Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Masjid Ghamamah: Pelajaran bagi Reformasi Kepemimpinan di Indonesia
7 Januari 2025 11:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Prof. Dr. Bambang Irawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sore ini 6 Januari 2025, selaku tour leader perjalanan umrah, saya mengajak para Dhuyufurrahman (Tamu Allah) mengunjungi salah satu tempat bersejarah yang menyimpan sejuta makna yaitu Masjid Gamamah.
ADVERTISEMENT
Saya menjelaskan pada para peziarah bahwa Masjid Ghamamah berdiri sebagai simbol inspirasi yang tak lekang oleh waktu. Masjid ini menjadi saksi keteladanan Nabi Muhammad SAW, mengajarkan prinsip kepemimpinan yang rendah hati, melayani, dan berorientasi pada kebaikan umat.
Namun, nilai-nilai luhur ini tampak memudar di tengah krisis kepemimpinan yang melanda Indonesia, di mana fenomena korupsi, kerakusan, tamak pada jabatan, hilangnya budaya malu, dan enggannya pejabat mundur meskipun terbukti bersalah menjadi pemandangan yang memprihatinkan.
Keteladanan Nabi Muhammad SAW: Kontras dengan Realitas Kepemimpinan di Indonesia
Nabi Muhammad SAW menunjukkan kepemimpinan yang bersih dan penuh tanggung jawab. Beliau memimpin dengan kejujuran dan integritas yang menjadi fondasi bagi kepercayaan masyarakat. Di sisi lain, banyak pemimpin di Indonesia justru memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri sendiri melalui praktik korupsi. Dalam konteks ini, Masjid Ghamamah mengajarkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya melayani kepentingan dirinya, tetapi juga kesejahteraan rakyat.
ADVERTISEMENT
Fenomena kerakusan dan tamak pada jabatan di Indonesia sangat jauh dari keteladanan Nabi. Banyak pejabat yang bersikeras mempertahankan jabatannya meskipun terbukti bersalah, bahkan tanpa rasa malu. Hilangnya budaya malu ini mencerminkan krisis moral yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintahan. Nabi Muhammad SAW, sebaliknya, menanamkan bahwa jabatan adalah amanah, bukan hak istimewa.
Pelajaran dari Masjid Ghamamah
Masjid Ghamamah mengajarkan bahwa pemimpin sejati harus dekat dengan Allah, bersikap rendah hati, bertanggung jawab, dan melayani masyarakat. Nilai ini sangat relevan untuk reformasi kepemimpinan di Indonesia, di mana banyak pemimpin lebih fokus pada kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyat.
Untuk mengatasi fenomena korupsi, kerakusan, dan tamak pada jabatan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menempatkan integritas di atas segalanya. Seperti awan yang menaungi Nabi di Masjid Ghamamah, pemimpin modern harus menjadi pelindung dan pemberi harapan, bukan perusak kepercayaan rakyat.
ADVERTISEMENT
Budaya Malu dan Keberanian untuk Mundur
Budaya malu yang hilang di kalangan pejabat Indonesia adalah tanda bahwa reformasi moral mendesak untuk dilakukan. Dalam Islam, rasa malu adalah bagian dari iman, dan pemimpin yang kehilangan rasa malu telah kehilangan esensi kepemimpinan itu sendiri. Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya rasa tanggung jawab yang besar, di mana kesalahan harus diakui, dan jika perlu, jabatan harus dilepaskan demi menjaga martabat dan kepercayaan rakyat.
Keteladanan ini bisa menjadi solusi bagi fenomena pejabat yang enggan mundur meskipun terbukti bersalah. Mundur dari jabatan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kesadaran moral dan tanggung jawab.
Reformasi Kepemimpinan yang Berbasis Nilai Spiritual
Reformasi kepemimpinan di Indonesia tidak hanya membutuhkan regulasi yang tegas, tetapi juga internalisasi nilai-nilai spiritual seperti yang dicontohkan di Masjid Ghamamah. Pemimpin Indonesia harus belajar bahwa jabatan adalah amanah, dan setiap tindakan mereka akan dipertanggungjawabkan, baik di hadapan rakyat maupun Tuhan.
ADVERTISEMENT
Dengan meneladani keteladanan Nabi Muhammad SAW, Indonesia dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas, menjunjung tinggi keadilan, dan mampu membawa bangsa ini keluar dari krisis moral serta menciptakan masa depan yang lebih cerah. Masjid Ghamamah, sebagai simbol keunggulan kepemimpinan, mengingatkan bahwa perubahan dimulai dari ketulusan hati dan komitmen pada nilai-nilai kebenaran.
Terbitnya keputusan MK yang memangkas threshold 20% bagi calon pemimpin setidaknya menjadi harapan baru bagi Rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin yang lebih ideal, jujur dan sesuai dengan aspirasi rakyat. Semoga.