Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
PM Inggris: 'Perang Terburuk di Eropa sejak 1945 Direncanakan di Ukraina'
20 Februari 2022 19:45 WIB
·
waktu baca 5 menitRusia merencanakan perang dashyat di Eropa yang lebih buruk dari yang pernah terjadi tahun 1945, tuding Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.
Dalam wawancara kepada BBC, Boris menyebut informasi dari badan intelijen yang diterimanya menyebut Rusia tengah bersiap untuk mengepung ibu kota Ukraina, Kiev.
"Publik perlu memahami ongkos yang harus ditanggung dalam bentuk nyawa manusia," kata Johnson.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, sebelumnya juga mengutarakan hal serupa kepada media massa. Namun pemerintah Rusia berulang kali membantah tuduhan seperti ini.
Sementara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan tidak akan menanggapi provokasi Rusia, walau eskalasi pertempuran antara militer negaranya dan kelompok pro-Rusia terus meningkat.
Sejumlah pernyataan terbaru ini muncul di tengah Konferensi Keamanan di Muenche, Jerman, akhir pekan ini. Beberapa petinggi negara Barat menghadiri acara itu.
Sementara Rusia untuk pertama kalinya tidak mengirim delegasi ke konferensi ini.
Boris Johnson menyebut Inggris tidak akan berpikir dua kali untuk memberikan sanksi yang lebih luas terhadap Rusia, jika invasi ke Ukraina benar-benar terjadi.
Bersama AS, kata Boris, Inggris akan menghentikan perusahaan Rusia "berbisnis dalam mata uang poundsterling dan dolar". Menurutnya, kebijakan itu akan sangat memukul Rusia.
AS belum lama ini memperkirakan sekitar 169.000 hingga 191.000 tentara Rusia sekarang disiagakan di sepanjang perbatasan Ukraina. Angka ini mencakup milisi di Ukraina timur yang memihak kepada Rusia.
'Masih bisa dirundingkan'
Saat ditanya apakah invasi Rusia bisa segera terjadi, Johnson berkata, "Saya khawatir potensi itulah yang ditunjukkan oleh bukti, ini tidak mengada-ada.
"Semua tanda yang ada merujuk bahwa rencana Rusia tersebut dalam beberapa hal telah dimulai," kata Boris Johnson.
Boris berkata, para pemimpin badan intelijen Barat menginformasikan bahwa Rusia tidak hanya berencana memasuki Ukraina dari timur, tapi juga dari Belarus dan daerah sekitar Kiev.
"Saya takut untuk mengatakan bahwa rencana yang kami lihat adalah untuk sesuatu yang bisa menjadi perang terbesar di Eropa sejak 1945, hanya dari segi skalanya yang besar," kata PM Inggris.
Johnson mengatakan ini kepada BBC usai bertemu Presiden Ukraina. Dalam pidatonya dalam forum keamanan di Muenchen, ia berkata bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan "bergema di seluruh dunia".
Dalam kesempatan berbeda, Presiden Joe Biden menyebut AS memiliki beberapa alasan untuk percaya bahwa Rusia berencana dan berniat menyerang Ukraina dalam beberapa hari mendatang.
Biden mengatakan tudingan ini pada pidatonya yang disiarkan televisi dari Gedung Putih.
"Sampai saat ini saya yakin dia telah membuat keputusan," ujar Biden merujuk pada Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Meski begitu, Biden berkata bahwa Rusia masih bisa memilih langkah diplomasi. Menurutnya Rusia belum terlambat untuk mengurangi ketegangan dan kembali ke meja perundingan.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh para petinggi negara Barat tengah memainkan strategi untuk menenangkan situasi dan meredam konflik.
Menurutnya, Barat menginginkan Ukraina memberikan jaminan keamanan baru.
Zelensky mengeluarkan tudingan ini tak lama setelah sejumlah pemantau melaporkan intensitas konflik di sepanjang garis yang memisahkan pasukan pro-Rusia dan militer Ukraina meningkat drastis.
Baru-baru ini dilaporkan bahwa muncul lebih dari 1.400 ledakan di wilayah Donetsk dan Luhansk.
Pada Jumat lalu, petinggi dua kelompok pro-Rusia meminta penduduk Ukraina di wilayah timur untuk mengevakuasi diri. Mereka berdalih, militer Ukraina telah mengintensifkan penembakan dan merencanakan serangan.
Tuduhan itu berulang kali dibantah Ukraina dengan berkata bahwa mereka tidak merencanakan serangan apa pun. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menepis apa yang disebutnya "laporan disinformasi dari Rusia".
Pimpinan Republik Rakyat Donetsk (DNR), Denis Pushilin, mengumumkan evakuasi dalam video yang konon direkam pada hari Jumat lalu.
Namun, analisis BBC dari metadata video itu menunjukkan bahwa video tersebut direkam pada hari Kamis atau sebelum aksi saling serang meletusnya.
Adapun otoritas Rusia menyebut bahwa Presiden Putin telah memerintahkan agar kamp-kamp pengungsi segera didirikan di dekat perbatasan.
Putin diklaim juga meminta bantuan darurat diserahkan kepada orang-orang yang datang dari kawasan Ukraina pro-Rusia.
Media pemerintah milik Rusia memberitakan bahwa beberapa bus yang membawa penduduk setempat telah menuju ke Rusia.
Departemen Luar Negeri AS menuding pengumuman evakuasi itu adalah cara Rusia "untuk mengalihkan perhatian dunia dari fakta bahwa mereka sedang menyiapkan pasukan untuk serangan".
AS menyebut berita evakuasi itu adalah contoh bagaimana Rusia menggunakan informasi yang keliru sebagai dalih untuk berperang.
Evakuasi warga picu keresahan di saat disinformasi beredar
Analisis Paul Adams, koresponden isu diplomatik
Pengumuman Denis Pushilin dari Republik Rakyat Donetsk bahwa perempuan, anak-anak dan orang tua akan dievakuasi ke Rusia, berpotensi menjadi perkembangan yang sangat meresahkan.
Narasi bahwa evakuasi diperlukan karena Ukraina merencanakan serangan terhadap dua republik yang memproklamirkan kemerdekaan dengan dukungan Rusia tidak berdasar.
Ketika sebagian besar kekuatan militer Rusia ditempatkan di sekitar perbatasan Ukraina, serangan semacam itu dari Ukraina akan menjadi tindakan di luar nalar. Secara sederhana, hal ini tak terpikirkan.
Tetapi kelompok itu, termasuk Rusia, ingin menciptakan kesan bahaya yang akan segera terjadi.
Kamis lalu, juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menyebut konflik di sekitar perbatasan Rusia dapat pecah kapan saja.
Presiden Putin pekan lalu juga mengulangi tuduhannya, yang sepenuhnya tanpa dasar, bahwa Ukraina bertanggung jawab atas genosida di Ukraina timur.
Pada saat pemimpin Barat menyebut adanya kesengajaan menggunakan bendera palsu serta menyebut video yang beredar di internet dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pemberontak Ukraina sedang bersiap perang, ini adalah saat-saat berbahaya.