news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

FOTO: Saat Anak Berkebutuhan Khusus Andalkan Gerak Bibir untuk Kenal Hijaiyah

Konten Media Partner
7 April 2022 21:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak kebutuhan khusus mengeja Al Quran dalam program pondok Ramadan di SLB B Pawestri, Karanganyar, Kamis (07/04/2022). FOTO: Agung Santoso
zoom-in-whitePerbesar
Anak kebutuhan khusus mengeja Al Quran dalam program pondok Ramadan di SLB B Pawestri, Karanganyar, Kamis (07/04/2022). FOTO: Agung Santoso
ADVERTISEMENT
KARANGANYAR - Memiliki gangguan pendengaran ternyata bukan jadi hambatan untuk mengikuti pondok Ramadan atau pesantren kilat.
ADVERTISEMENT
Metode gerak bibir atau percakapan dalam belajar membaca Al Quran, bisa menjadi alternatif pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.
Di Pondok Ramadan Sekolah Luar Biasa (SLB) B Pawestri, Kecamatan Jaten, Karanganyar ini misalnya, sebanyak 61 siswa berusia 3 tahun hingga belasan tahun bersama-sama belajar mengenal huruf Hijaiyah dan membaca Al Quran itu dengan metode gerak bibir.
Pengajar membantu anak mengeja huruf Hijaiyah menggunakan metode gerak bibir. FOTO: Agung Santoso
“Kami sebagai pengajar selalu menggerakkan bibir atau menyentuhkan tangan anak di leher maupun di mulut kami, agar ejaannya tepat,” ungkap Puji Harjanto, pengajar Pondok Ramadan tersebut, Kamis (07/04/2022).
Menurut Puji, aktivitas Pondok Ramadan di SLB itu semula dikhususkan bagi penyandang tunarungu.
“Tapi karena tuntutan dari dinas, kami mencoba mengembangkan ke (penyandang) gangguan konsentrasi.”
Siswa Pondok Ramadan SLB B Pawestri, Karanganyar mengikuti materi pengajaran ibadah salat. FOTO: Agung Santoso
Sebanyak 3 program diajarkan pada hari pertama, yakni puasa, salat dan wudu.
ADVERTISEMENT
Untuk mengenal huruf Arab tersedia guru pendamping. Para orang tua pun bisa memantau proses yang dilalui anak-anak mereka.
Pendampingan diharapkan bisa memudahkan anak dengan gangguan konsentrasi, dalam mengembangkan bahasa mereka.
Siswa menggunakan alat bantu dengar saat mengikuti Pondok Ramadan. FOTO: Agung Santoso
“Pesertanya dari Sragen, Karanganyar dan paling jauh Wonogiri. Untuk Pondok Ramadan tempatnya memang terbuka. Jadi kadang saat ada suara bising konsentrasi anak bisa menurun,” beber Puji.
Pondok Ramadan itu digelar setiap tahun. Hanya saja, tahun lalu masih diselenggarakan secara online dengan pendampingan orang tua.
(Agung Santoso)