Konten dari Pengguna

Rindu Televisi Pendidikan di Indonesia

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
4 September 2020 3:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi televisi. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi televisi. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Di tengah kebijakan PJJ, masyarakat pada umumnya dipusingkan dengan kuota internet. Kemendikbud pun membuat kebijakan akan membagikan kuota gratis bagi siswa mahasiswa, guru dan dosen untuk menunjang pembelajaran semasa pandemi. Namun, tidak semua masalah PJJ bisa diselesaikan dengan kebijakan subsidi kuota. Oleh karena itu, semestinya Kemendikbud lebih memperhatikan persoalan pemenuhan standar nasional pendidikan di berbagai daerah agar tak terjadi disparitas layanan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Jika dikaji dari delapan standar nasional pendidikan, subsidi kuota internet hanya dapat menunjang standar proses semata. Tanpa memperbaiki standar nasional pendidikan lainnya, pembelajaran jarak jauh pada era pandemi saat ini tak akan berjalan efektif.
Jadi, berbagai upaya harus dilakukan agar dapat menjadi sarana untuk memberikan edukasi kepada peserta didik pada masa pandemi saat ini. Apresiasi dengan program tve.kemendikbud.go.id, hal sederhana lainnya misalnya saja bisa menjadi salah satu solusi jika Kemendikbud dapat bermitra dengan TVRI atau saluran televisi swasta untuk membuat suatu program tayangan pendidikan secara khusus.
Bagi generasi yang lahir sebelum 1990an pasti mengenal Televisi semisal TVRI, RCTI dan TPI, serasa ingin mengingat dan mengobati rindu akan tayangan televisi yang menyuguhkan acara dokumenter ataupun ilmu pengetahuan. Masih diingat oleh generasi 60-70an, TVRI punya tabung hiburan yang hits saat itu misal Keluarga Cemara, Losmen, Jendela Rumah Kita, Dokter Sartika dan Aku Cinta Indonesia.
ADVERTISEMENT
Secara Historis, pada ada awalnya terdapat gagasan untuk menyelenggarakan siaran televisi yang khusus berkiprah di bidang pendidikan/pembelajaran dimulai dari kerjasama Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) dengan UNICEF/UNESCO memproduksi program televisi pendidikan/ pembelajaran untuk ditayangkan melalui stasiun televisi yang ada. Program yang diproduksi adalah mengenai pengembangan watak anak-anak.
Keberhasilan yang dicapai dilanjutkan dengan pengembangan film serial Aku Cinta Indonesia (ACI) yang ditayangkan setiap hari Minggu oleh stasiun TVRI Jakarta. Melalui kerjasama dengan pemerintah Australia, Belanda, dan Kanada, gagasan untuk menyelenggarakan siaran televisi pendidikan/pembelajaran secara perlahan-lahan mulai mengarah jelas. Sumber daya dipersiapkan dan demikian juga dengan program-program pendidikan/pembelajaran yang akan ditayangkan. Kerjasama terhenti namun perjuangan untuk penyelenggaraan siaran televisi pendidikan/pembelajaran tiada pernah berhenti. Perjuangan berikutnya adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan swasta, PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (grup PT. Lamtoro Gung Persada) yang pada akhirnya berhasil mendirikan stasiun Televisi Pendidikan Indonesia (Stasiun TPI).
ADVERTISEMENT
Adalah TPI sebagai media Televisi swasta yang didirikan oleh putri sulung mantan presiden Soeharto, yaitu Siti Hardiyanti Rukmana, atau yang lebih dikenal dengan Mbak Tutut. Televisi ini mengudara tanggal 23 Januari 1991,dan diresmikan Presiden Soeharto bersamaan dengan ultah Mbak Tutut ke-42. Merupakan televisi swasta nasional kedua setelah RCTI, TPI sebenarnya pertama kali mengudara terlebih dahulu pada 2 Januari 1991 selama 2 jam dari jam 08.00-10.00 WIB. Awalnya, TPI hanya mengudara 2 jam sehari dan perlahan bertambah menjadi 4 jam sehari, 8 jam sehari dan kini 24 jam.
Saat itu kira-kira penulis sedang duduk di bangku SMP kelas 1, karena kebagian kelas siang pasti sebelum berangkat sekolah pastilah selalu nongkrong di depan TV hitam putih untuk acara film Casper dan acara yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Kita bisa mengikuti dengan senang dan santai, karena kita juga bukan siswa yang bisa ikut les atau privat di lembaga kursus untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya TPI belum memiliki slogan "Televisi Pendidikan Nasional", pada periode 1991-1993. TPI menggunakan kalimat "Cermin Dinamika Budaya Bangsa" sebagai slogan perdana mereka. Sesudah itu baru televisi ini mengubah slogannya menjadi beberapa kali, mulai dari Televisi Pendidikan Indonesia (1993-1995). Saat itu Televisi Pendidikan Indonesia yang siarannya didominasi tutorial mata pelajaran sekolah berdasarkan modul-modul tertulis. Selanjutnya ganti slogan menjadi Televisi Keluarga Anda (1995-1997), Makin Asyik Aja (1998-2007) dan Makin Indonesia, Makin Asyik Aja (2007-2010). Pada awal 90-an TPI banyak menayangkan acara dokumenter dan berbau ilmu pengetahuan, akan tetapi perlahan-lahan konten pengetahuan mulai terkikis. Salah satu acara edukasi unggulan adalah Pelajaran bahasa Prancis (bersama Maudy Koesnadi) .
Namun sungguh disayangkan, di akhir 90-an semakin sedikit konten edukasi dan TPI akhirnya banyak juga rajin memutar serial dan film India, serta musik dangdut. Sepertinya, industri film India, Bollywood masuk ke Indonesia pertama kali melalui stasiun televisi ini. Selain film India, TPI pernah mendapat penghargaan karena telah bertahun-tahun menayangkan acara kuis dangdut pertama di Indonesia yaitu Kuis Dangdut yang dibawakan oleh H. Jaja Miharja dan Dorce Gamalama, sampai ada sindiran TPI menjadi Televisi Perdangdutan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saat itu selain Kuis Dangdut, kuis Gamezone (Tamara Geraldine) dan Komunikata (Isam Surentu) juga menarik perhatian pemirsa dengan acara komedi seperti Ngelaba yang dibawakan oleh Patrio. Setelah Era Soeharto jatuh, TPI pun mulai kendur. Tahun 2001, 70% saham TPI dibeli PT. Media Nusantara Citra. Tahun 2003, TPI dibeli oleh PT. Bimantara Citra, Tbk., suatu induk usaha yang menaungi RCTI dan Global TV, kemudian membentuk induk usaha untuk 3 stasiun televisi ini yaitu MNC (Media Nusantara Citra). Dan tahun 2006, MNC menguasai secara resmi 75% saham TPI. Pada 20 Oktober 2010, TPI secara resmi relaunching nama menjadi MNCTV. Pihak MNCTV kala itu mengatakan, perubahan nama dikarenakan singkatan TPI sudah tidak relevan dengan kontennya.
ADVERTISEMENT
Sebagi literatur tentang fungsi media senantiasa mengetengahkan bahwa fungsi media ialah informasi, hiburan, dan pendidikan. Media cetak pada umumnya lebih memberikan penekanan pada fungsi informasi dan hiburan, sedangkan televisi (TV) lebih cenderung mengedepankan fungsi hiburan dan informasi, sementara itu, fungsi pendidikan bagi TV cenderung diposisikan sebagai unsur pelengkap.
Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah pemerataan pendidikan, dan penyebab yang paling mendasar dalam permasalahan ini adalah karena bentuk negara Indonesia yakni berbentuk kepulauan. Maka penyebarluasan materi ataupun media dalam pendidikan tidak akan sama dalam setiap daerahnya, terlebih akses internet dengan kepemilikan kuotanya.Salah satu media yang dapat dikembangkan untuk pendidikan jarak jauh ini adalah media televisi, pakar teknologi pendidikan mengembangkan gagasan televisi digunakan sebagai media pendidikan yaitu untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dari peserta didik dalam mendapatkan informasi yang sama dengan peserta didik yang lain. Melalui media ini setiap orang dari berbagai daerah dimanapun dapat mendapatkan informasi apa pun terutama informasi mengenai dunia pendidikan dalam waktu yang sama, karena sistem yang digunakan adalah satelit.
ADVERTISEMENT
Setiap orang yang berbeda ruang akan dapat mendapatkan informasi yang sama jika ia memilih chanel televisi dan menonton program tertentu pada waktu yang sama. Maka setiap orang dimanapun ia berada dapat mendapatkan informasi yang sama dari program televisi tertentu dalam waktu yang sama, sehingga permasalahan pemerataan pendidikan secara tidak langsung dapat diatasi. Selanjutnya, media televisi menjadi salah satu media yang dapat dikembangkan untuk pendidikan jarak jauh. Pakar teknologi pendidikan mengembangkan gagasan televisi digunakan sebagai media pendidikan yaitu untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dari peserta didik dalam mendapatkan informasi yang sama dengan peserta didik yang lain.
Melalui media ini setiap orang dari berbagai daerah dimanapun dapat mendapatkan informasi apa pun terutama informasi mengenai dunia pendidikan dalam waktu yang sama, karena sistem yang digunakan adalah satelit. Setiap orang yang berbeda ruang akan dapat mendapatkan informasi yang sama jika ia memilih chanel televisi dan menonton program tertentu pada waktu yang sama. Maka setiap orang dimanapun ia berada dapat mendapatkan informasi yang sama dari program televisi tertentu dalam waktu yang sama, sehingga permasalahan pemerataan pendidikan secara tidak langsung dapat diatasi.
ADVERTISEMENT
Harus diakui, pada jam prime time ketika sebagian besar keluarga di Indonesia menghabiskan waktu untuk beristirahat sambil menikmati siaran televisi, justru waktu yang strategis semacam itu harus dimanfaatkan oleh pihak televisi untuk menayangkan sinetron yang mendidik, jangan ada pesan yang mengajarkan tindakan kriminal dan kekerasan dalam rumah tangga. Ironisnya generasi para remaja pun terbiasa dengan gaya hidup boros, manja, hedonis, bermewah-mewahan, dan menyukai kehidupan yang cenderung bebas dan longgar karena begitulah yang mereka nikmati dari sinetron dan acara-acara musik.
Tidak mengherankan karena pihak stasiun televisi swasta hanya mau mengejar rating acara mereka supaya tetap tinggi dengan banyaknya penonton, sehingga semakin banyak dan mahal iklan yang masuk dan akhirnya keuntungan mereka pun semakin besar. Memang televisi mempunyai hak untuk menyiarkan program mereka, akan tetapi mereka juga memiliki pertanggungjawaban moral dan sosial (corporate social and morale responsibility) kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Harapannya pihak televisi bisa berkompromi dalam memenuhi selera masyarakat dengan sekaligus mengarahkan masyarakat dengan menyediakan acara yang bermutu dan mendidik. Alhasil, bisakah jika stasiun televisi di Indonesia memperbanyak acara yang memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat, mengajarkan kesederhanaan, dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan kembali?
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666