Konten dari Pengguna

Mengenal Industri Kreatif Inggris

Atu Yudhistira Indarto
Peserta Sesdilu 63.
3 Maret 2019 13:17 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atu Yudhistira Indarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Video game "Batman Arkham Knight" yang diproduksi oleh perusahaan game Rocksteady berbasis di London dengan produk sub sektor Komputer sumbang 5,11 miliar poundsterling bagi industri kreatif Inggris di tahun 2017 (Foto: https://www.humblebundle.com/store/batman-arkham-knight)
zoom-in-whitePerbesar
Video game "Batman Arkham Knight" yang diproduksi oleh perusahaan game Rocksteady berbasis di London dengan produk sub sektor Komputer sumbang 5,11 miliar poundsterling bagi industri kreatif Inggris di tahun 2017 (Foto: https://www.humblebundle.com/store/batman-arkham-knight)
Pernah main video game Batman Arkham Knight? Masih ingat bagaimana upaya Batman melawan Scarecrow, the Penguin, dan musuh lainnya dalam melindungi kota Gotham?
ADVERTISEMENT
Petualangan Batman menelusuri jalan kota Gotham dengan Batmobile dan melewati berbagai tantangan tersebut ternyata tidak hanya bermanfaat bagi kota Gotham tetapi juga telah membantu perekonomian Inggris, khususnya industri kreatif.
Penjualan video game Batman Arkham Knight, yang dibuat oleh perusahaan game Rocksteady berbasis di London, bersama dengan produk lainnya di subsektor komputer yang sedang booming, telah menyumbang keuntungan sebesar 5,11 miliar poundsterling di tahun 2017.
Jumlah ini turut membantu meningkatkan nilai kontribusi industri kreatif menjadi 101,5 miliar poundsterling di tahun 2017, atau sekitar 5,5% dari PDB Inggris. Angka ini juga menempatkan Inggris ke jajaran negara-negara dengan nilai industri kreatif terbesar di dunia.
Industri kreatif Inggris
ADVERTISEMENT
Industri kreatif di Inggris pertama kali digulirkan pada tahun 1997 saat pemerintahan PM Tony Blair. Pengembangan industri kreatif didasarkan pada dokumen Creative Industries-Mapping Document 1998 yang dirumuskan oleh Department for Culture, Media, and Sport (DCMS), kementerian yang menangani industri kreatif di Inggris.
Dokumen tersebut memetakan 13 area aktivitas industri kreatif, yaitu periklanan, arsitektur, seni dan antik, kerajinan, desain, fesyen, film, software hiburan interaktif, musik, penerbitan, seni pertunjukan, software, televisi dan radio.
Seluruh aktivitas tersebut dipandang terkait dengan kreativitas, keahlian, dan bakat, serta berpotensi untuk membuka lapangan pekerjaan baru dan mendatangkan keuntungan dengan memperhatikan kekayaan intelektual.
Seiring waktu, industri kreatif Inggris terus berkembang pesat. Sejumlah penyesuaian dilakukan pemerintah Inggris dalam mengembangkan industri kreatif, termasuk mengelompokkan 13 area aktivitas menjadi 12 sub sektor, diantaranya: periklanan, kerajinan, film, IT dan software, penerbitan, musik , dan video games.
12 sub sektor Industri Kreatif Inggris (Foto: https://www.creativeindustriesfederation.com/statistics)
Hasilnya, sejak tahun 2010, pertumbuhan Gross Value Added (GVA) industri kreatif naik hingga 53,1%. Industri kreatif juga menyumbang sekitar 27 miliar poundsterling (11%) bagi ekspor Inggris.
ADVERTISEMENT
Pembukaan lapangan pekerjaan di industri kreatif terus meningkat sekitar 28,6% sejak tahun 2011. Di tahun 2016, tercatat lebih dari 3 juta orang bekerja di sektor ini.
Tiga sub sektor yang menempati peringkat teratas dari sisi pendapatan di tahun 2017 adalah IT software dan games (40,6 juta poundsterling), film dan TV (16,7 juta poundsterling), dan periklanan (13,3 juta poundsterling).
Nilai Industri Kreatif di Inggris (Foto: http://www.thecreativeindustries.co.uk/media/489315/ cic_value_update_dec_2018-300dpi-00000002-.jpg)
Batman Arkham Knight tidak sendirian dalam menyumbang pemasukan bagi ekonomi Inggris. Sejumlah video games lain seperti, Grand Theft Auto dan Red Dead Redemption 2, yang diproduksi oleh perusahaan Rockstar Games dari Skotlandia, juga menjadi kontributor utama.
Sub sektor film juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Kita mungkin pernah menonton film Harry Potter, James Bond, Paddington 2, dan Star Wars: The Last Jedi. Tidak banyak yang tahu bahwa film-film tersebut diproduksi di Inggris. Di tahun 2017, industri film di Inggris telah memberi pemasukan sebesar 1,9 miliar poundsterling.
ADVERTISEMENT
Film Star Wars: The Last Jedi yang diproduksi di Inggris (Foto: https://medium.com/@nerdypoc/star-wars-the-last-jedi-more-questions-than-answers-581fc3b7e5c3)
Berkembangnya sejumlah sub sektor tersebut mendorong angka pertumbuhan industri kreatif mencapai sekitar 7%. Pertumbuhannya bahkan di atas industri otomotif serta minyak dan gas. Jika dibandingkan dengan ekonomi Inggris secara keseluruhan, laju pertumbuhannya dua kali lebih cepat.
Keberhasilan industri kreatif Inggris untuk menembus angka 100 miliar poundsterling di tahun 2017 turut didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah Inggris. Kebijakan tax relief untuk produksi film dan program TV mendorong pendapatan 12,6 miliar poundsterling, dan mendatangkan investasi senilai 1,38 miliar poundsterling.
Pemerintah Inggris juga mengembangkan sembilan Creative Clusters baru diantaranya di Bristol, Leeds, London, Belfast, dan Edinburgh untuk mendorong riset dan pengembangan, khususnya dalam teknologi digital di industri kreatif. Dana 80 juta poundsterling telah disiapkan untuk membangun creative hubs baru tersebut.
ADVERTISEMENT
Perkembangan kerja sama Industri Kreatif Indonesia – Inggris
Pertumbuhan industri kreatif yang tinggi di Inggris telah dimanfaatkan oleh Indonesia untuk turut mengembangkan industri kreatif di dalam negeri yang lebih dikenal dengan ekonomi kreatif (ekraf).
Indonesia memulai kerja sama dengan Inggris di tahun 2012 melalui Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Pariwisata dan Ekraf dengan DCMS. MoU tersebut kemudian diperbarui di tahun 2016 antara Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dengan DCMS saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Inggris.
Amandemen MoU tersebut selain untuk menyertakan 16 sub sektor ekraf Indonesia juga untuk membangun kerja sama antara pelaku usaha di kedua negara, dan menciptakan ruang-ruang kreatif baru bagi Indonesia di Inggris.
ADVERTISEMENT
Kerja sama kedua negara diwujudkan melalui sejumlah program, seperti ‘Programme of UK-ID 2016-2018’ (UK:ID), Digital Culture Visit, Creative Cities Research, dan Yogyakarta City Branding. Selain itu, sejumlah kegiatan dan dukungan terhadap kegiatan telah dilaksanakan oleh kedua negara.
Diantaranya adalah penyelenggaraan Jakarta Fashion Week dan UK/ID Festival: Breaking the Boundaries, dan tampilnya desainer Indonesia Dian Pelangi dan Amanda Indah Lestari/Lekat di London Fashion Week, serta promosi produk fesyen Indonesia di Inggris contohnya label Major Minor dari Indonesia di toko Harvey Nichols London.
Desainer muda Indonesia dengan label Major Minor (Foto: https://www.britishcouncil.id/tentang/cerita/ekonomi-kreatif)
Kerja sama dengan Inggris, sedikit banyak telah turut berkontribusi dalam peningkatan ekraf Indonesia. Di usianya yang baru 10 tahun, ekraf telah mencatatkan kontribusi Rp 922 Triliun untuk PDB Indonesia di tahun 2016. Nilai ekspor ekraf Indonesia ke mancanegara juga telah mencapai sekitar US$ 19,9 miliar.
ADVERTISEMENT
Memanfaatkan MoU antar kedua negara, Indonesia dapat mendorong kerja sama di sub sektor IT software (games) dan film yang menjadi andalan industri kreatif Inggris. Di samping itu, Indonesia juga perlu memaksimalkan kerja sama untuk meningkatkan ekspor ekraf ke Inggris.
Di tahun 2016, ekspor ekraf ke Inggris baru 2,56% (US$511,6 juta) dari total ekspor ekraf Indonesia, dan menunjukkan penurunan -7,52% dari tahun 2015 yang mencapai US$553,2 juta. Hingga kini, Inggris belum termasuk dalam lima besar negara ekspor ekraf.
Optimalisasi kerja sama industri kreatif dengan Inggris ke depan diharapkan dapat memunculkan berbagai karya kreatif serupa ‘Batman’ dari Indonesia, untuk tingkatkan nilai industri kreatif dan ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT