Museum Geologi, Sarana untuk Memperkenalkan Geosains ke Masyarakat

Barry Majeed Hartono
I am a young student intending to enrich my knowledge in geology specifically in petroleum geochemistry and I am also passionate to share my knowledge. My interest lies in geological engineering especially in the research and development of geochemistry exploration. When dealing with tasks, my mindset is always geared towards results and its objectives, but I still value the processes to achieve it. I am an enthusiastic person who holds high ideals and always ready to adapt. I always keep in mind to maintain a good attitude and clearly love to work together with other companions in order to achieve more.
Konten dari Pengguna
3 Maret 2020 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Barry Majeed Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 29 Februari 2020 lalu, Museum Geologi (Bandung, Jawa Barat) mengadakan acara “day and night at the museum” yang rutin diadakan setiap bulan. Acara ini diadakan untuk memperkenalkan geosains ke masyarakat. Hal ini tentunya sangat baik dan penting untuk masyarakat untuk mengenal geosains mengingat kondisi geologi Indonesia yang sangat unik dan beragam. Indonesia yang terletak pada zona interaksi 4 lempeng, Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan juga Lempeng Filipina (Hamilton, 1979). Interaksi ini mengakibatkan Indonesia memiliki kondisi geologi yang menarik, baik dari batuannya yang unik, mineral ekonomis yang tersebar di Indonesia, cekungan sedimen yang menghasilkan minyak dan gas yang melimpah, dan morfologi alam yang indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata. Di sisi lain, Indonesia yang terletak di zona tektonik “aktif” ini tidak luput dari bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Tentunya, hal ini perlu diketahui oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat tercerdaskan dan tidak termakan oleh isu hoax yang lazim tersebar ketika ada bencana alam. Cara untuk mengenalkan geosains tersebut ke masyarakat luas (terutama yang berlatar-belakang nongeologi) adalah dengan memperlihatkan langsung dengan objek studinya. Objek studi ini disajikan dengan baik oleh Museum Geologi ditambah dengan acara yang menarik yaitu “day and night at the museum”.
ADVERTISEMENT
Museum Geologi
Museum Geologi sendiri diresmikan pada 16 Mei 1929 saat pembukaan gedung “Dienst van den Mijnbouw”. Lembaga tersebut merupakan lembaga belanda yang secara aktif melakukan kegiatan survei geologi sejak tahun 1850-an. Gedung ini berfungsi sebagai perkantoran yang dilengkapi dengan sarana laboratorium geologi dan museum untuk menyimpan dan memperagakan hasil survei geologi. Gedung Museum Geologi terletak di Jl. Diponegoro, Bandung (dulunya Rembrandt Straat). Pada zaman pemerintahan Belanda (1929-1941), Museum Geologi dikenal sebagai Geologisch Laboratorium dan merupakan unit kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi “Dienst van den Mijnbouw”. Kemudian pada zaman pendudukan Jepang (1942-1945), “Dienst van den Mijnbouw” diganti namanya menjadi “Kogyoo Zimusho” yang kemudian berganti nama menjadi “Tisitutyosazyo” dimana Museum Geologi sebagai bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia (selengkapnya: http://museum.geology.esdm.go.id/profil/sejarah).
Gedung Museum Geologi dari depan (Dok: Museum Geologi).
Museum ini memiliki 4 ruangan peragaan yang layak untuk dikunjungi. Ruangan pertama adalah Ruang Geologi Indonesia. Ruangan ini terletak pada sayap sebelah barat museum. Ruangan ini memperlihatkan batuan-batuan unik yang diambil dari seluruh Indonesia. Meteorit, batu dari luar angkasa yang jatuh menghantam bumi, disajikan di ruangan ini. Batuan vulkanik (hasil dari letusan gunung api) juga disajikan pada ruangan ini. Koleksi batuan lain dengan penjelasannya yang sederhana membuat para pengunjung dapat mengenal geosains dengan mudah. Teknologi interaktif juga disediakan untuk mempermudah mengenalkan geosains pada museum ini.
Ruangan Geologi Indonesia pada sayap barat (Dok: Museum Geologi).
Ruangan di sayap timur adalah Ruangan Sejarah Kehidupan. Ruangan yang menyimpan fosil-fosil dari kehidupan masa lampau. Fosil sendiri didefinisikan sebagai sisa-sisa organisme (organik, tulang, jejak, cetakan) yang terawetkan di kerak bumi pada kurun waktu tertentu (Dictionary of Geology and Mineralogy, 2003). Adapun umur dari fosil yang setidaknya lebih tua dari Holosen (~10.000 tahun). Ruangan ini menyajikan fosil-fosil yang sudah diurutkan dari yang paling tua yaitu dari Zaman Kambrium (540 juta tahun lalu) hingga sekarang. Sebagai contoh, fosil stromatolit (organisme sejenis ganggang hijau yang membentuk seperti batu) dari Zaman Kambrium disajikan di ruangan ini. Organisme yang sangat penting ini menghasilkan oksigen pada zaman itu sehingga membuat Bumi menjadi layak untuk kehidupan (dulu atmosfer berbeda dengan sekarang) disajikan pada ruangan ini. Yang terunik menurut penulis adalah di ruangan ini disajikan replika fosil dinosaurus besar. Bagi yang masih bertanya mengapa di Indonesia tidak ditemukan dinosaurus, di ruangan inilah jawabannya tersedia.
Replika dinosaurus pada ruangan sejarah kehidupan (Dok: Museum Geologi)
Naik ke lantai 2, terdapat Ruangan Sumber Daya Geologi di sayap sebelah timur. Ruangan ini menampilkan sumber daya yang dapat diambil dari bumi dan bawah permukaan bumi. Sumber daya seperti mineral logam, mineral nonlogam, batu mulia, minyak dan gas bumi, serta panas bumi disajikan di ruangan ini. Di ruangan ini, dijelaskan juga bagaimana kondisi geologi Indonesia yang unik ini menyebabkan sumber daya seperti yang disebutkan diatas melimpah.
Ruangan Sumber Daya Geologi di lantai 2. Berbagai sumber daya yang dapat diambil dari Bumi dipamerkan disini (Dok: Museum Geologi).
Yang terakhir, adalah Ruang Manfaat dan Bencana Geologi. Ruangan ini terdapat di lantai 2 sayap sebelah barat. Ruangan ini memperlihatkan mekanisme terbentuknya gempa, tsunami, dan gunung meletus. Dampak dari Weudheus Gembel hasil letusan gunung api terhadap benda-benda yang digunakan masyarakat sehari-hari disajikan di ruangan ini. Tidak kalah menarik, di ruangan ini, pengunjung museum dapat merasakan simulasi gempa (selengkapnya: http://museum.geology.esdm.go.id/profil/ruang-peragaan).
Ruang bencana dan manfaat geologi yang didalamnya teredapat mesin simulasi gempa bumi (Dok: Museum Geologi).

Penutup

Keempat ruangan tersebut sangat menarik dan penting dikunjungi oleh masyarakat. Museum Geologi telah memfasilitasi dengan baik sehingga masyarakat Indonesia dapat mengenal geosains yang sangat penting ini terutama karena kondisi geologi Indonesia yang unik ini. Hal ini dikuatkan dengan program “day and night at the museum” yang meningkatkan minat masyarakat untuk lebih mengenal geosains.
ADVERTISEMENT

Referensi

McGraw-Hill, 2003. Dictionary of Geology and Mineralogy second edition. New York: McGraw-Hill.
Hamilton, W., 1979. Tectonic of the Indonesian Region. USGS Professional Paper 1078, 345hal.