Konten dari Pengguna

Peluang Ekspor Produk Ekonomi Kreatif Anak Bangsa ke Inggris

Atu Yudhistira Indarto
Peserta Sesdilu 63.
10 Maret 2019 18:42 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atu Yudhistira Indarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Produk fesyen karya 4 desainer Indonesia yang dipamerkan dalam Indonesian Fashion Showcase Fashion Scout London Fashion Week Autumn/Winter 2019 di London, 16 Februari 2019 sebagai promosi ekonomi kreatif Indonesia (Foto: Dok. KBRI London)
zoom-in-whitePerbesar
Produk fesyen karya 4 desainer Indonesia yang dipamerkan dalam Indonesian Fashion Showcase Fashion Scout London Fashion Week Autumn/Winter 2019 di London, 16 Februari 2019 sebagai promosi ekonomi kreatif Indonesia (Foto: Dok. KBRI London)
ADVERTISEMENT
“Infrastruktur apa yang akan bapak bangun untuk mendukung pengembangan unicorn-unicorn Indonesia?” tanya Presiden Jokowi. “Yang bapak maksud unicorn, maksudnya yang online-online itu?” tanya Prabowo kembali.
ADVERTISEMENT
Cuplikan debat antara dua Calon Presiden Republik Indonesia pada tanggal 17 Februari 2019 itu sempat ramai dibicarakan. Dampaknya, lebih banyak masyarakat tahu tentang unicorn, yaitu usaha startup yang nilainya melebihi USD 1 miliar, dan bagian dari industri ekonomi kreatif (ekraf).
Potensi Ekonomi Kreatif Indonesia
Walau menarik untuk terus dibahas, unicorn bukan merupakan satu-satunya bagian potensial dari ekraf Indonesia. Sejak Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dibentuk tahun 2015, 16 subsektor telah dikembangkan. Unicorn (startup) adalah bagian dari subsektor aplikasi dan game developer.
Ke-16 subsektor tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 922 triliun untuk ekonomi Indonesia (7,44%) di tahun 2016. Nilai ekspor produk ekraf juga mencapai Rp 19,99 miliar di tahun 2016.
Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif Berdasarkan 16 Subsektor pada 2016. (Sumber: Hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif oleh Bekraf dan BPS)
Dari ke-16 subsektor, ada tiga subsektor, yakni kuliner, fesyen, dan kriya, yang memiliki angka kontribusi tertinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ketiganya juga menjadi primadona ekspor produk ekraf: fesyen (54,54%), kriya (39,01%), dan kuliner (6,31%).
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Bekraf, Triawan Munaf, potensi pertumbuhan ekonomi kreatif sangat menjanjikan. Kontribusi ekonomi kreatif di tahun 2019 diproyeksikan mencapai lebih dari Rp 1.000 triliun.
Namun demikian, Wakil Kepala Bekraf, Ricky J. Pesik, menyampaikan nilai ekspor ekraf sempat turun sedikit di tahun 2017 menjadi hanya sekitar Rp 19 miliar, dari sebelumnya hampir menyentuh Rp 20 miliar di tahun 2016.
Peluang Ekspor Produk Ekraf ke Inggris
Meningkatkan ekspor ekraf ke Inggris dapat menjadi satu cara untuk mendongkrak nilai ekspor ekraf. Pasar industri kreatif di Inggris cukup besar. Pada tahun 2018, nilai industri kreatif Inggris mencapai 101,5 miliar Poundsterling (£).
ADVERTISEMENT
Ekspor ekraf Indonesia ke Inggris memang belum tinggi. Di tahun 2016, ekspor ekraf ke Inggris baru USD 511,6 juta (2,56%) dari total ekspor ekraf Indonesia. Bahkan sejak tahun 2010, nilai ekspor ekraf ke Inggris terus alami penurunan.
Sumber: Buku Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2016 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik dan Bekraf
Walau demikian, penurunan angka ekspor ke Inggris bukan berarti tidak ada peluang. Jika menilik tiga subsektor utama ekspor produk ekraf Indonesia, terdapat peluang yang cukup besar di industri fesyen, kriya, dan kuliner Inggris.
Subsektor Fesyen
Kontribusi industri fesyen terhadap ekonomi di Inggris sekitar £32 miliar di tahun 2017. Naik sekitar 5,4% dari tahun 2016. Kenaikan ini didapat salah satunya dari penjualan ritel online sebesar 24% dari total penjualan.
Pengeluaran konsumen untuk fesyen mencapai £56 juta per tahunnya. Penjualan pakaian womenswear tumbuh 2,9% di tahun 2017 jadi £28,1 miliar. Sementara itu, penjualan menswear tumbuh 26% dari total pasar fesyen.
ADVERTISEMENT
Impor Inggris untuk pakaian mencapai sekitar USD 34,4 miliar, dengan produk utamanya suits, sweaters, t-shirts, dan overcoats. Sementara impor untuk footwear dan headwear berjumlah USD 8,16 miliar.
Ekspor Indonesia ke Inggris sendiri untuk footwear dan textiles and clothing di tahun 2017 sebesar 14% dan 13% dari total ekspor.
Peluang ekspor di subsektor fesyen bisa dijajaki melalui kerja sama bilateral. Atas kerja sama dengan Inggris, beberapa desainer Indonesia ikut London Fashion Week, seperti Dian Pelangi dan Amanda Indah Lestari/Lekat.
Produk fesyen karya 5 desainer muda Indonesia yang dipasarkan di Fenwick Department Store di Inggris (Foto: Svida Alisjahbana/Femina. Sumber: https://www.femina.co.id/trend/karya-desainer-muda-indonesia-laris-manis-di-fenwick-department-store-inggris)
Selain itu, produk desainer Indonesia juga dipasarkan di department store di Inggris, seperti produk lima desainer muda Indonesia di Fenwick Department Store, yaitu Major Minor, Sean and Sheila, ByVelvet, Toton dan Peggy Hartanto.
ADVERTISEMENT
Pengusaha Indonesia juga dapat memanfaatkan penjualan ritel online dan pendekatan langsung ke toko-toko serta department store untuk promosi penjualan produk.
Subsektor Kriya
Industri kriya di Inggris besar dan punya pasar menguntungkan. Nilainya lebih dari £366 miliar di tahun 2017, naik dari tahun 2016 yang berjumlah £351 miliar. Peningkatan pasar industri kriya di Inggris sekitar 5% per tahun.
Konsumen di Inggris pun cukup loyal dan memiliki tendensi untuk membeli produk kriya berdasarkan latar belakang cerita dan sejarah produk. Pembeli potensial di Inggris sekitar 25 juta orang (65% dari warga Inggris).
Sekitar 4 ribu pameran kriya diselenggarakan di Inggris setiap tahunnya, seperti Autumn Fair dan Chelsea Crafts Fair. Sebagian besar pameran tersebut merupakan buyers' event dan berskala internasional.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Inggris banyak yang meminati produk kriya Indonesia. Sejumlah perusahaan Inggris, seperti Java Art dan DCUK telah pasarkan produk kriya Indonesia. Pemilik DCUK yang menjual patung bebek Indonesia tegaskan konsumen di Inggris menyukai produk Indonesia.
Produk kriya patung bebek hasil pahatan pengrajin Indonesia yang dijual oleh perusahaan DCUK di Inggris (Foto: Dok. DCUK. Sumber: https://www.dcuk.com/ducks/natural-finish-ducks/)
“15 tahun lalu kami ke Indonesia dan mendapatkan patung bebek kayu yang berkarakter. Awalnya kami hanya menjual sekitar 30 patung dan pembeli di Inggris mencintai produk tersebut. Kini kami telah pekerjakan 200 orang pemahat di Indonesia untuk memproduksi patung bebek yang dijual di Inggris,” ujar Craig, pemilik perusahaan DCUK.
Peluang ekspor di subsektor kriya dapat dijajaki melalui perluasan kerja sama dengan perusahaan kriya di Inggris. Selain itu, pengusaha Indonesia juga dapat menembus pasar Inggris dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran di Inggris.
ADVERTISEMENT
Subsektor Kuliner
Industri kuliner Inggris juga terbilang besar. Kontribusi sektor makanan untuk ekonomi Inggris sebesar £113 miliar (6,4%). Angka pembelian makanan, minuman, dan katering terus meningkat setiap tahun, dengan pembelian di tahun 2017 capai £219 miliar.
Menariknya, Inggris hanya memiliki 2-3 menu makanan tradisional, seperti Fish and Chips dan Yorkshire Pudding. Selebihnya, kuliner di Inggris dipenuhi oleh makanan dari berbagai negara.
Dari survey yang dilakukan baru-baru ini kepada seribu warga Inggris yang makan malam di luar rumah, 22% memilih makanan Asia Tenggara (Thailand), 19% memilih Italia, dan 16% makanan India.
Survey ini menggambarkan bahwa makanan Indonesia miliki tempat di masyarakat Inggris. Jenis makanan Indonesia yang dikategorikan makanan Asia Tenggara mempunyai peluang di pasar Inggris. Termasuk produk makanan organik yang dapat mengakses pasar £ 2,3 miliar di Inggris.
Produk Kecap Manis Indonesia yang dijual dengan label Supermarket Morrisons di Inggris (Sumber: https:// groceries.morrisons.com/webshop/product/Morrisons-Kicap-Manis-Sauce/397431011)
Peningkatan ekspor di sektor kuliner dapat diawali dengan memperbanyak restoran Indonesia di Inggris. Hal ini telah dilakukan Thailand. Saat ini, sekitar 2.000 restoran Thailand terdapat di Inggris. Impor produk makanan Thailand dari Inggris di tahun 2016 mencapai USD 861 juta (23%) dari total impor.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan Indonesia, hanya sekitar 16 restoran Indonesia di Inggris. Walhasil, impor produk makanan Indonesia dari Inggris di tahun 2016 hanya sebesar USD 123 juta (6,8%) dari total impor.
Keberadaan restoran akan membantu pengenalan produk kuliner yang akan ditawarkan dan dijual di supermarket. Saat ini, produk kuliner Thailand tersedia di berbagai supermarket di Inggris karena permintaan yang cukup tinggi.
Selain restoran, pengusaha Indonesia juga dapat promosi produk dan pendekatan kerja sama ke distributor. Promosi produk juga dapat dilakukan melalui partisipasi di berbagai pameran, seperti International Food & Drink Event (IFE) dan Food & Drink Expo.
Langkah Memulai Ekspor Produk Ekraf ke Inggris
Pengusaha ekraf dapat berkomunikasi dengan Bekraf dan KBRI London sebagai langkah awal untuk ekspor ketiga subsektor tersebut.
ADVERTISEMENT
Bekraf memiliki sejumlah platform untuk fasilitasi persiapan ekspor ke Inggris, seperti akses pendanaan dan peningkatan kapasitas.
Adapun KBRI London, melalui fungsi ekonomi dan atase perdagangan, di antaranya dapat memfasilitasi promosi produk, business matching, dan konsultasi terkait ekspor.
Beberapa kegiatan promosi dan business matching ekraf yang belum lama dilakukan KBRI London diantaranya Indonesia Coffee Day 2018, Pameran Produk Organik, Archipelago Feast, dan Indonesian Fashion Showcase.
Pasar industri kreatif di Inggris besar dan menguntungkan. Peluang pengusaha ekraf Indonesia untuk mengakses pasar tersebut pun terbuka lebar.
Realisasi peningkatan ekspor ekraf ke Inggris perlu dilakukan. Agar nilai ekspor ekraf segera naik, lapangan pekerjaan lebih banyak tersedia, dan industri ekraf Indonesia semakin tumbuh.
ADVERTISEMENT