Konten dari Pengguna

Pramuka (Milenial) Indonesia?

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
14 Agustus 2020 4:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak pramuka Foto: Jufri Derwo Tubun
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak pramuka Foto: Jufri Derwo Tubun
ADVERTISEMENT
“Kami pramuka Indonesia, manusia Pancasila. Satyaku kudarmakan. Darmaku kubaktikan. Agar jaya Indonesia, Indonesia. Tanah airku, kami jadi pandumu
ADVERTISEMENT
Kalimat di atas tersebut merupakan bagian dari lirik lagu hymne pramuka, yang selalu dinyanyikan pada setiap kegiatan kepramukaan dan merupakan lagu kebanggaan pramuka. Terdapat banyak makna yang terkandung dalam lirik lagu hymne pramuka, di antaranya adalah Trisatya sebagai janji kesetiaan pramuka, Dasadarma pramuka atau sepuluh kebajikan sebagai pedoman pramuka dalam bertingkah laku dan jiwa nasionalisme pramuka Indonesia.
Pada bulan Agustus ini merupakan bulan kemerdekaan, dan juga menjadi momentum kegiatan pramuka. Namun, ada yang berbeda khusus di tahun ini karena penjuru dunia sedang berjuang melawan pandemi Covid19. Dengan tidak menyurutkan semangat untuk mengingat, jika Hari ini setiap tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka.
Pramuka atau Praja Muda Karana, merupakan organisasi kepanduan yang tidak hanya popular di Indonesia akan tetapi di belahan dunia. Adalah Bapak Pramuka Dunia Boden Powell, Sang bapak pandu dunia mengandaikan kegiatan kepanduan ini sebagai sarana pendidikan melalui kegiatan yang menyenangkan baik kegiatan dalam sekolah maupun luar sekolah.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, pramuka masih sangat familiar di telinga masyarakat luas dengan keberadaan pramuka yang sebelumnya merupakan kegiatan wajib di sekolah, bahkan hampir semua satuan pendidikan yang ada di indonesia mulai dari SD (Siaga ) , SMP (Penggalang) , SMA (Penegak ) dan bahkan ada juga satuan gerakan pramuka ditingkat perguruan tinggi disebut dengan Racana.
Terlepas dan sebelum pandemi Covid19, diakui atau tidak keberadaan kegiatan Pramuka di sekolah terbukti telah mampu memberikan arti tersendiri terhadap proses pembelajaran. Pada titik inilah, kebijakan Pramuka yang dijadikan sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah menjadi faktor penting dalam mewujudkan pendidikan karakter. Kehadiran Pramuka dalam pendidikan karakter yaitu; Pertama, Pramuka dikenal sebagai kegiatan yang menyenangkan. Menyanyi, bermain, tepuk tangan, tali temali, sandi-sandi, penjelajahan adalah beberapa bentuk dari kegiatan Pramuka yang berbasis fun, menyenangkan. Kegiatan yang bisanya dilakukan di tempat terbuka ini akan memberi "ruang baru" bagi siswa atas dominasi ruang kelas yang selama ini "membelenggu". Sehingga, dalam kegiatan outdoor ini siswa mampu mengekspresikan bakat dan minatnya secara bebas dan gembira.
ADVERTISEMENT
Kedua, Pramuka adalah salah satu media pendidikan yang berbasis pada pengoptimalan kecerdasan emosional siswa/mahasiswa. Setelah kecerdasan intelektual siswa (Intellegency Quotient), Pramuka adalah wahana pengembangan emosional otak kanan (EQ: Emotional Quotient). Pramuka melatih siswa untuk berinteraksi, berkomunikasi, kreatif, dan berafiliasi dengan teman-teman lainnya. Di sinilah kemampuan sosial siswa dibangun, sehingga mampu mewujudkan salah satu pilar pendidikan versi Unesco (lembaga PBB yang menangani pendidikan dan kebudayaan), yakni membekali siswa untuk dapat life together, hidup bersama dengan damai dan harmonis.
Ketiga, Pramuka adalah wahana pelatihan mental. Pramuka membekali siswa/mahasiswa dengan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, bertanggung jawab dan sifat-sifat lainnya, yang terdapat dalam Dasa Dharma (sepuluh bakti) Pramuka. Sikap mental ini barangkali tidak ditemui dalam proses pembelajaran formal. Menjadi sebuah kenyataan bahwa ada siswa yang cerdas dan pandai, namun menjadi sosok yang penakut, tertutup, sulit bergaul dan sebagainya maka Pramuka mampu menjadi solusi untuk mengatasi persoalan mentalitas siswa tersebut.
ADVERTISEMENT
Keempat, Pramuka adalah wahana pelatihan ketahanmalangan siswa/mahasiswa (Adversity Quotient). Pramuka mampu melatih Generasi muda yang memiliki kegigihan, kreatif dan banyak akal, keinginan untuk bekerja keras, bermimpi, berkarya, berkreativitas, dan berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif sehingga berguna bagi diri dan masyarakat.
Akan tetapi, mungkin ada sesuatu yang mungkin bergeser di kaum milenial saat ini. Bagi kaum milenial saat ini menjadi sebuah pertanyaan menarik;" jika dulu banyak orang yang bangga dengan menjadi anggota gerakan Pramuka, bangga memakai pakaian pramuka lengkap dengan atribut-nya. Namun sekarang, justru banyak orang yang merasa malu memakai pakaian pramuka lengkap. Benarkah itu?"
Hal lainnya, kepramukaan yang identik dengan aktivitas luar ruangan tidak bisa dijalankan selama pandemi Covid-19. Namun, kondisi saat ini jangan melunturkan nilai inti Pramuka yang telah tertanam di setiap anggotanya. Di Indonesia, nilai inti Pramuka di Indonesia tertuang dalam Trisatya dan Dasadarma yang didasarkan pada ”Promise and Law” yang disusun oleh Bapak Pramuka Dunia Baden Powell. Substansi Trisatya, yaitu menjalankan kewajiban kepada Tuhan, negara kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama, mempersiapkan diri membangun masyarakat, dan menempati Dasadarma. Adapun contoh dari Dasadarma Pramuka adalah cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, rajin, terampil, dan gembira, serta bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
ADVERTISEMENT
Niscayanya jika semangat dan karakter seorang Pramuka akan selalu hadir dalam diri dan dibutuhkan walaupun dalam menghadapi pandemi, khususnya bagi kaum milenial. Disiplin dalam bertindak, tidak gentar menghadapi rintangan, selalu peduli dan siap berkorban untuk sesama, adalah jiwa dan karakter yang kita butuhkan di era pandemi Covid-19 ini. Anggota Pramuka khususnya di Indonesia harus memiliki sikap ketahanan (resilience) untuk menyikapi kondisi yang tidak bisa diprediksi, seperti pandemi ini.
Jelaslah jika Pramuka bisa menjadi pijakan jati diri dengan keterampilan abad 21 yang fokus pada Karakter, Literasi dan Keterampilan 4C (Critical Thinking, Communication, Collaborative, Creative) untuk kemajuan generasi muda.
Semoga bisa kita temukan dalam diri Pramuka Milenial Indonesia yang 14 Agustus ini berusia 59 tahun.
ADVERTISEMENT
"Selamat Hari Pramuka"
Oleh : Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666