet dan tangguh, yang bisa melahirkan konsepsi ketahanan pribadi, daerah atau nasional. Asep sebagai maung ki Sunda yang memiliki nilai “Panca Jatidiri Insan”, yang meliputi pengkuh agamana (Spiritual Quotient), Luhung elmuna (Intellegence Quotient), Jembar Budayana (Emotional Quotient), Rancage Gawena (Adversity Quotient) (Suryalaga dalam Sudaryat;2014), ditambah tesis penulis dengan Motekar (Creativty Quoetient).
Sejatinya karakter Asep itu harus Pengkuh agamana yaitu sosok Asep yang memiliki keimanan dan ketakwaan (imtak); Luhung elmuna yaitu sosok Asep yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan memiliki daya saing tinggi, Jembar budayana yaitu sosok Asep yang “tidak gagap budaya”, tidak kehilangan jati diri, dan memegang teguh prinsip pribadinya; Rancage gawena yaitu Sosok Asep yang berprestasi, berperilaku aktif, mampu mengimplementasikan berbagai keadaan dengan baik, ngigelan jeung ngigel keun zaman. Dan Motekar yaitu Asep yang memiliki kegigihan, kreatif dan banyak akal, keinginan untuk bekerja keras, bermimpi, berkarya, berkreativitas, dan berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif sehingga berguna bagi diri dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dan wujud sosok MAUNG ki Sunda akan tercapai dalam diri Asep yang ditandai oleh sifat-sifat unggul yaitu: Cageur , Asep harus sehat fisik dan psikisnya; Bageur di mana seorang Asep yang hidupnya selalu taat hukum, baik hukum agama, hukum positif, maupun hukum adat; Bener di mana seorang Asep yang jelas tujuan hidupnya, beriman dan bertakwa, memiliki visi dan misi yang baik dan terukur; Pinter di mana seorang Asep yang berilmu, berprestasi, arif, bijaksana, serta mampu mengatasi berbagai masalah dengan baik dan benar; Singer di mana seorang Asep yang proaktif, beretos kerja tinggi, terampil dan berprestasi; Teger di mana seorang Asep yang kuat hati, teguh, tangguh, dan tidak mudah putus asa; Pangger di mana seorang Asep yang teguh dan berpendirian kuat, tidak mudah tergoda; dan Asep harus Beleger di mana seorang Asep yang jujur, adil, amanah, mampu memegang kepercayaan yang diterima dirinya, juga harus harmonis dan kooperatif (Sareundeuk saigel sabobot sapihanéan, sabata sarimbagan).
ADVERTISEMENT
Keniscayaannya berikan nama anak dengan nama yang baik dan gunakan nama baik tersebut ketika kita memperkenalkan diri ke masyarakat. Janganlah ridha dan senang dengan panggilan nama yang buruk atau jelek maknanya, serta kita tidak ikut-ikutan memanggil orang lain dengan nama atau gelaran yang buruk.
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666