Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menjaga Asa Kerukunan di Dusun Pringgolayan
7 Februari 2018 23:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Bala Seda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Minggu pagi, 28 Januari 2018, Yogyakarta dikejutkan dengan sebuah peristiwa di seputaran Dusun Pringgolayan, Banguntapan, Bantul. Sebuah acara bakti sosial yang digagas oleh panitia dari Gereja Katolik Santo (St.) Paulus Pringgolayan akhirnya urung digelar karena adanya protes dan tekanan dari beberapa ormas keagamaan. Keberadaan media sosial turut membuat berita ini begitu cepat menyebar dan menimbulkan banyak tanggapan dan pertanyaan di tengah masyarakat. Acara bakti sosial akhirnya memang batal diadakan, namun semoga kesalahpahaman tidak terus berlarut, serta dapat diselesaikan dengan baik dan bermartabat oleh semua pihak.
ADVERTISEMENT
Acara bakti sosial tersebut merupakan rancangan acara paling akhir dari rangkaian acara yang sudah digelar sejak tanggal 2 Desember 2017, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-32 serta peresmian paroki mandiri Gereja Katolik St. Paulus. Rangkaian acara itu antara lain: doa novena, tirakatan, macapatan, pentas seni, ziarah, syukuran paseduluran, ketoprak, pentas wayang kulit, sepeda gembira, serta acara puncaknya adalah misa syukur dan peresmian paroki.


Proses rangkaian kegiatan di atas ternyata dihadiri juga oleh warga sekitar yang nonkristiani (tentu bukan pada acara ritual keagamaannya), bahkan ada yang terlibat aktif dalam kegiatan, seperti pada acara macapatan, wayang kulit, dan lain-lain. Kebersamaan dan keguyuban ini patut disyukuri. Sementara itu, pada momen peresmian paroki secara khusus dihadiri oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko Pr, Bupati Bantul Drs. H. Suharsono, Kapolres Bantul AKBP Sahat M. Hasibuan, S.I.K., M.H., Dandim Bantul yang diwakili Danramil Banguntapan Kapten Armed Haryono, Muspida Kabupaten Bantul, Muspika Kecamatan Banguntapan, dan para tamu undangan lainnya.

ADVERTISEMENT
Gereja Katolik St. Paulus itu sendiri pertama kali diresmikan pada 25 Januari 1986, bertepatan dengan peringatan pertobatan St. Paulus. Gereja ini masuk dalam wilayah Dusun Pringgolayan. Dusun Pringgolayan merupakan salah satu dari sepuluh pedusunan yang terletak di Desa Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tidak seperti umumnya ciri sebuah desa yang penduduknya bermatapencaharian pertanian dan bercorak homogen, Desa Banguntapan mempunyai corak masyarakat yang majemuk atau heterogen seperti layaknya masyarakat perkotaan.
Dalam hal ini perlu dicatat juga bahwa cukup banyak umat Gereja St. Paulus yang berdomisili di daerah Dusun Pringgolayan ini. Untuk wilayah paling dekat dengan gereja saja ada empat lingkungan (sejumlah kelompok warga dan keluarga yang tinggal berdekatan. Sekitar 20-40 keluarga). Gereja St. Paulus memiliki 28 lingkungan yang tergabung dalam 5 wilayah.
ADVERTISEMENT
Umat Gereja Aktif dalam Kegiatan Kampung serta Hidup Rukun dalam Masyarakat yang Berbeda Keyakinan
Dalam kehidupan bermasyarakat patut diapresiasi bentuk keterlibatan umat gereja yang turut aktif, baik dalam berbagai kegiatan kampung maupun yang berperan langsung sebagai pengurus rukun tetangga (RT). Dusun Pringgolayan terdiri dari tiga belas RT yang sebagian besar membujur dari selatan ke utara.
Dari antara tiga belas RT tersebut terdapat empat RT (RT 10, 11, 12, dan 13) yang selalu melakukan tradisi selamat Idulfitri antarwarga RT, yang notabene saling berbeda keyakinan. Saban tahun, kebiasaan baik ini terus berlanjut setiap pagi usai salat Id. Seperti pagi itu, pada hari Minggu (25/6/2017), begitu terdengar woro-woro (pengumuman) dari Musala Al Hasanah maka warga mulai berdatangan dan berkumpul di sekitar musala. Menurut seorang sesepuh warga di kampung, kebiasaan ini sudah berlangsung hampir puluhan tahun.
ADVERTISEMENT

Banyak keluarga yang juga mengajak anak-anaknya untuk turut serta. Bahkan, ada yang rela menunda sementara waktu jadwal mudiknya agar masih bisa sempat bertemu warga yang lain untuk saling mengucapkan selamat dan bermaaf-maafan.
Biara Suster yang Persis Bersebelahan dengan Musala
Di Dusun Pringgolayan ini juga ada pemandangan yang menarik serta menunjukkan bagaimana suasana toleransi terjalin dan terjaga dengan baik. Salah satu wujudnya yakni keberadaan Musala Al Hasanah yang berdiri persis di sebelah utara Biara Susteran Putri Reinha Rosari (PRR).

Suster-suster juga biasanya selalu akrab dan ramah dengan warga sekitar. Para suster pun tak jarang mempersilakan pemakaian halaman biara sebagai lahan parkir saat ada kegiatan di musala, jika kebetulan area parkir di musala tidak mencukupi.
ADVERTISEMENT
Semoga suasana dan tradisi yang baik di Dusun Pringgolayan ini bisa terus terpelihara dan dapat menjadi contoh bagi masyarakat lain di tempat yang berbeda.*********
Bala Seda
(twitter account: @Bala_Seda)
*Warga RT 10 & Umat Lingkungan St. Barnabas Gereja St. Paulus Paroki Pringgolayan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta