Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar, Bagaimana Reaksi Guru dan Siswa?
31 Desember 2022 17:53 WIB
Tulisan dari Bella Septyaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Madiun – Pergantian kurikulum satuan pendidikan sedang menjadi perbincangan. Tahukah kalian bahwa saat ini bukan untuk pertama kalinya terjadi pergantian kurikulum? Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum pendidikan sebanyak sebelas kali, yaitu kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum 2006, kurikulum 2013, dan kurikulum merdeka. Pergantian kurikulum tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Salah satunya yaitu dengan adanya pembaruan kurikulum, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Jika tidak mengikuti perkembangan zaman, maka akan tertinggal dari negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
Kurikulum merdeka merupakan salah satu program yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Nadiem Anwar Makarim). Kurikulum ini sebagai wujud tindak lanjut pemerintah terhadap kurikulum darurat yang telah diterapkan pada saat pandemi Covid-19 dan diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan Indonesia yang kurang stabil akibat pandemi. Penerapan kurikulum merdeka mendapatkan sambutan yang baik dari beberapa pihak, seperti Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifuddin dan Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia, Danang Hidayatullah (https://ditpsd.kemdikbud.go.id/ ).
Penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar
Untuk mendukung penerapan kurikulum merdeka, Nadiem Makarim meluncurkan program sekolah penggerak pada tanggal 1 Februari 2021. Program ini dimulai sejak tahun ajaran 2021/2022 di beberapa sekolah yang tersebar pada 34 provinsi secara bertahap hingga saat ini. Alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program sekolah penggerak yaitu sebagai upaya pembaruan sistem pendidikan menjadi berbasis budaya. Budaya sekolah harus berorientasi pada suatu inovasi sehingga mampu mencetak lulusan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila (P3).
ADVERTISEMENT
Salah satu sekolah penggerak yang ada di Kabupaten Madiun yaitu SDN Wungu 04. Sekolah ini telah menerapkan kurikulum merdeka untuk kelas I dan IV, sedangkan kelas lainnya masih menggunakan kurikulum 2013. Pada awalnya, beberapa guru SDN Wungu 04 merasa keberatan untuk menerapkan kurikulum merdeka. Hal tersebut dikarenakan banyak hal baru yang harus dipahami, dimengerti, dan diperhatikan aktivitasnya sebagai sekolah penggerak. Namun, dengan keyakinan dan kekompakan seluruh sumber daya manusia yang ada, kini SDN Wungu 04 mampu menyesuaikan aktivitas sesuai dengan kedudukannya sebagai sekolah penggerak.
Reaksi Guru Sekolah Dasar terhadap Penerapan Kurikulum Merdeka
Seiring dengan penerapan kurikulum merdeka, terdapat beberapa perubahan dari segi tahapan pembelajaran hingga evaluasi. Hal tersebut tentunya akan menguji seberapa jauh kemampuan guru dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Dalam kurikulum merdeka, guru diberikan kebebasan untuk merancang proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, dimana kegiatan pembelajaran tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah masing-masing dan tentunya harus mencakup seluruh capaian kompetensi (CP).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap guru kelas IV SDN Wungu 04, Ibu Suharti, beliau menyambut baik penerapan kurikulum merdeka di Sekolah Dasar. Namun, menurutnya masih perlu adanya sosialisasi lebih lengkap melalui pelatihan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan atau swasta agar para guru memiliki kesiapan dalam melaksanakan pergantian kurikulum sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Reaksi Siswa Kelas IV terhadap Penerapan Kurikum Merdeka di Sekolah Dasar
Tidak hanya guru, siswa juga perlu beradaptasi terhadap penerapan kurikulum yang baru, khususnya siswa kelas IV. Selama tiga tahun terakhir, mereka sudah terbiasa dengan pola pembelajaran kurikulum 2013 hingga pada akhirnya harus berubah menjadi pola pembelajaran kurikulum merdeka. Pada awalnya mereka cukup kebingungan, namun sekarang sudah terbiasa dan justru merasa lebih senang dengan penerapan kurikulum merdeka pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran kurikulum merdeka sering dijumpai beberapa kegiatan pembuatan proyek yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat berkreasi dan berinovasi.
ADVERTISEMENT
Bella Septyaningrum, Mahasiswa PGSD Universitas PGRI Madiun.