Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
24 Ramadhan 1446 HSenin, 24 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Dunia Winston Churchill
22 Maret 2025 20:23 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Adrian Aulia Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Isaiah Berlin dalam karyanya yang berjudul Mr Churchill in 1940, menyebut Winston Churchill sebagai “orang yang lebih besar dari hidupnya” dan “manusia terbesar di zaman kita”. Sebutan ‘manusia terbesar di zaman kita’ tentu bisa memantik perdebatan, namun bahwa Churchill adalah salah satu tokoh yang perannya konsekuensial dalam sejarah adalah mutlak. Kisah hidup Churchill menjadi legitimasi bagi perkataan Telleyrand: Dalam perang seseorang mati sekali, tetapi dalam politik seseorang mati hanya untuk bangkit kembali. Inilah dunia Winston Leonard Spencer Churchill.
ADVERTISEMENT
Pelajaran Lord Randolph
Buaian aristokrasi era Victoria menyambut kelahiran Winston Churchill di Istana Blenheim, pada 30 November 1874. Pemilik garis keturunan Earl Spencer dan John Churchill itu adalah anak dari seorang politisi terkemuka Inggris, Lord Randolph Churchill dan seorang wanita Amerika bernama Jennie Jerome. Sejak belia, hidup Churchill telah bertemali erat dengan politik. Sebagaimana dicatat Martin Gilbert dalam bukunya Churchill: A Life, Churchill kecil adalah pengagum Benjamin Disraeli, salah satu Perdana Menteri terhebat era Victoria.
Pelajaran politik pertama Churchill didapatkannya dari sang ayah. Lord Randolph adalah politisi terkemuka Partai Konservatif yang menjadi anggota Parlemen mewakili Woodstock. Saat William Ewart Gladstone dari Partai Liberal menjadi Perdana Menteri kembali setelah kekalahan Partai Konservatif dalam pemilu 26 Januari 1886, Lord Randolph menjadi salah satu pemimpin oposisi paling tangguh. Ia menentang beberapa kebijakan Gladstone, termasuk RUU Pemerintahan Irlandia yang ditentangnya dengan sangat keras.
ADVERTISEMENT
Pada saat kaum Tory berhasil meraih kekuasaan dan Lord Salisbury kembali menjadi Perdana Menteri, Lord Randolph mendapatkan posisi strategis di pemerintahan sebagai Kanselir Keuangan (Chancellor of the Exchequer). Namun Lord Randolph tak lama menduduki jabatannya. Sebagaimana dicatat Andrew Roberts dalam buku Churchill: Walking with Destiny, Lord Randolph tak setuju dengan tingginya anggaran pertahanan Lord Salisbury, karenanya mengirim surat pengunduran diri kepada sang Perdana Menteri. Surat yang awalnya dimaksudkan sebagai ancaman atau gertakan itu justru diterima oleh Salisbury, dan secara langsung mengamputasi karir politik Lord Randolph. Tragedi sang ayah membuat Churchill belajar dan tumbuh menjadi salah satu politisi paling brilian dalam sejarah Britania Raya.
Parlemen dan Perang
Setelah mengundurkan diri dari ketentaraan, pada 1899 Churchill mencoba peruntungan maju sebagai anggota Parlemen mewakili daerah Oldman, Manchester. Sayangnya ia kalah. Kekalahannya membuat ia menjadi wartawan perang dalam Perang Boer dan bahkan ia pernah mengalami menjadi tawanan perang. Baru pada 1901 ia terpilih menjadi anggota Parlemen dari Partai Konservatif. Namun dalam perjalanannya, Churchill menjadi suara yang berbeda di partai terutama dalam soal dukungannya terhadap perdagangan bebas. Perbedaan yang semakin menajam ini membuat Churchill berpindah ke Partai Liberal pada 1904.
Sikap politik Churchill yang berani ini memantik cemoohoan rekan-rekannya di Partai Konservatif. Kendati sejak 1906 mendapatkan posisi dalam Kabinet Partai Liberal, cemoohan terhadapnya tak pernah berhenti. Terlebih setelah pecah perang di Eropa 1914 dan pembentukan kabinet koalisi Liberal-Konservatif, hinaan yang diterima Churchill semakin menjadi terutama setelah kegagalan Operasi Dardanella. Saat Perang Dunia I sedang berkobar, Churchill belum berkantor di Downing Street 10 yang memegang puncak otoritas. Kendati demikian perannya tidak kecil. Bahkan ia kemudian menulis beberapa jilid buku sejarah mengenai Perang Dunia I yang menjadi salah satu bukti kemahirannya dalam menulis dan betapa luas pengetahuan sejarahnya.
ADVERTISEMENT
Saat Stanley Baldwin menjadi Perdana Menteri, Churchill mendapatkan posisi yang sangat strategis sebagai menteri keuangan. Jabatan yang oleh Baldwin sejatinya akan diberikan kepada politisi yang lebih senior di Parlemen, yakni Neville Chamberlain. Namun Chamberlain menolak dan memilih menjadi menteri kesehatan. Kedudukannya sebagai menteri keuangan terhenti saat ia mengundurkan diri dari Kabinet Baldwin karena ketidaksetujuannya atas gagasan kemerdekaan bagi India.
Dekade 1930-an awan gelap mulai memayungi Eropa, terutama setelah naiknya Adolf Hitler sebagai Kanselir Jerman. Dalam salah satu pertemuan bersejarah di Munich 1938, Neville Chamberlain yang saat itu menjadi sebagai Perdana Menteri Inggris, juga Perdana Menteri Prancis Edouard Daladier, menyepakati perjanjian mengenai Cekoslowakia dengan Hitler dan Mussolini, dua tokoh besar fasisme Eropa. Sepulangnya dari Munich, Chamberlain menyampaikan pidato yang terkenal yakni Perdamaian untuk Zaman Kita (Peace for Our Time). Pidato yang sangat optimistis dan berisi harapan kosong yang hancur beberapa bulan kemudian setelah Hitler menginvasi Polandia pada September 1939.
ADVERTISEMENT
Setelah Polandia diserang, Chamberlain mengangkat Churchill menjadi pemimpin tertinggi angkatan laut. Pada 10 Mei 1940, Chamberlain mengundurkan diri karena kehilangan dukungan Parlemen setelah kegagalannya dalam mengamankan Norwegia. Kandidat terdepan pengganti Chamberlain adalah Lord Halifax namun sejarah justru menggelar karpet merahnya untuk kepemimpinan Winston Spencer Churchill yang menjadi Perdana Menteri pengganti Chamberlain.
Churchill memimpin Inggris dan Eropa untuk menghadapi Hitler dan sekutunya. Pidato-pidato masa perangnya sangat menginspirasi. Bahkan secara subjektif, Richard Nixon mengakui bahwa pada masa perang, dirinya lebih bergetar mendengarkan pidato Churchill daripada Franklin Delano Roosevelt. Churchill bersama dengan Presiden Roosevelt -setelah Amerika turut serta dalam Perang Dunia II- menjadi figur pemimpin sekutu dan para pejuang dunia bebas.
Churchill menghadapi tantangan yang tidak mudah saat perang, juga kepahitan melihat kekuatan global (global power) Inggris yang mengalami deklinasi yang tak terelakkan. Namun sang Perdana Menteri berhasil menempatkan Inggris menjadi salah satu dari Tiga Besar (Big Three) kekuatan dunia yang sejajar dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Churchill terlibat dalam berbagai konferensi penting masa perang mulai dari pertemuannya dengan Roosevelt di Newfoundland yang menghasilkan Piagam Atlantik, hingga Konferensi Postdam. Saat berlangsung Konferensi Postdam, dimana kemenangan sekutu sudah ada dalam genggaman, Churchill menerima fakta pahit atas kekalahan partainya yang membuatnya harus mundur dari posisinya sebagai Perdana Menteri.
ADVERTISEMENT
Clement Attlee dari Partai Buruh menggantikan Churchill sebagai Perdana Menteri dan melanjutkan perundingan di Postdam. Ini tentu saja adalah pukulan telak bagi Churchill. Begitu menyakitkan saat ia berhasil menyuguhkan kemenangan bagi negaranya, tapi berbuah kelengserannya. Namun Churchill tak menyerah. Ia tak mundur dari dunia politik. Sebaliknya, ia justru menjadi oposan tangguh di parlemen, hingga ia menjadi Perdana Menteri kembali tahun 1951 setelah kekalahan Partai Buruh. Beberapa tahun kemudian, Churchill memungkas karir politiknya dengan mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri pada 5 April 1955.
Churchill meninggal pada 24 Januari 1965. Namun baik karena karir politik maupun keunggulan intelektualnya, kedudukan Churchill abadi dan begitu menjulang tinggi dalam sejarah. Selain politisi yang brilian, Churchill adalah penulis yang luar biasa. Kepemimpinannya adalah inspirasi bagi generasi penerusnya. Namun tentu saja Churchill bukan sinonim dari kesempurnaan. Sama sekali bukan. Banyak hal yang perlu dikritik dari pemikiran dan kebijakannya, termasuk sikapnya yang keras menentang dekolonisasi. Namun, kepemimpinannya kiranya bisa menjadi inspirasi bagi siapapun yang membaca kisah hidupnya, baik sebagai pengagum atau kritikusnya. Satu hal yang pasti, Churchill adalah salah satu penggerak sejarah abad 20, dan namanya akan abadi dalam rentang panjang sejarah dunia.
ADVERTISEMENT