Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Menyegarkan Kembali Makna Takwa dan Salat di Peringatan Isra Mi'raj
2 Februari 2025 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ayu Novita Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Bila pimpinan marah, bagaimana sikap kita? Apakah harus marah juga?" tanya Ustadz Adi Hidayat pada jamaah peringatan Isra' Mi'raj yang sudah memenuhi Masjid Baitut Tholibin, Senayan.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita bertakwa, maka yang kita lakukan adalah sebaliknya, yaitu tidak marah," lanjut beliau. Ustadz Adi menekankan bahwa semua kebaikan, apabila diakumulasi, akan menjadi takwa.
Sebelum mengulas lebih dalam tentang takwa, da'i yang juga pengurus aktif Muhammadiyah ini, mengingatkan tentang tujuan pendidikan nasional yang ada di UU Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia lebih didahulukan , sebelum menjadi manusia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis,dan bertanggung jawab. Hal tersebut mengisyaratkan keimanan dan ketakwaan adalah landasan untuk mencapai kesuksesan selanjutnya dalam hidup.
Manusia memiliki tiga potensi, yaitu ruh, akal, dan jasad. Ketiga potensi tersebut harus seimbang. Akal yang cerdas dan jasad yang kuat tidaklah cukup. Perlu juga ruh yang kuat. Kepada ruh, Allah ilhamkan takwa (rambatan kebaikan) dan fujuur (rambatan keburukan) [Surat Asy-Syams: 8].
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kita tidak bisa mengklaim diri paling suci atau paling baik karena masih ada potensi diri untuk melakukan keburukan. Di Surat Asy-Syams: 9, Allah juga berfirman
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
"Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)."
Ayat tersebut bermakna bahwa siapa saja, yang tua maupun muda, yang punya jabatan atau tidak, akan sukses apabila mau membersihkan jiwanya. Jika semakin mampu mengeksplorasi kebaikan dalam rangka membersihkan jiwa, maka kesuksesan akan muncul.
Potensi keburukan (fujuur) diciptakan bukan untuk merepotkan kita, tapi agar yang baik (takwa) itu muncul. Bukankah baju atau mobil harus dicuci karena ada kotoran dan kemudian jadi terlihat bersih setelah dicuci? Seperti itu perumpamaan hubungan antara fujuur dan takwa.
Apa hubungan antara takwa dengan salat? Dalam surat Al Baqarah 1-3, Allah SWT menyampaikan satu pesan kepada kita, yaitu mendirikan salat akan membuahkan ketakwaan. Allah memerintahkan salat di surat kedua Al-Qur'an ini dengan menyampaikan keistimewaannya terlebih dahulu, bukan cara salatnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, salat itu juga istimewa karena diperintahkan Allah bukan di bumi, tetapi langsung di langit. Awalnya, Allah memerintahkan salat 50 waktu. Namun, Rasulullah meminta dispensasi bagi umatnya, dan akhirnya Allah mengabulkan sehingga hanya memerintahkan salat wajib 5 waktu. Dengan kasih sayangNya, salat wajib 5 waktu itu pahalanya setara dengan salat 50 waktu.
Kini, saatnya kita mengevaluasi diri, sejauh mana manfaat salat yang sudah kita dapatkan?
Kalau kita belum mendapatkan manfaat yang maksimal, bisa jadi kita belum memahami dan meresapi arti bacaan salat kita.
*disarikan dari ceramah Ustadz Adi Hidayat dengan tema "Salat dan Pembentukan Karakter Utama pada Jumat, 31 Januari 2025. Rekaman ceramah selengkapnya bisa dilihat di sini.
ADVERTISEMENT