Pelukan untuk Jiwa yang Sakit

Ahmad Baehaki
Seorang mahasiswa Universitas Pamulang jurusan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
19 Juni 2023 13:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Baehaki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi orang yang mengurung diri di dalam kamar, foto : pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi orang yang mengurung diri di dalam kamar, foto : pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Depresi, gangguan suasana hati yang dibarengi dengan perasaan sedih berlarut dan pasrah terhadap sesuatu yang dialami. Mungkin kamu pernah diterpa perasaan sedih, hampa, kosong, putus asa, patah semangat, dan seoalah-olah selalu terperangkap dalam gelapnya kesedihan.
ADVERTISEMENT
Namun, tak sedikit orang yang depresi justru mendapatkan pertanyaan seperti "kenapa, sih, kamu depresi?" Atau, pertanyaan "apa yang membuat kamu depresi?" Mereka melontarkan pertanyaan itu hanya untuk memuaskan rasa penasaran mereka saja, tanpa memberikan tindakan apalagi solusi.
Ada banyak orang yang sebenarnya jiwanya "sudah mati". Di luar mereka mungkin terlihat biasa-biasa saja. Mereka melakukan aktivitas yang sama seperti biasanya, bahkan mereka mengutamakan orang-orang yang berada di dekatnya.
Tapi tak ada seorang pun yang sadar dan bisa melihat bagaimana hancur dan betapa mengerikan mentalnya. Hidup orang yang mengalami depresi sangat menyakitkan ibarat seperti hidup dalam tubuh yang berjuang untuk tetap menjalani hari tapi dengan pikiran yang mencoba untuk menyerah atau mati.
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi bahwa depresi akan menjadi masalah kesehatan utama. Bunuh diri, masalah kolektif, adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama. Pada 2019, sekitar 800.000 orang di dunia meninggal karena bunuh diri.
Faktanya, WHO mengaitkan perilaku bunuh diri, baik itu pikiran, rencana, atau tindakan bunuh diri, dengan berbagai gangguan mental, seperti depresi. Sebanyak 55 persen orang yang depresi memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Banyak dari mereka yang menyepelekan kesehatan mental seseorang. Bahkan di antaranya tidak sadar bahwa merekalah yang merusak mental seseorang yang mengalami depresi dengan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Yang mereka lakukan hanya menilai, tidak berusaha untuk memahami—hanya tahu untuk menghakimi.
Terkadang orang yang depresi merasa ingin pulang ke rumah. Padahal mereka sedang berada di dalam rumah itu sendiri. Itu terjadi karena orang terdekat yang mereka harap mampu membuat rasa sakit yang mereka alami berhenti, mereka malah memperparah rasa sakit itu sendiri.
iliustrasi pria yang sedang meringkuk di dalam kamar, foto : pexels.com
Berbeda dengan biasanya orang yang mengalami depresi cenderung mempunyai sikap tertutup. Ada sebagian orang yang depresi mempunyai sikap yang terbuka.
ADVERTISEMENT
Tetapi ketika mereka mulai terbuka, mencurahkan isi hati dan meluapkan emosi yang telah mereka pendam, sering kali orang yang mereka ajak untuk menyampaikan keluh kesah justru tidak memberikan manfaat apa-apa, malah membuat ajang adu nasib.
Sering kali mereka mengatakan orang depresi itu merepotkan, sangat menyusahkan, dan tak mau untuk berusaha. Padahal kenyataannya mereka sedang berjuang dalam diamnya, bahkan mereka tenggelam dalam kecemasan kesedihan dan rasa bersalah, ketika orang terdekat mereka sedang menjalani kehidupan indah mereka.
Mungkin manusia normal jika mendapat masalah dan dapat menyelesaikannya dengan bangga. Tapi, di luar sana banyak manusia yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya hidupnya.
Dan ketika manusia gagal menyelesaikan masalah hidup, yang terserang bukan fisiknya tapi psikisnya. Dan, itu sangat berbahaya. Depresi itu seperti bom waktu. Jika tidak ditangani dengan cepat hanya akan menunggu waktu habis untuk melihatnya meledak.
ADVERTISEMENT
Jika keluarga, teman, atau orang terdekat kita yang suka sendiri, tidak mengurus dirinya dengan baik, bahkan sampai berbulan-bulan mengurung diri di kamar, perhatikanlah mereka.
Jangan sampai mereka mengatakan "ketika aku meminjam telinga", mereka bilang "lukaku tak seberapa" karena kita mengabaikannya. Mereka bisa melakukan hal yang tak terduga dan kita terlambat menyadari bahwa mereka butuh bahu untuk bersandar, juga telinga untuk mendengar.
Jika kita membayangkan seseorang yang mengalami depresi, kita mungkin berpikir bahwa depresi itu tidak seserius dengan penyakit-penyakit lainnya. Bukan berarti jika tidak berdarah itu tidak terluka, justru jika luka yang tidak terlihat sakitnya luar biasa.
Tak selalu tentang ahli mental (psikiater) yang bisa mengobati seseorang dari depresi, padahal kita bisa melakukannya dengan usaha kecil, walaupun hanya mengobati sedikit luka mental yang mereka alami, seperti dengan pelukan dan elusan ringan di kepalanya, mungkin bisa meredakan ramainya isi kepala yang mereka derita.
ADVERTISEMENT
Seorang yang mengalami gangguan mental itu bukan berarti mereka kurangnya ibadah, tidak bisa berpikir positif, suka mencari perhatian, tidak mau berubah. Mereka tidak pernah meminta atau menginginkan keadaannya seperti itu. Tak perlu dibentak, dikucilkan, diremehkan. Jangan menghakimi mereka atas sesuatu yang tidak mereka pilih.
Untuk kamu yang mengalami depresi, terkadang badai hidup dapat membuatmu merasa tenggelam dan kamu merasa segalanya tidak akan pernah menjadi lebih baik. Pikiran buruk yang berulang membuatmu enggan menjalani hari.
Tapi ingat, itu hanya pikiranmu yang mempermainkanmu. Ceritamu belum berakhir, ada bab selanjutnya. Bab ini adalah di mana perasan buruk itu perlahan memudar, menghilang, dan tidak lagi mengganggu harimu.