20 Tahun FMCH Indonesia, Perjuangan Menuju Kesehatan yang Utuh

Yayasan Balita Sehat Indonesia
Foundation for Mother and Child Health is known as Yayasan Balita Sehat Indonesia. Tackling malnutrition in innovative way. Everyday. Since 2001.
Konten dari Pengguna
24 Februari 2021 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yayasan Balita Sehat Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Helga Dyah, Program Manager dan Brigita Rumung, Media & Communications Officer
ADVERTISEMENT
Kisah dari Para Pendiri: Kegelisahan Menumbuhkan Kepedulian
Kesehatan merupakan anugerah tak ternilai yang dimiliki seseorang dalam hidup. Kekayaan sebanyak apapun tidak dapat menggantikannya. Contoh nyata dapat dilihat saat COVID-19 mulai merebak. Siapapun bisa terjangkit olehnya, mau sekaya apapun, kesehatan saat pandemi ini menjadi daftar pertama yang sangat disyukuri oleh siapapun. Begitu pun bagi Foundation for Mother and Child Health Indonesia (FMCH). Sejak awal berdirinya di tahun 1998, kesehatan, terutama bagi ibu dan anak adalah adalah alasan utama lembaga ini hadir di bumi pertiwi. Pun kisah lahirnya ketika diceritakan lahir dari sebuah hal sederhana: kepedulian.
Barbara Jayson, Founder of FMCH Indonesia. Photo credit to Barry Newman
Rasa peduli itu muncul dari seorang Barbara Jayson. Beliau adalah seorang warga kebangsaan Inggris yang menetap selama 8.5 tahun di Indonesia sejak 1998. Sebelumnya, ia tinggal di Malaysia. Pada masa di mana situasi ekonomi dan politik Indonesia sedang memanas, pada saat itu pula suaminya dipindahtugaskan ke Indonesia, tepatnya di Jakarta. Namun, berada di situasi yang tidak mengenakan lantas tidak membuatnya diam dan menyerah.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang ibu sekaligus perawat, kepekaan Barbara terhadap kondisi kesehatan bayi sangat tinggi. Apalagi saat itu banyak masyarakat Indonesia berada di ambang kekacauan. Meski ia adalah pendatang, Barbara mulai banyak berkenalan dengan orang lain, terutama orang-orang di lingkup layanan kesehatan. Sebut saja seperti perawat, bidan, maupun dokter.
Suatu waktu, masih di tahun 1998, seorang dokter kenalannya mengajak Barbara untuk pergi ke kliniknya. Masih lekat dalam ingatannya, lokasi klinik tersebut ada di wilayah Kemang, Jakarta Selatan. Sebuah wilayah yang sejak dulu adalah wilayah perkotaan. Di sana sang dokter menunjukkan kondisi salah satu bayi dari wilayah perkotaan itu. Kondisinya menyayat hati: kurang gizi.
Feeding Program di Masa Awal Perjuangan Lembaga
“Bayangkan. Ada kondisi bayi seperti itu di Kemang,” begitu ungkap Barbara. Pikirannya lantas membayangkan. Di wilayah kota saja masih ada seperti ini apalagi di wilayah pelosok. Kejadian itu lantas menjadi momen eureka baginya! Tanpa berpikir lebih lama, ia berinisiatif membentuk sebuah kelompok yang menyediakan asupan bagi bayi. Sesungguhnya, ketika berada di Malaysia, Barbara pun pernah merintis sebuah grup kecil serupa. Ingin beri dampak yang lebih, Barbara lalu mengajak beberapa kolega perawatnya dari negara yang sama.
ADVERTISEMENT
Gayung bersambut! Koleganya pun dengan senang hati membantu. Salah satu nama yang turut menjadi perintis adalah Rosemarie Penrhyn Jones. Di tengah hiruk pikuk sosial-ekonomi-politik Indonesia lahirlah Foundation for Mother and Child Health Indonesia. Program awal yang mereka rintis adalah program pemberian makan bagi bayi serta pelatihan bagi ibu. Tak disangka, antusiasme masyarakat tinggi. Barbara gembira, namun di sisi lain hatinya ia juga sedih. Sebagai lembaga baru, pendanaan menjadi momok yang begitu terasa. Apalagi saat itu Indonesia sedang krisis.
Bersyukur, semesta lagi-lagi berpihak pada mereka. Barbara dipertemukan dengan petinggi di Standard Chatered Bank, London. Barbara diminta mengirimkan proposal. Voila! Perusahaan tersebut lalu menerimanya dan membiayai seluruh operasional kegiatan lembaga selama 3 tahun. Tantangan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sebagai lembaga yang masih sepenuhnya dimotori ekspatriat, Barbara dkk mengalami kendala perizinan. Barbara tidak gentar, dan lagi, semesta masih berpihak pada mereka.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2000, Barbara dipertemukan oleh salah seorang rekannya: Ira Lembong. Ibu Ira, begitu ia disapa, baru kembali ke Indonesia setelah berpuluh tahun hidup di Australia. Tak disangka, pada saat itu, Ira juga punya keresahan yang sama dengan Barbara. Ia melihat begitu banyak balita yang tampak tidak sehat dan terurus di beberapa ruas jalanan Jakarta. Ira juga berkeinginan kuat membangun sebuah wadah. Singkat cerita, berkat Ira, FMCH Indonesia pun bisa melakukan urusan perizinan dengan lancar.
Dari kiri ke kanan: Helga Dyah (Program Manager), Syifa Andina (Chairwoman of FMCH Indonesia), dan Ira Lembong (Co Founder)
Hingga pada 21 Februari 2001, FMCH Indonesia resmi terdaftar di Indonesia dengan nama Yayasan Balita Sehat Indonesia. Dengan semakin banyak orang yang terlibat, semakin banyak pula yang ingin dijangkau. Selain kesehatan ibu dan anak, para pendiri kemudian mulai melihat pentingnya pendidikan usia dini bagi anak. Tanpa ragu, mereka pun mulai merajut program di bidang pendidikan. “Saya bersyukur bisa berjumpa dengan perempuan hebat, Barbara dan Rosie, mereka punya visi yang sama dengan saya,” tutur Ira. Hingga saat ini, FMCH Indonesia yang lahir dari sebuah kepedulian tetap berdiri teguh selama 20 tahun; dengan tetap membawa visi yang tak pernah berubah: demi peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.
ADVERTISEMENT
Menuju Kesehatan yang Utuh
Sejak awal berdiri, visi FMCH Indonesia adalah, tackling malnutrition with the various way, everyday! Kalimat ini ibarat pelita yang tak pernah padam. FMCH Indonesia meyakini bahwa anak-anak dengan status gizi kurang baik, tidak serta merta hanya dipengaruhi oleh banyak sedikitnya asupan makanan yang dikonsumsi, namun rendahnya kesadaran dan pengetahuan orang tua terhadap pemenuhan gizi anak, pola asuh yang salah, kondisi ekonomi lemah dan kesehatan lingkungan sekitar yang tidak mendukung.
Oleh karena itu dalam perjalanannya, FMCH Indonesia telah merubah startegi intervensi, yang awalnya berpusat pada program-program bersifat kuratif kini berevolusi menjadi program dengan pendekatan preventif. FMCH terus berinovasi melakukan edukasi kesehatan dan livelihood, mulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupan, Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif berbasis keluarga dan komunitas, Pendidikan Kesehatan Anak usia Remaja hingga perempuan usia produktif. Di samping itu ada pula peningkatan soft skill para perempuan agar bisa berkembang dan berkontribusi meningkatkan ekonomi keluarga, di 3 wilayah dampingan kami: Jakarta, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kami giat menjalankan berbagai program di tiga wilayah tersebut melalui tim yang terorganisir serta berkolaborasi dengan berbagai pihak.
ADVERTISEMENT
Perjalanan selama 20 tahun ini tidaklah mudah. FMCH Indonesia mengalami banyak tantangan yang tak terhitung, termasuk dari internal organisasi, yaitu terjadi perombakan struktur besar-besaran dalam tubuh organisasi ini, dalam rangka menguatkan peran tim pada tugas-tugas yang lebih spesifik dan terarah. Namun berkat dedikasi semua orang yang terlibat, FMCH tetap setia pada pelayanan kepada masyarakat. Di bawah kepempinan Ketua Yayasan Syifa Andina sejak 2015, FMCH Indonesia mulai berikrar menjadi leading sector di bidang kesehatan yang utuh bagi ibu dan anak. Kesehatan utuh yang dimaksud adalah kesehatan fisik dan mental.
“Kesehatan itu jangan hanya dilihat dari tampak luarnya, atau fisik saja. Tetapi dalamnya juga penting, yaitu mental. Tidak bisa disepelekan,” ucap Syifa Andina, suatu waktu. Guna mencapai kesehatan yang utuh ini, FMCH Indonesia tak lelah berinovasi.
Beberapa anak PAUD dampingan kami di wilayah Timor
Oleh karena itu, FMCH menjalankan program di sektor esensial, seperti pendidikan. Pada sektor ini, PAUD dampingan FMCH Indonesia telah mengintegerasikan kurikulum pendidikaan nasional dengan kurikulum dan program kesehatan fisik dan mental pada anak dan orang tua, karena kecerdasan emosi pada anak merupakan fondasi penting untuk anak siap menghadapi masa depannya kelak. Pendekatan yang kami lakukan, seperti pembelajaran yang mengutamakan pendekatan emosi anak, pengembangan bahan ajar dan lembar kegiatan anak yang mendukung kesehatan mental anak, literasi kesehatan melalui mobile library dan puppet show, pengukuran tinggi berat badan setiap bulan, monitoring pola konsumsi makanan pada anak tiap minggu, medical dan dental check- ups, membuka ruang konsultasi gizi, serta parenting pada orang tua atau wali, serta edukasi kesehatan rutin tiap dua minggu sekali pada orang tua atau wali.
ADVERTISEMENT
Pada sektor kesehatan, FMCH Indonesia telah mengembangkan modul-modul pelatihan kesehatan fisik dan mental pada Health Education Session dan kelas ibu hamil bahagia.
”Perkembangan emosi anak pada usia dini perlu mendapatkan stimulasi dan penanganan yang tepat sesuai dengan tahap perkembanganya, peran keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi baik itu emosi positif maupun emosi negatif, karena peranannya yang sangat penting orangtua perlu mengenali emosi dirinya sendiri sebelum mengenalkan, mengelola, memotivasi, dan mengajarkan anak untuk mengenal emosi orang lain”, kata Helga Dyah, Program Manager.
Kelas Ibu Hamil Bahagia di masa pandemi
Begitu juga dengan ibu hamil, gejolak emosi yang timbul saat hamil sebenarnya hal yang wajar dialami oleh setiap ibu hamil. Kendati demikian, terlalu larut dalam emosi juga tidak baik untuk ibu dan janin, apalagi jika itu adalah emosi yang negatif.
ADVERTISEMENT
”Emosi negatif yang tidak dikendalikan ini dapat memengaruhi kesehatan mental ibu. Kesehatan mental nyatanya sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sebab, kesehatan mental yang terganggu juga bisa menimbulkan berbagai gejala fisik yang pada akhirnya mampu memengaruhi perkembangan janin. Itu mengapa, bumil wajib menjaga kesehatan mental supaya terhindar dari masalah kesehatan yang mampu membahayakan ibu dan janin”, tambah Helga Dyah.
Selain pelatihan dan penyuluhan kesehatan pada komunitas, FMCH Indonesia juga berkontribusi menggaungkan kampanye kesehatan fisik dan mental pada anak, remaja dan orang tua dengan memproduksi berbagai media promosi baik berbentuk media cetak maupun digital, apalagi pada masa pandemi ini. FMCH menyadari, kesehatan mental menjadi hal yang sangat urgen diperhatikan. Oleh karenanya, FMCH menerbitkan booklet ‘Aku Bisa Hadapi Ini’ sebagai salah satu respon bagi penerima manfaat. Booklet ini berisi cerita untuk membangkitkan semangat bagi mereka. Booklet yang terbagi menjadi 3 bagian ini: untuk anak, orangtua, dan ibu hamil, kami bagikan kepada lebih dari 6.000 penerima di tiga wilayah kami. Seri ini juga ada dalam bentuk animasi yang telah diunggah pada kanal media sosial FMCH Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, 20 tahun bukan perjalanan yang singkat dan mudah. Barbara Jayson pun mengakui hal tersebut. Perjalanan hingga dua dekade ini baginya adalah perjalanan yang luar biasa. FMCH Indonesia sudah semakin menunjukkan taringnya, begitu ungkapnya. Tidak hanya itu saja, kepemimpinan orang-orang yang ada di dalamnya sangat patut diapresiasi. Ke depan, perjalanan ini harus terus berlanjut. Kolaborasi baik di tingkat nasional maupun internasional harus diperluas.
Perjuangan menuju kesehatan yang utuh tidaklah akan mudah. Sekali-kali akan ada kerikil yang menghalangi jalan. Suatu waktu akan ada peristiwa tak terduga terjadi. Namun yang pasti perjuangan tak boleh usai. Mari bergandeng tangan bersama, berjalan dan berjuangan menjadi lembaga terkemuka yang mewujudkan kesehatan fisik dan mental bagi ibu dan anak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selamat Ulang Tahun ke-20, FMCH Indonesia. Bertumbuh berkarya bersama!